E M P A T

30.2K 5.4K 64
                                    

Saat sampai di sana, Aslan benar-benar tercengang, pelayan yang biasa melayani Ruby terbujur kaku di atas jerami kasar, wajah nya pucat dengan luka di mana-mana.

Gadis kecil yang di cari Aslan juga berada di sana, tengah mengobati luka pelayannya dengan bunga-bungaan yang sudah di tumbuk dengan halus. Bukankah itu bunga yang ia petik hingga terlibat cekcok dengan dua ulat tadi pagi?

Itu hanya bunga hias biasa 'kan? Bukan sesuatu yang mengandung herbal.

Ruby yang terkejut dengan kedatangan ayahnya dan beberapa orang lain tampak bergetar, gadis itu sudah menunduk takut-takut sembari berlindung pada pelayannya yang tak berdaya.

"Dokter, periksa pelayan itu. Sisa nya tolong obati putri ku." Tanpa banyak membantah para petugas medis itu segera mengikuti arahan Aslan.

Banyak pikiran yang berkecamuk di benaknya, lelaki itu bingung, banyak adegan yang melenceng dari yang seharusnya.

Dia akui memang ia pelaku utama dalam perubahan plot yang begitu besar, tapi ia tak pernah menulis kejadian naas yang menimpa pelayan pribadi milik Ruby, atau bahkan menempatkan Ruby dalam gudang.

Bukan begini karya yang ia tulis.

Aslan mendelik tajam ketika ada seekor tikus berukuran sedang melintas di samping kakinya.

Tempat kumuh ini bahkan tak layak untuk di tempati manusia. Bagaimana wanita ular itu bisa berbuat sesuatu yang mengerikan seperti ini?

Tanpa sadar Aslan mencengkeram tangannya kuat, "panggilkan Marilyn Hermessent ke hadapan ku. Sekarang." Perintah Aslan pada Duncan yang langsung di angguki.

Sementara Duncan memanggil Marilyn, Aslan berjalan menghampiri Ruby dengan wajah sendu dan perasaan teriris. Bagaimana mungkin anak kecil semuda Ruby harus mengalami penderitaan yang begitu kejam?

Wajah Ruby tampak ketakutan ketika beberapa perawat merawat lukanya.

"Hei, nak. Jangan takut, mereka tak akan melukai mu." Aslan mencoba untuk mengelus kepala Ruby, namun Ruby segera menjauh, mata biru keunguannya tampak berkaca-kaca menahan tangis.

Aslan mengepalkan tangannya, tekadnya sudah kuat untuk melindungi Ruby, darah dagingnya sendiri.

"Obati dia hingga lukanya benar-benar sembuh."

Tak lama kemudian, Duncan datang dengan menyeret Marilyn yang terus meronta dan menjerit, ia terus mengancam Duncan, jika tak melepaskannya maka akan mengadu pada Aslan. Padahal sudah jelas, Aslan sendiri yang memintanya.

Duncan melempar Marilyn tepat di depan kaki Aslan, tangan kanannya ini memang betul-betul tahu isi pikiran tuannya.

"Sialan kau!" Marilyn mendesis tak terima atas perlakuan kasar Duncan. Setelah sadar bahwa ada Aslan di hadapannya, buru-buru Marilyn bangkit dan memeluk tubuh Aslan. Memulai opera sabun nya yang klasik.

"Aslan~ Lihat tangan ku, budak rendahan itu dengan lancangnya menyeret ku dengan kasar!" Marilyn mulai mengadu sembari bergelayut manja pada Aslan.

Benar-benar, Aslan sudah muak, pria itu menepis tangan Marilyn yang memeluk lehernya, kemudian mendorong wanita itu hingga tersungkur kembali menghantam lantai.

"Apa anda masih belum sadar siapa yang lancang dan yang rendahan di sini, Lady Hermessent?" Ujar Aslan dengan nada dingin. Wajah nya yang tampan benar-benar tegas, kini Aslan versi baru dan Aslan versi lama seperti tidak ada bedanya.

"A-apa maksud mu Aslan?" Marilyn membeku, ia tak pernah percaya akan di tatap penuh benci seperti itu oleh pria pujaannya. Nafasnya mendadak tercekat, bingung dengan kondisi hidup dan mati yang menimpanya.

UPS! Maaf cerita dihapus demi kepentingan penerbitan!

A STORY OF WIALACHAUES [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang