Chapter 8

39 16 13
                                    

Bismillahirrahmanirrahim ✨

Chapter 8

🕊️

"Gue egois ga, sih?"

"Iya gue egois, gue tau itu!"

"Gue cuma mau menang sendiri, gue nggak mau orang lain lebih unggul dari gue!"

Sedari tadi Rafka hanya memikirkan tentang sikapnya terhadap Jeky kemarin. Tak seharusnya ia berkata ketus.

"Jangankan musuh, temen aja kadang nggak suka liat kita seneng."

Saking fokusnya memikirkan Jeky, Rafka sampe tak sadar bahwa ada Syarif di sampingnya.

Rafka menatap Syarif, satu alisnya terangkat, "maksud lo?"

"Ya itu, gue lagi nyindir lo," jawab Syarif.

Kedua alis Rafka menyatu, sehingga membentuk beberapa gelombang, "lo nyindir gue? Gue kenapa emangnya?"

"Lo takut Jeky lebih unggul dari lo 'kan? Makanya lo kemarin jawab pertanyaan Jeky dengan ketus," jawab Syarif.

Rafka menggeleng, "enggak, kok."

Syarif menatap Rafka jengah, "nggak salah lagi, gue tau itu."

"Lo nggak suka, 'kan Jeky ikut lomba lukis, lo takut tersaingi, 'kan?"

Rafka terdiam, ia sedikit terkejut. Bagaimana Syarif bisa tau? Rafka berusaha kembali untuk menormalkan ekspresinya.

"Enggak, gue suka, kok, Jeky ikut lomba lukis, gue jadi nggak ngerasa sendiri lagi, gue ada temen," jawab Rafka.

"Ck, dusta. Kalo lo suka Jeky ikut lomba, ngapain lo kemarin jawab pertanyaan Jeky dengan ketus?" tanya Syarif.

Rafka kembali terdiam. Memikirkan jawaban yang masuk akal.

"Nggak bisa jawab 'kan lo? Ya karena memang itu benar. Lo nggak suka Jeky ikut lomba," jawab Syarif sambil menatap Rafka tak suka.

"G-gue... Em... Gue cuma nggak mood aja," Rafka menggigit bibir bawahnya. Berharap semoga Syarif percaya dengan jawabannya.

Syarif terkekeh kecil, "mungkin lo bisa bohongi semua orang, tapi lo nggak bisa bohongi gue."

"Gue tau, dari awal lo emang udah nggak suka, 'kan Jeky ikut lomba itu? Lo takut kalah saing, 'kan?"

Rafka menggeleng, "e-enggak, sial, kenapa gue gugup, si!" Jawab Rafka yang di lanjutkan dalam hati.

Syarif mentertawakan Rafka yang masih saja berbohong. Ia menatap mata Rafka, dan menemukan kebohongan di dalamnya.

"Lo itu egois tau nggak? Lo cuma mentingin perasaan lo doang. Lo nggak mentingin perasaan orang lain. Lo nggak mentingin perasaan Jeky,"

"Kalo lo suka Jeky ikut lomba ini, seharusnya lo dari awal udah dukung dia,"

"Kasih tau kuasnya beli di mana, kanvasnya beli di mana, catnya beli di mana, tema nya apa aja, gambarnya apa aja, bukan malah kaya kemarin."

Syarif memberi jeda. Berharap Rafka akan mengucapkan kata yang seharusnya keluar dari mulutnya. Tapi setelah ia tunggu setelah sekian detik, hasilnya nihil. Rafka tetap diam.

Rafka [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang