SPECIAL EXTRA CHAPTER

5.7K 1.1K 165
                                    

3 bulan telah berlalu, setelah perjalanan panjang Aslan palsu dalam misi sebagai Aslan yang asli. Pahit manis, asam asin sudah Aslan lewati, yang awalnya selembek tahu, kini sudah bertranformasi menjadi ayah hebat pujaan bangsa.

Siapa yang menyangka, penulis yang mati jatuh dari balkon itu kini hidup sukses sebagai ayah sekaligus Duke Agung kekaisaran. Setelah melewati sepak terjangnya yang pelik di mulai dari membujuk para anak dari Aslan yang asli, melawan kaisar, memberantas penyakit menular, hampir mati koma hingga menghajar para iblis. Apapun bisa Aslan lakukan demi menebus dosanya, dosa Aslan yang asli sekaligus dosa sang penulis.

Untung nya Aslan bisa melalui semua penebusan dosanya hingga kini berdiri sehat tanpa kekurangan satupun organ tubuh, walau memang beberapa uban sudah mulai tumbuh di rambut nya yang hitam legam ..

"Apa?! Apa kau bilang? Aku bodoh karena belum bisa menghapal satu buku sihir tingkat atas?! Kau meremehkan ku?!" Adam menggeram marah, wajah nya tampak kesal menatap sang kakak, Abraham—yang duduk dengan tenang— sembari mencengkram erat sendok peraknya hingga bengkok.

"Memang begitu 'kan? Di umur mu aku bahkan sudah menghapal 7 Grimoire agung milik menara sihir kekaisaran." Kata Abraham membual, boro-boro 7, 2 saja tak sempat karena dia harus mempersiapkan diri sebagai penerus Duke Agung sekaligus jendral perang yang baru sedari kecil. Remaja itu jadi suka melebih-lebihkan ucapan karena suka dengan ekspresi Adam yang menurutnya lucu ketika marah.

"Omong kosong! Merapal satu mantra saja kau tak becus!" Adam mendecih, tak percaya dengan omongan Abraham barusan.

"Tak percaya ya sudah, tapi pihak akademi tak mungkin berbohong soal prestasi ku sebagai siswa dengan peringkat nomor satu se-kekaisaran Cruixegon."

Sudut mata Adam berkedut-kedut, kepalang emosi. "Wah, orang ini semakin banyak bicara semakin mengesalkan ya."

Abraham yang dituding seperti itu hanya mengedikkan bahu nya acuh dan memilih menyendok sepotong daging ke dalam mulutnya dengan tenang dan anggun.

Namun, "ARGHHH!!!" Tiba-tiba Adam berteriak kencang, bocah itu melempari semua yang ada di depannya ke arah Abraham.

Melihat seisi meja kini sudah berterbangan ke arah nya Abraham buru-buru menarik satu nampan yang masih berisi semangkuk penuh mie hingga tumpah berserakan lalu menggunakan nampannya untuk melindungi tubuhnya sendiri seperti perisai.

Acara makan malam yang tadi nya berlangsung khidmat itu kini sudah tak ubahnya seperti medan pertempuran, bahkan kali ini bukan hanya berlindung, Abraham juga mulai melempari adiknya dengan kentang tumbuk premium buatan chef bintang lima.

"Ya, dan Abraham pun mulai memberikan serangan balasan! Oh! Headshot! Poin skor plus 10 untuk Abraham!" Alexander bertepuk tangan dengan meriah, lelaki yang sedari tadi diam itu pun tak mau kalah, kini dia bicara seolah sedang menjadi komentator di Colosseum.

"Oh tidak, rupanya Adam semakin marah! Terlihat dari wajahnya yang memerah dengan kentang tumbuk yang mengotori rambut nya." Alexander menutup mulutnya, menahan diri untuk tak terbahak kencang menertawai keponakannya.

Mendengar Alexander yang berkata begitu di tambah Abraham yang sedang tersenyum mengejeknya membuat Adam semakin naik pitam, bocah itu berdiri, mulai melempari Abraham dengan makanan dan sihir es milik nya.

"Pengecut curang!" Meski berkata begitu Abraham makin meninggikan senyum di bibirnya, semuanya semakin seru dan menegangkan.

"Tak apa, kalian bebas menggunakan sihir masing-masing. Lagipula kalian tak mungkin mati." Alexander semakin senang dengan keributan yang di buat keponakannya, setelah 3 bulan hidup damai saat-saat seperti inilah yang paling ditunggu oleh Alexander.

Sihir-sihir dan dan ayam panggang mulai beterbangan di langit-langit aula makan, suhu ruangan yang semula hangat lembut berubah menjadi dingin pengap dengan percikan petir dimana-mana.

Adam dan Abraham adalah pelaku utama dengan Alexander sebagai provokato kelas teri yang membuat suasana menjadi semakin kacau.

Rubyanne, yang asik dengan makanannya pun sekarang sudah tak bisa lagi fokus. Menahan kesal di dalam hati membuat esensi sihir es milik Rubyanne tak terkendali hingga salju-salju mulai turun di ruangan tertutup itu. Belum lagi angin dingin yang bergulung-gulung kencang mengitari tubuh Rubyanne seperti angin puting beliung—

PLAK

Semuanya mendadak diam, ketika kentang tumbuk lemparan Adam tak sengaja mengenai wajah Rubyanne.

Adam, Abraham dan Alexander mendadak pucat pasi seakan darah tak lagi mengalir di nadi masing-masing. Tamat, mereka akan tamat.

Rubyanne menunduk kemudian berdiri di tempat nya—kursi makan— lalu melempari kakak dan pamannya sayur-sayuran sembari tertawa terbahak-bahak. Hal itu membuat keadaan yang sebelumnya tenang kembali ricuh, ditambah dengan satu personil baru yang ikut terlibat baku hantam.

Aslan, diam menatap semua keributan yang terjadi dengan nanar. Wajahnya mengeras menahan rasa ingin memaki ketiga anak dan adiknya. Lelaki itu sudah cukup menahan sabar setelah sedari tadi hanya diam duduk di kursinya, dan semua kesabaran Aslan makin menipis ketika Adam dengan lancangnya meraup steak wagyu A5 favorit nya yang masih terhidang rapi di piring untuk melempari Abraham.

"Cukup .." Aslan berucap dengan pelan, mencoba melerai dengan sedikit sisa kesabarannya.

"Berhenti .."

"KUBILANG BERHENTI!"

JLEGAR! Seperti ledakan bom, seluruh jendela di manor Wialachaues pecah berbarengan dengan emosi Aslan yang tak bisa lagi di bendung ..

_____________

Lanjut gak? Komen lah wkwkw.

[Jangan lupa follow author untuk informasi dari OHP dan karya author yang lainnya]

A STORY OF WIALACHAUES [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang