Chapter 24

40 17 0
                                    

Bismillahirrahmanirrahim ✨

Chapter 24
.
.
.

Chapter terakhir ini, ramein, ya!
.
.
.

Chapter terakhir ini, ramein, ya!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

Bisa baca tulisan itu, 'kan?

Tulisannya kaya cekeran pitik, ya?

.
.
.

HAPPY READING ❤️

🕊️

Kini, semua tengah berkumpul di kediaman Alan. Mertua Alan, orang tua Riyana hadir di sana. Keluarga, kerabat, bahkan guru juga hadir di kediaman Alan. Mereka ikut mengucapkan belasungkawa atas meninggalnya Rafka.

Mereka harap, ini semua hanya sebuah mimpi saja. Karena mereka belum siap untuk kehilangan Rafka. Terutama Riyana. Riyana merasa gagal dalam menjadi seorang ibu untuk Rafka. Harusnya ia lebih memperhatikan Rafka. Harusnya ia tau, sudah dari dulu Rafka menahan rasa sakitnya sendirian.

Alan yang ikut menggotong jenazah Rafka pun sama. Kakinya mendadak lemas saat pegangan keranda ia letakkan di bahu kanannya. Ia tak kuasa menahan air matanya.

Pak Ustadz yang melihat itu pun jadi merasa kasian, ingin menolong, tapi Pak Ustadz tak bisa apa-apa selain membantu mengirimkan do'a untuk Rafka.

"Yang sabar, Pak," ucap Pak Ustadz saat melihat Alan. Alan mengangguk.

Jenazah Rafka mulai di hantarkan ke tempat peristirahatan terakhir. Kalimat tauhid mereka lantunkan sepanjang jalan. Riyana, Syarif, Jeky, Arya, dan beberapa tetangga lainnya juga ikut mengantarkan Rafka.

Kakek dan nenek Rafka tak ikut ke pemakaman. Lantaran usianya yang sudah sepuh, tak sanggup lagi untuk berjalan ke makam. Bisanya naik kendaraan, motor atau mobil. Tadi Arya dan Syarif ingin mengantarkan mereka duluan, tapi mereka nggak mau. Mereka tetap milih tinggal di rumah. Jadi ya sudah, biarkan saja.

Rafka [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang