Kebumen, Minggu, 24 Oktober 2021 ✨
Bismillahirrahmanirrahim ✨
Chapter 25
🕊️
Berdiam diri di kamar seharian adalah suatu kegiatan yang hampir di sukai oleh setiap orang. Seperti Syarif contohnya.
Dari pagi sampai siang Syarif hanya berguling-guling di kasur. Ia bosan harus ngapain. Mau main tapi nggak tau main ke mana.
Memang sudah seminggu ini Syarif libur kuliah, dikarenakan ada masalah di kampusnya.
Syarif hanya memainkan ponselnya, membuka media sosial nya, dan kembali lagi ke layar beranda. Ia bosan!
Tanpa sadar Syarif membuka galeri ponselnya hingga menemukan foto pertama di ponselnya.
Foto itu...
Itu foto Syarif, Jeky, dan almarhum Rafka yang di ambil saat mereka masih kelas satu SMP.
Saat itu mereka masih mengikuti MOS, Syarif ingat masa-masa itu. Masa dimana ia lupa tak memakai perlengkapan MOS, dan Rafka dengan ikhlas nya mencopot semua perlengkapan MOS yang di pakainya.
Jadinya mereka sama-sama di hukum. Sama-sama membersihkan toilet yang sangat kotor, dan sama-sama berdiri di tengah-tengah lapangan dengan tangan yang berada di pelipis mata, dan kepala mendongak ke atas melihat bendera merah putih yang berkibar.
Dada Syarif terasa kembali sesak saat mengingat semua kenangannya bersama Rafka. Sudah lima tahun berlalu tapi ia masih belum juga melupakan Rafka.
Rafka orang baik. Rafka yang menolongnya dari penyakit batu ginjalnya. Mungkin jika Rafka tak mendonorkan ginjalnya sekarang Syarif tak bisa melihat dunia ini lagi.
Syarif mengusap wajah Rafka di layar ponselnya, “gue kangen sama lo, Raf,”
“Rasanya gue pengin nyusul lo,”
“Gue pengin main lagi sama lo, sama Jeky juga...”
Syarif menjeda ucapannya. Pandangannya mulai buram, dan tak lama matanya menangis.
“Sekarang Lo pasti udah tenang, ya, di surga?”
🏹☁️
Jeky Setiawan. Orang yang dulu hampir menyerah dalam mengejar cita-citanya. Orang yang dulu hampir putus asa. Orang yang dulu lemah, sekarang menjadi orang yang hebat.
Jeky sekarang menjadi seorang pelukis profesional. Namanya terkenal di mana-mana. Followers instagramnya juga sudah menyentuh angka jutaan. Ia juga sudah membuat orang tuanya bangga dengannya.
Namun, tak jarang saat ia menang lomba atau jadi juri dalam sebuah perlombaan, ia selalu memikirkan Rafka. Jeky merasa tak pantas untuk berada di posisinya saat ini. Ia merasa yang pantas hanyalah Rafka.
Karena jika ia bandingkan, Rafka lebih unggul darinya. Lukisan Rafka lebih baik, prestasi yang Rafka kumpulkan dari SD juga banyak. Tapi, itu semua sudah ada yang ngatur.
Kita sebagai makhluk ciptaanya hanya bisa menjalaninya. Kita juga tak tahu kehidupan kita di masa yang akan datang nanti akan seperti apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rafka [END]
Fiksi Remaja[FOLLOW DULU BARU BACA] [VOTE, KOMEN, MASUKIN READING LIST!] [PART MASIH LENGKAP] Intinya gini.... Nah gitu. Intinya nggak tau mau bikin deskripsinya kaya apa. Kalo suka, ya, baca aja. Kalo nggak suka silahkan menjauh, dan tolong jangan tinggalkan h...