40

14.8K 3K 178
                                    

"Jadi, Duncan, bagaimana perkembangan situasi saat ini?" tanya Aslan sembari memperhatikan seisi ballroom Wialachaues yang penuh sesak. Orang-orang yang terinfeksi sudah memenuhi ruangan itu hingga hampir berdesak-desakan. Untung ventilasi di ruangan itu cukup baik sehingga udara di ruangan tidak pengap.

"Total 678 orang pasien yang terinfeksi. Angka pasien kritis sudah berkurang dengan signifikan, namun angka kematian per-hari ini yang terbanyak dari hari-hari sebelumnya." kata Duncan.

Aslan mengelus pelipisnya pusing, untung ia sudah tahu apa obat penawarnya, jika tidak, bisa tumbuh uban di kepala Aslan dengan mendadak. "Bagaimana dengan situasi wilayah lain?"

"Wilayah Mudeven dan Benona mengalami krisis yang parah karena pemimpin mereka kurang kompeten, sedangkan wilayah Viscount Eriwald .. wilayah itu sudah di jadikan tempat untuk mengisolasi warga yang terinfeksi sedangkan warga-warga yang sehat pergi ke tempat-tempat lain yang belum terkena wabah." Duncan bisa bernapas lega karena Aslan bisa bekerja sangat baik, dia tidak bisa membayangkan bagaimana wilayah Wialachaues tanpa Aslan yang sekarang.

Aslan mengernyit bingung, "apa? Di jadikan tempat untuk mengisolasi warga yang terinfeksi? Apa Viscount Eriwald diam di wilayahnya?"

"Tidak, Viscount Eriwald memboyong keluarganya untuk pergi ke ibu kota dan menyerahkan beban di wilayahnya kepada Richard Vilheim, keponakannya."

Aslan menggeleng lemah sembari menghela napasnya berat, "bagaimana, ya? Rasanya memenggal bangsawan pemakan gaji buta?" Aslan menggeleng pelan, "yang penting sekarang tolong tulis semua resep obat penangkal beserta perintilannya seperti desinfektan dan hand senitizer. Lalu kirim ke semua wilayah yang terdampak termasuk ibu kota kekaisaran. Si mesum Norbert harus mengerti penderitaan rakyatnya yang berada di wilayah terpencil.

"Semua wilayah di kekaisaran harus mulai selektif memilih pendatang yang berasal dari luar kota. Kita juga harus mulai membangun posko karantina 14 hari bagi orang-orang yang ingin keluar masuk dari wilayah Wialachaues." Duncan mengangguk tanda setuju, cara berpikir Aslan yang cepat tanggap membuat Duncan semakin mengagumi Aslan. "Baik, tuan."

Aslan menepuk pundak Duncan, "setelah semua ini selesai, berlibur lah dengan pacar mu, ya."

"Tapi aku tak punya kekasih."

"Cari, dong. Padahal asisten Dokter Steven cantik-cantik semua." kata Aslan sembari mengedipkan sebelah matanya.

Duncan berdehem sembari mencuri-curi pandang pada perawat yang sedang sibuk merawat pasien. Memang benar adanya, mereka sangat cantik dengan balutan seragam putih-putih yang mereka pakai. "Memang, sih."

"Nah, ini pertanda kalau sudah saatnya kau bereproduksi." Aslan tertawa cekikikan, menikmati ekspresi wajah Duncan yang menurutnya sangat lucu. Aslan jadi merinding sendiri, bagaimana ya jika orang sekaku Duncan jadi budak cinta? Pasti pacarnya di ajak berdiskusi terus.

Tak lama Aslan berbincang-bincang dengan Duncan, Brian Everett, Samuel, Theo dan Arduino sudah kembali ke mension sembari membawa banyak sekali bahan-bahan yang di butuhkan.

"Bagaimana?" tanya Aslan menunggu laporan dari bawahannya.

"Seperti yang aku katakan sebelumnya, teman-teman ku cukup banyak mengoleksi lendir siren. Selain sebagai obat-obatan lendir siren juga di percaya sebagai obat kuat pria. You know lah, Yang Mulia." kata Theo berbisik di akhir kalimat.

Jika Aslan masih Aslan yang dulu, mungkin lidah Theo sudah terpotong karena lancang berkata begitu kepada seorang Duke Agung Kekaisaran, tapi sekarang .. "hm, bagaimana jika kita menjualnya di tempat-tempat peranginan?"

"Ide yang bagus. Tapi jangan sekarang, stok ini hanya cukup untuk menyembuhkan warga Wialachaues. Soal birahi kita urus belakangan." sahut Theo yang di beri dua jempol oleh Aslan. Sementara Samuel yang melihat itu menggelengkan kepalanya lelah, "mulai lagi."

A STORY OF WIALACHAUES [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang