Bagian 16

21.6K 3.7K 106
                                    

Aslan kembali gegana, gelisah galau merana. Lelaki itu mencoba menyibukkan dirinya agar tak tertekan. Dia ingin menghilangkan bayang-bayang wajah ketakutan Rubyanne dari benaknya.

Itu sesuatu yang mengerikan bagi orang tua ketika melihat anaknya bahkan tak bisa mempercayai orang tua nya sendiri. Pria lajang yang tak pernah patah hati memikirkan wanita, malah harus patah hati karena urusan ke-ayah-anak-an.

Bukan dia yang menjadi anak, kini dia yang memiliki anak. Dia bisa mengerti perasaan Rubyanne karena dia pun mengalami hal yang lebih-kurang sama.

Aslan jadi kembali teringat, masa-masa kelam itu, ketika ia masih hidup di dunianya yang lama. Hidup menjadi sesuatu yang terasing dan tidak diharapkan kehadirannya.

Sesulit apapun dia mencoba untuk terlihat dan merangkak naik, semuanya hanya akan sia-sia.

Ibu dan ayah Aslan di kehidupannya yang lalu, bercerai saat usianya masih 7 tahun. Dia harus tinggal bersama sang ayah karena ibunya enggan mengurus Aslan dan memilih tinggal bersama keluarga baru nya yang datang dari negara asing.

Ibunya tidak setia, meninggalkan Aslan dan ayahnya karena tak sanggup hidup pas-pasan di pinggiran kota. Meninggalkan Aslan yang bahkan masih membutuhkan kasih sayang dari seorang ibu.

Aslan di buang oleh ibunya, tak di akui dan di anggap sebagai orang asing. Ibunya lebih terlihat menyayangi anak-anak tirinya ketimbang darah dagingnya sendiri.

Sang ayah, mulai gila karena masalah ekonomi dan rumah tangganya yang hancur. Ayahnya mulai bermain judi dan mabuk-mabukan tiap malam tanpa lelah. Jika kalah atau kehabisan uang, yang dia lakukan adalah menganiaya Aslan. Bukannya mencurahkan kasih sayang, ayahnya malah menjadikan Aslan samsak tinju sebagai pelampiasan.

Tak ada yang menolongnya, semua orang hanya menatap dan berbisik tanpa niat membantu. Orang-orang yang bahkan lebih buruk daripada anjing yang menggonggong.

Aslan baru bisa terlepas dari hal itu ketika usianya 12 tahun, Aslan muda nekat kabur dari rumah nya, kemudian menjadi anak jalanan yang akhirnya di adopsi oleh panti asuhan.

Kehidupan masa lalunya pun tak jauh berbeda dari anak-anak nya sekarang, dan ia tak ingin semua hal itu terus berlanjut. Aslan ingin mengakhiri itu, konflik tak perlu yang menjadikan anak sebagai korban dari rasa egois orang tua. Karena rasanya sungguh tidak enak, memuakkan dan hanya menjadi beban sikis yang menjengkelkan.

"Ayah? Apa ayah mendengarkanku?" Adam melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Aslan, sedikit khawatir karna wajah sang ayah yang tampak memucat dan tak fokus sama sekali.

Aslan kembali pada kesadarannya, "ah, maaf, Adam. Aku sedang melamun."

Adam menatap wajah ayahnya bingung, "apa sepenting itu Rubyanne bagimu, ayah?"

Aslan tersenyum kemudian mengacak-ngacak rambut Adam, "tentu saja, anak-anakku yang paling penting."

"Apa ayah se-frustasi itu ketika aku menghilang?"

"Nak, orang tua mana yang tak akan frustasi ketika tahu anaknya menghilang?" Ralat, ayah dan ibunya—orang tua Aslan— tak frustasi atau bahkan mencari nya seperti orang tua normal biasa.

"Oh, tentu. Ayah, 'kan, sudah berubah." Aslan mendengus geli kemudian memiting leher putranya pelan, "nah, sekarang jelaskan itu, bagaimana kau bisa merusak barrier sihir tingkat tinggi dalam sekali ledakan." Aslan menuding barrier sihir yang sudah rusak itu dengan dagunya.

Langkah pertama untuk memperbaiki nama baik Grand Duke of Wialachaues adalah; menjadi pemimpin yang bertanggung jawab terlebih dahulu. Kerusakan pada barrier ini tidak bisa di anggap enteng karena bisa mengancam keamanan wilayah kekaisaran Cruixegon.

A STORY OF WIALACHAUES [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang