31

14.2K 2.9K 40
                                    

Aslan duduk bersila di lantai kamar penginapan yang sebelumnya sudah ia sewa dengan kedua bawahannya— Samuel dan Theo— tangan kanan lelaki itu sibuk mengeringkan rambut menggunakan handuk, sedangkan yang kiri dia pakai untuk membolak-balik lembaran informasi yang di berikan oleh Luciano lewat gagak pengantar pesan.

Aslan cukup puas dengan kinerja Luciano, tak perlu menunggu satu minggu untuk mendapatkan informasi yang sangat mahal seperti ini. Semua bukti-bukti tentang kebusukan Duke Peregrine sudah terkumpul di depan mata, tinggal menyusun rencana yang matang untuk menggulingkan keluarga Peregrine dari lingkaran kebangsawanan Cruixegon Empire.

"Surat untuk ketua bandit Elang Hitam sudah di kirim, Yang Mulia. Mungkin butuh beberapa hari untuk sampai." lapor Samuel.

"Bagus. Untuk sekarang apa ada kabar dari pangeran Sebastian?"

"Ya, beliau menyetujui ajakan anda untuk bertemu. Waktu dan tempat sudah di persiapkan sesuai jadwal sebelumnya."

Aslan mengangguk tanda puas, "pas, kita hanya perlu menjalankan rencana terakhir. Berhati-hatilah, ibu kota bukan tempat yang aman bagi kita. Banyak telinga yang terpasang dimana-mana."

Samuel mengangguk lalu pamit undur diri— meninggalkan Aslan sendiri di dalam kamar itu. Tinggal satu langkah lagi misinya di ibu kota selesai, dia akan pulang, mengambil cuti dan bisa bermain sepuasnya dengan putra-putrinya yang lucu dan manis. Pipinya jadi memerah ketika memikirkan hal itu.

Tiba-tiba Aslan bangkit berdiri sembari memegangi kepalanya, "sial .. aku belum membeli oleh-oleh!"

****


"Wah, tak kusangka kita akan kembali lagi ke tempat ini." ujar Theo sembari menghitungi ukuran bokong para kupu-kupu malam.

"Yah, lumayan untuk melepas penat sekaligus pesta kecil sebelum kembali pulang." sahut Aslan yang sedari tadi asik menggosok ujung kuku-kuku jari nya

"Maaf, tapi aku masih belum mengerti kenapa kita malah memilih tempat yang ramai." kata Samuel yang gerak-geriknya terlihat gelisah. Apalagi jika tak sengaja bersenggolan dengan orang lain atau ada seseorang yang sengaja menyentuhnya seperti para wanita penggoda— laki-laki itu akan segera mengelapnya dengan sapu tangan, benar-benar sosok yang maniak kebersihan.

"Hanya tempat ini yang paling aman untuk membicarakan hal-hal penting. Meski tempat ini terlihat ramai, tapi semua orang yang mengunjungi tempat ini hanya sibuk dengan urusannya masing-masing." Memang benar, para bangsawan atau orang-orang biasa yang datang pun benar-benar gila dengan dunianya sendiri. Jika ada bom yang di bawa salah satu pengunjung juga mereka tidak akan menyadarinya.

"Lagipula, aku sudah berkoordinasi langsung dengan 'si bayangan', ada sihir khusus yang melindungi kita. Jadi hari ini kita bebas bermain sepuasnya." Aslan menyunggingkan senyum miringnya, segala pikiran licik berkecamuk di benaknya tentang bagaimana cara menyingkirkan kaisar Norbert dari muka bumi.

Rasa benci dan ingin balas dendam benar-benar sudah berkecamuk di hatinya, harus ada darah yang di tumpahkan untuk menebus darah lainnya. Aslan tak bisa membiarkan pangeran Sebastian dan adiknya mendapat masa depan yang buruk. Dia harus merangkul semua yang bisa ia selamatkan.

Jika, pangeran Sebastian Mortimer de Zacchaeus berhasil Aslan bawa ke pihaknya, jalan yang akan ia tempuh untuk memukul mundur kaisar Norbert dan antek-anteknya akan semakin terbuka lebar. Belum lagi para bandit yang sudah mengucap sumpah, dan tentu saja Luciano, Aslan harus merekrut Luciano menjadi bagian dalam rencananya— meski Aslan tahu ia kekurangan anggota untuk menumpas topeng kebusukan kaisar Norbert, tapi ia yakin dengan tekad dan optimismenya dia bisa membawa angin perubahan yang lebih baik.

Karena ini kesalahannya, karena itu dosanya membuat neraka yang indah ini. Dia harus memperbaiki semuanya, sebelum semuanya terlambat dan .. kisah di dalam novel benar-benar terjadi. Satu-satunya yang bisa Aslan lakukan adalah menghindari hal itu.

"Oh, lihat, mereka sudah datang."

Reflek Aslan menengok ke arah pintu, orang-orang yang di maksud Theo berjumlah 3 orang, berbeda dengan Aslan dkk yang menggunakan baju serba hitam khas petualang biasa, orang-orang itu memakai jubah serba putih khas gereja, sehingga orang-orang yang melihat akan mengira bahwa mereka sedang membahas Raid atau pembersihan dungeon yang biasanya di lakukan pihak gereja yang bekerja sama dengan para petualang.

Orang-orang berbaju putih itu menghampiri meja yang di tempati Aslan, salah satunya duduk di depan Aslan sedangkan 2 lainnya berdiri mengapit seperti pengawal.

"Apa kalian anggota party New Hope Club?" tanya orang yang duduk berhadapan dengan Aslan.

"Ya, kami orangnya. Teman yang bisa memberi mu banyak keuntungan." Aslan menumpu wajahnya dengan kedua tangan yang mengepal, benar-benar semangat untuk hal ini.

"Tak perlu banyak basa-basi. Aku tak punya banyak waktu untuk mendengar omong kosong mu." ketus orang itu. Wajah yang tertutup topeng tak bisa menutupi auranya yang tampan. Aslan sempat iri karena pria di depannya ini bisa menyainginya.

"Heh~ sombong sekali. Kalau terus arogan begini, kaisar bisa cepat-cepat menyingkirkan mu, lho." Dalam topengnya Aslan tersenyum senang. Zacchaeus tetaplah Zacchaeus, sangat arogan namun mudah di provokasi.

BRAK!

"Kau! Siapa kau sebenarnya?!" Pangeran Sebastian menunjuk wajah Aslan setelah berhasil menggebrak meja. Meski memiliki hati yang lembut, pangeran Sebastian masih terlalu naif hingga sulit untuk di kendalikan.

"Butuh harga yang mahal untuk mengetahui identitas ku. Ah, dan saat ini aku sedang tidak berselera untuk menjualnya." seringai Aslan semakin lebar ketika melihat pangeran Sebastian mencengkeram ujung meja dengan sangat kuat. Namun, dalam hati Aslan juga sedikit merasa tidak enak.

Pangeran Sebastian Mortimer de Zacchaeus, adalah putra sah tunggal sekaligus putra mahkota penerus kekaisaran berikutnya. Tapi, karena di anggap terlalu berpihak pada rakyat dan menentang kemunafikan ayahnya, pangeran Sebastian tewas di bunuh di usianya yang ke 20 tahun oleh bawahan ayahnya sendiri— dan hanya kurang dari 2 tahun sebelum itu terjadi.

Aslan menganggukkan kepalanya, memberi kode kepada Samuel. Samuel yang mengerti dengan kode itu kemudian memberikan tas kulit berisi kristal perekam ajaib dan informasi yang Aslan beli dari Luciano. "Ini adalah informasi yang kau butuhkan untuk memperjelas status mu. Menjadi pangeran mahkota tanpa relasi dan bangsawan pengikut itu menyedihkan. Karena itu aku membawa semua ini untuk mu, dengan cuma-cuma."

Pangeran Sebastian terdiam, tampak ragu-ragu untuk menerima tawaran yang menggiurkan dari orang tak di kenal. Banyak kemungkinan dan resiko yang harus ia pikirkan matang-matang.

"Semua ini tentang informasi dari kebusukan Duke Peregrine. Salah satu boneka kesayangan kaisar." kata Aslan sembari menepuk-nepuk tas kulit nya.

"Kebusukan Duke Peregrine? Apa kau berniat menipu ku?!"

Aslan tertawa mengejek, cukup lama hingga membuat pangeran Sebastian hampir menonjok mukanya, "itu yang tidak kau ketahui pangeran, kau terlalu polos dan naif hingga tak bisa melihat benar dan salah."

"Berhenti berbelit-belit dan jelaskan apa maksud mu!"

"Baik- baik, kau sangat tidak sabaran, ya." Aslan menyerahkan tas kulit itu pada pangeran Sebastian, "ini, kau bisa melihatnya dahulu sebelum memutuskan."

Pangeran Sebastian menurut meski setengah hati, lelaki di hadapannya itu benar-benar menjengkelkan.

"I-ini .." pangeran Sebastian melotot tak percaya melihat bukti-bukti yang berikan Aslan. Sangat sulit di percaya .. seorang Duke kaya raya yang murah hati dan dermawan ternyata menyimpan rahasia keji seperti ini?

A STORY OF WIALACHAUES [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang