32

13.8K 2.9K 26
                                    

Malam sudah semakin larut, burung hantu semakin gencar bersuara sedangkan Aslan masih tetap duduk di bangkunya dengan wajah yang menyeringai lebar.

"I-ini .."

"Perdagangan budak, menjual organ tubuh manusia di pasar gelap, dan menjual belikan monster-monster iblis untuk di jadikan bahan tontonan para aristokrat kekaisaran. Acara amal untuk membangun panti asuhan bagi anak-anak terlantar hanya kedok untuk mendapatkan anak-anak kecil secara gratis. Belum lagi pendiskriminasian ras dan memonopoli sumber daya suku-suku pedalaman yang benar-benar menyalahi aturan '7 dunia'. Wah, ini kejahatan yang sangat keji." Aslan menopang pipinya dengan sebelah tangan, "itu bukti kongkrit, jika tak percaya silahkan periksa sendiri. Kau akan terkejut karena aku sama sekali tidak salah.

"Percayalah padaku, dan akan kuberikan kekaisaran ini kepada mu."

Sebastian terdiam, percaya tak percaya namun tak bisa membiarkan kesempatan ini lepas begitu saja. " ... Apa— yang harus aku lakukan?"

Aslan tersenyum lebar, semakin lebar hingga wajahnya mirip villain sejati. Untung saja ia mengenakan topeng hingga tak ada yang melihatnya. "Ini adalah daftar bangsawan yang memiliki hubungan bisnis dengan Duke Peregrine. Mereka bersih, tak terlibat skandal apapun dan sangat menjauhi rumor-rumor buruk. Salah satunya adalah Duke Shiadeolas." Aslan menyodorkan secarik kertas yang sudah ia persiapkan.

"Bujuk mereka, beri tahu kebusukan Duke Peregrine, tawarkan mereka keuntungan yang lebih banyak, dan tarik mereka ke pihak mu. Pengaruhi mereka semua untuk perlahan menjauh dari Duke Peregrine, buat Duke Peregrine bangkrut perlahan-lahan hingga kaisar pun membuangnya. Setelah semua berada di kendali mu, berikan semua bukti-bukti kebusukan Duke Peregrine kepada pengadilan kekaisaran. Kaisar yang membuangnya tak mungkin membela Duke Peregrine sehingga mudah bagimu untuk menjatuhkannya." Aslan tertawa psikopat dalam hati, entah ini pengaruh Aslan yang asli atau memang otaknya yang licik, Aslan benar-benar bangga pada dirinya sendiri.

"Kau akan di untungkan, bukan hanya banyak bangsawan kuat yang berpihak kepada mu, sayap reputasi mu akan membentang semakin besar setelah kau membongkar kedok Duke Peregrine. Kaisar pun pasti perlahan datang kepada mu, menargetkan mu menjadi boneka selanjutnya. Terimalah dia dengan senang hati, berpura-pura menjadikannya boneka untuk membonekakannya. Setelah semua dalam genggaman mu, kau mendapatkan semuanya."

Pangeran Sebastian ternyehak, pupil matanya membesar tanda tergiur, "tapi aku ingatkan ini baik-baik padamu. Ini belum apa-apa, musuh sesungguhnya adalah dirimu sendiri. Tentang bagaimana cara mu membunuh hasrat untuk mendapatkan hal lebih dan menghilangkan kerakusan di dalam hati mu. Kekuasaan adalah sebuah bumerang, salah sedikit kau melemparnya, dia malah akan berbalik untuk melukai mu." Aslan menjeda kalimatnya, "ingatlah itu baik-baik. Jangan biarkan sisi iblis mu merenggut malaikat di hati mu."

Pangeran Sebastian terdiam, Aslan benar-benar mendorongnya dengan kuat kali ini. Sebastian sendiri tak menyangka bahwa dia bisa melakukan sesuatu yang berarti. Yang bisa menyelamatkan banyak orang serta memusnahkan kebusukan yang sudah lama membuatnya muak.

Sebagai pangeran mahkota kekaisaran Cruixegon, akhirnya ia bisa berguna, dia bertekad untuk membuktikan bahwa gelar yang ia pegang selama ini bukan hanya sebuah pajangan belaka. Ia bisa membuktikan kepada semua orang bahwa ia layak. Tapi .. "kenapa bukan kau saja yang melakukannya?"

Aslan terdiam selama beberapa saat— membuat setitik keraguan kembali muncul di hati kecil Sebastian, "karena hanya kau yang pantas melakukannya, hanya kau ... yang pantas mendapatkan semua yang seharusnya kau dapatkan."

Sebastian membatu ketika mendengar hal itu dari mulut orang asing yang bahkan identitas dan wajahnya saja tak ia ketahui. Tapi meski begitu, hatinya yang membeku mulai perlahan mencair. Ia tak sendiri di dunia ini, banyak orang-orang diluar sana yang menginginkan keadilan dan kedamaian.

"Apa bayaran yang kau inginkan?"

Aslan menghela napasnya puas, "hanya satu. Amankan adik mu yang berada di panti asuhan, rawat dia dan perlakukan ia seperti keluarga, suatu saat nanti dia yang akan menjadi tameng terkuat mu."

Alis Sebastian mengerut tajam ketika mendengar permintaan dari Aslan, "adik? Aku putra tunggal, aku tak memiliki saudara."

"Kau memilikinya. Dia anak yang di hasilkan dari hubungan gelap ayah mu dengan seorang pelayan."

"Apa? Kau .. tidak bercanda, 'kan?" suara Sebastian bergetar. Rasa bahagia bercampur terkejut dan kecewa bercampur di hatinya. Dia memiliki adik .. seorang saudara yang bisa menemani dan membantunya.

Tentu saja, Aslan sudah memperkirakan apa yang akan terjadi. Pangeran Sebastian memiliki saudara tiri dari hasil hubungan gelap ayahnya. Dia adalah Pangeran Nicholas Mortimer de Zacchaeus, sang protagis pria, jodoh Rubyanne di masa depan.

Aslan meringis dalam hati ketika memikirkan hal itu, putri semata wayangnya akan menikah dan hidup bersama pria lain membuat hatinya berdenyut sakit.

"Sembunyikan dia, jangan sampai kaisar tahu keberadaannya." pungkas Aslan.

Ya, di cerita yang asli— setelah kematian Sebastian, kaisar memerintahkan ajudan setianya untuk mencari keberadaan darah penerus. Tentu saja, pria yang doyan menghambur-hamburkan cairan mani nya di banyak wanita tak akan kesusahan untuk mencari pengganti Sebastian. Malahan banyak wanita yang berbondong-bondong untuk melahirkan anak dari sang kaisar.

Sayangnya Nicholas di temukan karena mata dan rambut emasnya yang langka— yang hanya dimiliki oleh keluarga kekaisaran. Nicholas di didik menjadi pribadi yang keras, tak memiliki hati nurani dan tumbuh tanpa kasih sayang kedua orang tua. Nicholas benar-benar memiliki kepribadian dan tempramen yang buruk sebelum akhirnya bertemu dengan Rubyanne. Memiliki kisah yang sama membuat mereka saling mempercayai, saling melengkapi dan melindungi.

Karena Rubyanne memiliki banyak pelindung yang mirip jelmaan iblis membuat Aslan hanyalah seonggok daging tua bernyawa yang durhaka kepada anak-anaknya. Yah, tentu saja, sangat mudah memenggal kepala Aslan saat itu.

"Pokoknya didik bocah itu dengan normal." reflek Aslan memegang lehernya, untung masih tersambung, tak ada tanda-tanda akan copot dalam waktu dekat.

"Tapi, dari mana kau tahu aku memiliki adik?"

Aslan tersenyum dalam hati kemudian menaruh jari telunjuknya di bibir topeng, "rahasia."

****


"Ahh, akhirnya selesaii~" Aslan menjatuhkan tubuhnya pada kasur, setelah berhasil berunding dengan pangeran Sebastian, Aslan langsung pulang ke penginapan untuk segera tidur dan segera beristirahat. Dia benar-benar tak mau membuang waktu untuk terus berada di ibu kota. Membayangkan wajah anak-anak yang tersenyum menyambut kepulangannya membuat hatinya berbunga-bunga, lelaki itu bahkan berguling-guling di atas ranjang saking tak sabarnya untuk pulang.

Aslan tak menyangka dulu dia pernah membenci kenyataan karena memiliki anak tanpa membuatnya secara langsung. Kini ia merasa masa bodoh, rasa tulus menyayangi putra-putrinya sudah mendarah daging di tubuhnya.

"Astaga, apa memang se-membahagiakan itu?" cibir Theo sembari melepas topengnya dan membuang topeng itu ke sembarang arah.

"Begitulah, aku sudah muak berada di ibu kota. Bising dan panas."

"Yang Mulia, Anda ini bokis, ya. Ku kira setelah rapat membosankan tadi kita akan berpesta di bar semalaman!" protes Theo yang tak jadi menyewa wanita.

"Ayolah, menikah dan tiduri saja wanita yang kau cintai. Jangan asal melakukan esek-esek dengan banyak wanita, penyakit HIV itu mengerikan tahu."

"Penyakit HIV?"

"Iya, human immunodeficiency virus. Virus yang melemahkan kekebalan tubuh— ah, sudahlah otak mu tak mungkin sampai. Oh, omong-omong, kita akan kembali besok."

"Apa?! Mengapa cepat sekali?"

Aslan menggeleng pelan, "entahlah, seperti ada banyak hal yang menunggu ku disana."

A STORY OF WIALACHAUES [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang