34

14K 2.9K 144
                                    

"Cepat! Minum obat-obatan herbal dan segera bawa masuk adik mu ke dalam kamar!" teriak Alexander kepada Adam dan Rubyanne yang terlihat syok.

"B-b-bagaimana dengan paman?" tanya Adam dengan suara bergetar.

"Aku baik-baik saja, sungguh! Aku mohon, cepatlah!"

Melihat pamannya memohon dengan wajah memelas membuat kepala Adam yang keras menjadi lembek, bocah itu hanya bisa mengangguk pasrah sembari menggendong Rubyanne menjauhi tempat itu.

Sebuah kegilaan terjadi ketika Alex, Adam dan Rubyanne tengah mengisi perut mereka di meja makan. Awalnya masih berjalan normal, Adam makan dengan lahap, dan Rubyanne asik meminum susu strawberry, begitu juga dengan Alex yang sangat antusias melihat kedua keponakannya makan dengan lahap. Hingga seorang pelayan memuntahkan banyak darah dari mulutnya ketika sedang menata kudapan di meja makan. Semua ketenangan itu menjadi kacau balau.

Adam yang melihat itu segera menyembunyikan wajah sang adik di dekapannya, "apa yang kau lakukan!" teriak Adam marah. Namun si pelayan malah terjatuh dengan tubuh mengalami kejang-kejang.

Rubyanne yang sempat melihat banyak darah cukup gemetaran, menahan isakan tangisnya karena terkejut dengan kejadian barusan. Arduino yang melihat itu segera memerintahkan seorang pelayan untuk memeriksanya, tapi belum sempat pelayan itu di pindahkan, 2 pelayan lainnya juga mulai mengalami gejala yang sama, muntah darah dan menggelepar seperti cacing yang disirami air garam.

Arduino yang panik segera berlari melapor kepada Duncan, sementara Alexander mencoba menenangkan kedua keponakannya dan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Sekarang, setelah kepergian Adam dan Rubyanne yang mengungsi di kamar sang ayah, tinggal Alexander terdiam mematung menatap 3 pelayan yang tengah menggelepar kesakitan, bahkan mata mereka hampir memutih sepenuhnya tanda sakit yang mereka rasakan teramat sangat.

"Sial, apa yang dikatakan orang itu benar-benar terjadi." Alex beringsut mundur sembari menutupi hidung dan mulutnya dengan sapu tangan. Sudah hampir mengerti dengan apa yang terjadi saat itu.

"Ada apa?" Duncan yang baru sampai terkejut bukan main, benar-benar kondisi yang buruk melihat ruang makan yang mewah itu kini penuh dengan muntahan darah.

Saat Duncan ingin memeriksa salah satu pelayan yang menggelepar, buru-buru Alex menariknya, "jangan melakukan kontak fisik dengan mereka, ini penyakit menular."

Duncan terkejut, "penyakit menular?"

"Ya, aku tak menyangka ini benar-benar terjadi."

"Apa maksudnya dengan benar-benar terjadi?"

Alexander terdiam, menimang-nimang apakah dia bisa memberi tahu Duncan atau tidak, tapi mengingat kondisi sekarang yang tak bisa di biarkan, Duncan harus tahu apa yang terjadi, "beberapa bulan lalu, saat aku singgah di kerajaan sebelah, seorang kakek tua pernah berkata kepada ku, bahwa sebuah kemalangan besar akan menimpa kekaisaran. Sebuah wabah mengerikan akan datang, dan hanya salah satu saudara ku yang bisa menghentikannya. Entahlah, saat itu aku percaya tak percaya. Tapi melihat kondisi saat ini .." Alexander terdiam, tak sanggup melanjutkan kalimatnya.

"Sebuah wabah? Kutukan atau apa?" Duncan heran sendiri, ini kejadian langka yang baru ia jumpai di seumur hidupnya.

"Entahlah, aku juga kurang mengerti. Tapi sepertinya kita harus segera bertindak." Duncan mengangguk, setuju dengan pendapat Alexander.

"Panggil semua alkimia dan ahli medis yang ada, kemudian minta Sir Rupert untuk mengevakuasi penduduk ke tempat-tempat yang lebih bersih. Pisahkan antara orang yang sakit dan sehat." perintah Duncan pada Arduino yang langsung di angguki.

A STORY OF WIALACHAUES [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang