Chapter 17

30 14 0
                                    

DOOR!!


























Bismillahirrahmanirrahim ✨

Chapter 17

🕊️

Berkumpul bersama keluarga memang selalu menyenangkan, apalagi berkumpul dengan dibarengi makan malam bersama. Yang paling menyenangkan dari makan malam keluarga adalah berkumpul bersama sambil berbagi cerita tentang berbagai hal menarik yang dialami setiap anggota pada hari itu, termasuk anak.

Seperti saat ini, Arya bercerita banyak tentang kejadian yang ia alami di sekolah tadi.

"Bun, Yah, Mas, tadi Arya di suruh maju ke depan buat ngerjain soal matematika dari Pak Bahlul," kata Arya.

Alan pura-pura terkejut, "oh, ya? Kamu pasti nggak bisa jawab soalnya," tebak Alan.

Arya mengangguk, "iya, soalnya susah, aslinya gampang, tapi pas X sama Y dateng jadi susah."

"Makanya pinter," jawab Rafka ikut nimbrung.

"Maksud lo gue goblok gitu?!" sewot Arya.

Rafka mengangkat bahunya, "gue nggak ngomong lo goblok, loh, lo yang ngomong sendiri."

Arya memajukan lesan nya, hingga lesan atas hampir menyentuh hidung. Tapi tak bertahan lama karena ia segera mengubah ekspresinya kembali pada semula.

"Tadi gimana di rumah sakit? Apa kata dokter?" tanya Arya mengingat tadi kakaknya tak jadi berangkat ke sekolah.

Rafka diam. Riyana pun sama, "tadi pagi 'kan Mas Rafka udah bilang, kalo dia sakit maag, jawaban dokter juga sama kalo Mas Rafka sakit maag," jawab Alan.

Arya mengangguk, "ooo, emang sejak kapan Mas Rafka punya penyakit maag? Padahal setau Arya Mas Rafka nggak ada penyakit apa-apa."

"Sotoy, lu!" jawab Rafka.

Arya kembali memikirkan tentang penyakit maag punyanya kakaknya. "Itu pasti karma, karena lo nggak mau deket-deket ama gue," celetuk Arya.

Rafka membulatkan matanya tak percaya, "ngadi-ngadi, lu!"

"Hust! Ga boleh gitu, Ya, Mas Rafka sakit, kamu tu harusnya do'a in biar Mas Rafka cepat sembuh," tegur Riyana.

"Emang penyakitnya Mas Rafka parah, ya, Bun? Sampe harus di do'a in segala?" tanya Arya.


"Yang namanya orang sakit itu harus di do'a in biar cepat sembuh, Arya, nggak harus penyakitnya parah atau enggak," jawab Alan.

Arya mengangguk sambil mengunyah makanan yang ada di dalam mulutnya, setelah halus, ia telan.

"Ya udah, kalo begitu biar Mas Rafka nggak ngerasain sakit lagi, Arya do'a in biar Mas Rafka cepat mati."

Riyana dan Alan membulatkan matanya bersamaan, sedangkan Rafka, ia hanya diam. Karena menurutnya, percuma protes, kalo ujung-ujungnya yang di omongin Arya itu benar.

"Arya! Jaga ucapan kamu! Omongan itu do'a!" tegur Alan.

Mendengar nada suara sang Ayah yang meninggi, Arya memfokuskan pandangannya pada Alan, "nggak bakal terkabul juga, kok, Yah, lagian Arya 'kan cuma bercanda."

Rafka [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang