Bismillahirrahmanirrahim ✨
Chapter 15
🕊️
Alan, Riyana, dan Rafka kini tengah berada di rumah sakit. Setelah kejadian tadi pagi, Rafka di suruh izin dulu untuk hari ini. Jadi hari ini Rafka tidak berangkat ke sekolah.
"Bunda, Rafka nggak papa, itu beneran obat maag," ucap Rafka meyakinkan Riyana.
"Plis, tolongin Rafka, Ya Allah, Rafka belum siap terbongkar semuanya sekarang,"
"Rafka belum siap ngeliat bunda sama ayah nangis karena penyakit Rafka,"
"Tolong Rafka, Ya Allah,"
Riyana tetap tak percaya, "mana ada obat maag bentukannya kaya gitu, Rafka," jawabnya.
Tanpa sepengetahuan Rafka, Alan memfoto kemasan botol obat milik Rafka. Untuk berjaga-jaga, siapa tau nanti Rafka berniat akan membuang botol tersebut.
"Loh, Rafka?" tanya Dokter Lina memastikan.
"Hehe, iya, Dok," jawab Rafka.
Dokter Lina menatap botol obat milik Rafka yang ada pada tangan Alan, sepertinya ia tau kondisi yang sedang di alami Rafka.
"Apa mereka orang tua Rafka?"
"Kalo iya, mungkin ini waktunya untuk ngasih tau semuanya,"
Dokter Lina tersenyum, "ini orang tua kamu?"
Rafka mengangguk, "i-iya,"
"Nah, kebetulan sekali, mari bapak ibu ikut ke ruangan saya, ada yang mau saya bicarakan," ucap dokter Lina.
Seketika Rafka menjadi tegang, ia menggelengkan kepala pelan pada dokter Lina. Mengkode agar sang dokter tak mengucapkan semuanya pada ayah bundanya.
Dokter Lina tersenyum. Meyakinkan Rafka bahwa semua akan baik-baik saja.
"Emang ada apa, Dok?" tanya Alan heran.
Bagaimana tidak heran. Setaunya anak sulungnya ini tak pernah ke rumah sakit. Dan bagaimana dokter Lina bisa kenal dengan Rafka? Lalu dokter Lina mengajaknya berserta istrinya ikut ke ruangannya. Pasti ada hal yang sangat penting, bukan?
"Ada hal yang ingin saya bicarakan mengenai Rafka, ini penting, Pak," jawab dokter Lina.
"Ya sudah, Dok, ayo, jika ini memang penting. Saya pengin tau sebenernya ada apa dengan anak saya," kata Riyana sembari melirik ke arah Rafka sepintas.
"Mari ikut saya," ucap dokter Lina.
Alan beserta istrinya mengikuti dokter Lina dari belakang. Sedangkan Rafka, hatinya sudah jedag-jedug, takut jika dokter Lina akan membongkar semuanya.
Sesampainya di ruangan dokter Lina, pasutri itu di dudukkan di kursi yang telah di sediakan.
"Jadi gimana, dok?" tanya Alan penasaran.
Rafka yang berdiri di samping Alan itu menggelengkan kepalanya pelan pada dokter Lina. Mimik wajahnya kelihatan sedang memohon.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rafka [END]
Teen Fiction[FOLLOW DULU BARU BACA] [VOTE, KOMEN, MASUKIN READING LIST!] [PART MASIH LENGKAP] Intinya gini.... Nah gitu. Intinya nggak tau mau bikin deskripsinya kaya apa. Kalo suka, ya, baca aja. Kalo nggak suka silahkan menjauh, dan tolong jangan tinggalkan h...