57

14.3K 3.1K 427
                                    

[A/N : Part kali ini cukup panjang, jadi baca dengan perlahan ya, banyak penjelasan yang penting di chapter ini soalnya.]

__________


"Kau sudah banyak berubah ya, adikku." Kata suara yang muncul dari arah belakang Aslan.

Aslan berbalik, dan seketika itu juga ia terkejut bukan main, "kau!! Siapa, ya?"

Orang itu tertawa, "wah, lama tak bertemu kau sudah melupakan aku?"

Aslan mengelus pelipisnya, berpikir kira-kira selir mana yang ia lupakan, wanita itu seperti tidak asing, tapi karena dandanannya yang menor Aslan jadi sulit menebak. "Oh, apa kau mungkin kekasih gelap ku di masa lalu? Eh, kurasa tidak. Aku juga tidak merasa punya hutang tuh."

Aslan duduk di tumpukan jerami sembari terus berpikir, "Adam juga kurasa tidak mungkin meminjam uang pada orang lain. Ah, mungkin Abraham? Oh, atau jangan-jangan kau pacar Alexander ya?! Kau pacarnya yang datang untuk meminta pertanggungjawaban? Astaga sudah berapa bulan?"

JDAR!

Petir menyambar sangat kencang hingga Aslan meringkuk terkejut, "homina, homina, homina."

"Kau .. konyol sekali. 16 tahun tidak bertemu, rupanya kau makin gila saja." Wanita itu berjalan mengelilingi kurungan sangkar yang di pakai untuk mengurung Aslan, memberi rasa intimidasi.

"Aduh, aku rada pikun akhir-akhir ini. Langsung saja perkenalkan dirimu, jangan berbelit-belit." kata Aslan masih tetap santai meski tadi sudah hampir gosong di sambar petir.

Wanita itu menutup matanya, mencoba menetralkan rasa kesal dan amarah, "aku adalah Esmeralda. Istri dari seorang suami yang kau bunuh."

Aslan kembali berpikir, "Esmeralda? Esme .. ralda? Esmeralda siapa ya?"

JDAR!

Petir kembali menyambar, kali ini hampir menyambar kepala Aslan kalau saja lelaki itu tidak buru-buru menghindar. "Hei! Jangan kira aku tak punya petir, ya!"

"Aku Esmeralda! Istri dari kakak mu! Atlas Percival Wialachaues!"

Petir bergemuruh kencang, awan menghitam dan angin bertiup kencang. "Aku benar-benar muak melihat mu Aslan, kau masih bisa tertawa bahagia padahal sudah membunuh keluarga mu sendiri?! Dimana hati mu Aslan?"

"Disini di dekat usus." Aslan menunjuk perutnya, tepat dimana livernya berada.

"Mau mati kau?!"

"Iya-iya, maaf, namanya juga bercanda. Jadi kau kakak ipar ku ya?" Aslan bangkit dari duduknya, berjalan menghampiri Esme yang berada di luar sangkar. "Kau berubah sih, sekarang dandanan mu, menor sekali. Aku 'kan jadi pangling."

Wanita bernama Esmeralda itu tetap diam, menatap Aslan dengan sengit, sudah benci stadium akhir pada ayah Rubyanne itu.

"Kau datang untuk menuntut balas atas kematian suami mu?" tanya Aslan, itu adalah alasan yang menurutnya paling logis.

"Sekarang kau sudah menangkap ku, apa yang kau inginkan?" Kali ini Aslan berkata dengan wajah serius.

"Yang aku inginkan? Menghapus Wialachaues dari peradaban." Mata wanita itu berkilat marah, sedih dan amarah bercampur di dalam ekspresi wajah nya.

"Apa kau tahu betapa sedih dan putus asa-nya aku? Kau menghabisi suami ku! Bahkan kedua orang tua mu pun kau habisi! Aku benar-benar tak berdaya, dunia ku kau runtuhkan dalam sekejap! Belum puas dengan suami ku, aku kehilangan jabang bayi yang aku kandung. Aku marah!" Berberengan dengan itu petir semakin mengamuk, badai bergulung kencang di satu tempat itu.

A STORY OF WIALACHAUES [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang