Chapter 16

24 13 5
                                    

Bismillahirrahmanirrahim ✨

Chapter 16

🕊️

Beberapa tahun yang lalu...

Usia Rafka yang belum genap lima tahun itu kini tinggal di desa, bersama dengan kakek neneknya.

Ayah bundanya menitipkannya, katanya mereka akan mencari uang di kota. Dan keadaan mereka yang belum mapan itu hanya mampu membawa Arya bersamanya.

Sedangkan Rafka di tinggal di desa bersama orang tua sang bunda, Riyana. Di desa, walaupun Rafka di beri kasih sayang yang cukup oleh kakek neneknya, Rafka tetap merasa kurang kasih sayang.

Rafka kurang kasih sayang dari kedua orang tuanya. Satu tahun dua kali Alan dan istrinya pulang kampung. 

Saat tahun baru dan saat hari raya idul fitri. Mereka pulang untuk menjenguk kampung halaman Riyana dan bertemu dengan anak beserta orang tuanya.

Rafka di kampung bermain dengan teman seusianya. Mandi di sungai, main layangan di tanah lapang, hingga main mobil-mobilan di halaman yang luas, itu sudah menjadi makanan sehari-hari Rafka.

Hingga, saat Rafka kelas dua SD, kurang lebih usianya sudah menginjak delapan tahun,  Alan beserta Riyana membawa Rafka ikut mereka. Tinggal di kota.

Alan sudah mempunyai pekerjaan yang tetap, dan gajinya yang lumayan itu mampu membeli satu rumah mewah dan satu unit mobil.

Walaupun Rafka sudah tinggal dengan orang tuanya, ia sering kali rindu dengan kakek neneknya. Sepasang orang sepuh yang merawatnya selama beberapa tahun ini.

Seperti kebiasaan yang di lakukan Riyana dan Alan, saat libur panjang, bisa libur saat pergantian tahun atau libur hari raya idul fitri, mereka balik ke kampung, istilahnya, mudik.

Sampai suatu ketika, saat Rafka liburan di kampung, ketika ia mandi di sungai bersama teman-temannya, kepala Rafka terbentur batu yang ada di sungai.

Rafka sempat tak sadarkan diri hingga akhirnya di larikan ke puskesmas. Tapi kata dokter Rafka baik-baik saja. Itu hanya sebuah benturan biasa.

Semua anggota keluarga bernafas lega, karena Rafka tak apa-apa.

Libur panjang telah usai, Rafka beserta keluarga kecilnya itu kembali ke kota. Dan pada saat inilah gejala pusing kepala mulai menyerang Rafka.

Rafka menganggap hal itu biasa. Ia mengira bahwa ia kekurangan darah, makanya rasa pusing suka melanda kepalanya.

Atau mungkin ia banyak pikiran, nggak punya duit juga iya, makanya ia suka pusing. Rafka masih mencoba untuk berfikir positif.

Setengah tahun berlalu, pusing yang menyerang kepala Rafka dari yang awalnya jarang itu mulai sering terjadi.

Dan saat itu lebaran akan datang tinggal menghitung hari lagi. Otomatis seperti yang di lakukan di tahun-tahun sebelumnya, keluarga kecil Alan akan mudik ke kampung.

Tapi sehari sebelum pulang, Rafka sempat memeriksakan diri ke rumah sakit tanpa sepengetahuan keluarganya.

Dan, dokter mengatakan bahwa di dalam kepala Rafka terdapat tumor otak. Dan pada masa itu masih stadium awal, jadi Rafka kira ini akan sembuh jika ia rutin mengonsumsi obat.

Rafka [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang