Chapter 11

30 13 0
                                    

Bismillahirrahmanirrahim ✨

Chapter 11

🕊️

"Jadi gimana, Dok?"

Sepulang sekolah, Rafka datang ke rumah sakit. Menemui dokter yang biasa memeriksanya.

Dokter yang ber nametag Alina Maharani itu membaca hasil lab milik Rafka.

"Penyakit kamu semakin parah, sebaiknya kamu kasih tau keluargamu," jawab dokter Lina.

Rafka menggeleng, "enggak, Dok. Saya nggak mau bikin keluarga saya khawatir."

Dokter Lina menghembuskan nafas panjang, "Rafka, penyakit kamu ini bukan penyakit sepele, keluarga kamu harus tau. Kamu masih punya keluarga, 'kan?"

Rafka mengangguk, "masih, Dok. Nanti kalo sudah waktunya saya pasti kasih tau keluarga saya, kok."

"Secepatnya, ya, jangan tunggu ajal menjemput," ucap Dokter Lina.

"Iya, Dok. Kalo begitu saya pulang dulu, nanti kalo ada apa-apa saya langsung kabarin dokter," pamit Rafka.

"Iya, kamu hati-hati, ya, selalu jaga kesehatan, jangan sampai sakit," pesan Dokter Lina.

Rafka mengangguk, ia kemudian keluar dari ruangan dokter Lina. Rafka berjalan keluar rumah sakit dan menuju taman.

Rafka duduk di bangku panjang yang ada di taman. Ia memegang hasil lab nya tadi. Tanpa sadar air matanya menetes.

"Kalo kaya gini terus bisa-bisa umur gue udah nggak panjang lagi,"

"Gimana caranya gue kasih tau Bunda sama Ayah?"

"Pasti pas mereka tau kalo gue sakit, mereka langsung panik banget..."

Rafka mendongakkan kepalanya ke atas, menatap langit yang mulai gelap. Pertanda sebentar lagi akan turun hujan.

Sebuah bola menggelinding di kakinya. Rafka mengambil bola itu.

"Kakak, itu punya Fadil," ucap anak kecil yang mengenakan pakaian rumah sakit.

Rafka menatap anak kecil itu sambil tersenyum, "ini punya kamu?"

Anak itu mengangguk, "iya."

Rafka mengembalikan bola tadi pada pemiliknya, "ini, mainnya hati-hati, ya," ucap Rafka sambil memberikan bola itu.

Anak kecil itu kembali mengangguk, "iya, kakak mau main sama Fadil?" tawarnya.

Rafka menggeleng. Mengingat cuaca yang udah mendung dan ia juga belum pulang ke rumah.

"Enggak, lain kali aja, ya, kakak main sama kamu," ucap Rafka sambil mengusap kepala Fadil.

"Iya, nama kakak siapa?"

Belum sempat Rafka menjawab, sudah ada suster yang datang. Keliatannya suster itu kelelahan.

"Fadil, udah, ya, mainnya, suster capek ngejar-ngejar Fadil. Fadil juga 'kan nggak boleh kecapekan, Fadil harus banyak istirahat," ucap suster itu setengah ngos-ngosan.

Rafka [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang