Bismillahirrahmanirrahim ✨
Chapter 20
🕊️
"Mas Rafka! Pasangin gue dasi!"
"Mas!"
"Mas, lu di mana, si, ah!"
"Mas Rafka!"
"Hih, budegnya abang gue!"
Sedari tadi Arya memanggil nama Rafka. Tetapi yang punya nama tak kunjung menjawabnya.
Kemana perginya?
Arya turun dari tangga, menemui sang bunda yang sedang memasak di dapur. Melihat bundanya, Arya jadi keinget tentang kejadian semalem.
Tapi Arya masih diam. Ia akan bertingkah seolah-olah tak tau apa-apa dan akan mencari tau semuanya sendiri.
"Bunda, Mas Rafka kemana?" tanya Arya saat sudah di dekat Riyana.
Riyana memberhentikan aktifitas menggoreng tempenya sejenak, "ya, bunda nggak tau, kamu udah cek di kamarnya?"
Arya menggeleng, "belum, Arya cek dulu."
Arya balik badan dan kembali menaiki tangga. Pas masuk ke dalam kamar Rafka, ternyata sudah ada Rafka yang sedang memasang dasi.
"Kalo masuk kamar orang tu ketuk pintu dulu," ucap Rafka tanpa mengalihkan pandangannya ke Arya.
Arya menghampiri Rafka, "tadi gue udah panggil-panggil lo sampai kerongkongan gue kering, tapi lo nggak nyaut."
"Gue lagi mandi," jawab Rafka.
Arya mengangguk, "pantesan, pasangin gue dasi, Mas," kata Arya sambil memberikan dasinya pada Rafka.
Rafka menerima dasi Arya, kemudian mengalungkannya ke leher Arya, "makanya, belajar pake dasi dong, biar ntar kalo gue nggak ada lo nggak kerepotan kaya gini," ucap Rafka sambil memasang dasi Arya.
"Emang lu mau kemana? Lo 'kan disini terus sama gue, lo mau balik ke rumah nenek? Gue ikut, dong," jawab Arya.
Rafka menggeleng, "umur 'kan nggak ada yang tau, Ya. Udah nih, tinggal lo rapihin aja."
Arya merapihkan dasinya, "berangkat bareng, ya, Mas," ucap Arya saat melihat Rafka mengambil tas nya.
"Emang motor lo kenapa?" tanya Rafka.
"Motor gue nggak kenapa-napa. Lo nggak mau, ya, berangkat bareng ama gue?" tanya balik Arya.
"Ya udah ayo. Makan dulu, ntar gue anter jemput lo, gantian. Pas itu lo 'kan anter jemput gue," jawab Rafka.
Arya mengangguk, "sip! Lo turun dulu aja, tas gue masih di kamar."
"Bareng." Jawab Rafka.
Arya mengangguk. Jujur ia merasa kurang nyaman dengan sikap Rafka yang baik dengannya. Ia udah terbiasa dengan sikap kakaknya itu yang judes kalo ngomong sama dirinya.
Beda dengan yang sekarang. Kalo sekarang menurut Arya, Rafka balik lagi ke Rafka yang dulu. Rafka yang humoris, Rafka yang penyayang.
Setelah sarapan, sesuai janjinya Rafka mengantarkan Arya sampai ke SMP Cipta Bangsa, sekolah tempat Arya menimba ilmu.
Dulu Rafka juga SMP nya di sini. Jadi Rafka alumni SMP Cipta Bangsa.
"Sekolah yang bener, buat Ayah sama Bunda bangga sama lo," pesan Rafka saat Arya turun dari motornya.
"Iya," jawab Arya lalu menyalami Rafka, "lo juga."
Rafka menyalakan motornya, "kalo gue mah, gampang. Udah lo masuk dulu sana,"
Arya menggeleng, "gue mau liat lo pergi."
"Ya udah, gue berangkat sekolah dulu, assalamualaikum," kata Rafka.
"Waalaikumussalam."
Setelah motor Rafka benar-benar hilang dari pandangannya, Arya segera masuk ke dalam kawasan sekolah.
Sebenernya ia lagi mencari tau, apa sebenernya yang terjadi sama Rafka. Tapi menurutnya gerak-gerik Rafka tadi tak ada yang aneh. Cuma sikapnya saja yang berubah.
Sedangkan Rafka kini sudah duduk anteng di dalam kelas. Matanya menatap papan tulis di depan. Tulisan yang ada di depan sana terlihat kabur di mata Rafka.
Rafka mengucek-ngucek matanya. Lalu kembali menatap tulisan yang ada di papan tulis. Tetap sama. Tulisan di sana masih terlihat buram.
Rafka duduk di kuris Bilqis yang kebetulan duduknya di depan papan tulis. Tapi tetap sama aja. Awalnya ia kira matanya mulai min. Tapi setelah ia pikir-pikir lagi, bukannya salah satu ciri-ciri penderita kanker otak itu sering terjadi gangguan penglihatan?
Rafka terdiam. Ia merenungi semuanya. Apakah nanti kepalanya juga akan botak?
Apakah nanti juga kaki dan tangannya susah di gerakkan atau mati rasa?
Apakah dia juga nanti bakal ngalamin mual muntah tanpa tau penyebabnya?
Rafka menggelengkan kepalanya. Dalam hati ia beristighfar.
Ia kemudian kembali ke tempat duduknya di belakang. Jeky masuk ke kelas sembari membawa amplop putih di tangannya.
"Amplop apa, tu, Jek?" tanya Feni mewakili yang lain.
"Oh, ini?" Jeky menunjukkan amplop yang di bawanya, "surat izin dari Syarif, sakit lagi dia."
Rafka diam. Ia tau persis Syarif orangnya ga gampang sakit. Tapi kenapa akhir-akhir ini ia sering sakit-sakitan?
Syarif sakit apa sebenernya? Apa Syarif mempunyai penyakit yang sama dengan Rafka?
"Amit-amit jabang bayi, jangan sampe Syarif punya penyakit kaya gue, cukup gue aja yang sakit, Syarif jangan," batin Rafka.
"Halah, palingan juga cuma alasan dia doang, biar nggak masuk sekolah. Padahal aslinya mah, Syarif sante-sante di rumah," saut teman yang lain.
Jeky meletakkan amplopnya di meja guru, ia lalu berjalan ke bangkunya, "jangan asal ngomong lo, Syarif orangnya ga kaya gitu, orang itu surat aja surat dari dokter."
Rafka masih diam. Tak ada niatan untuk ikut campur.
"Temen lu adu mulut, tuh, Raf," ucap Ayu pada Rafka.
"Biarin aja," Rafka kemudian mengungkapkan kepalanya di atas meja.
Tiba-tiba saja kepalanya terasa pusing. Rafka berusaha untuk menahannya, tapi tak bisa. Dengan cepat Rafka segera berlari keluar kelas menuju kamar mandi.
Keluarnya Rafka secara mendadak itu menimbulkan banyak pertanyaan yang bersarang di kepala teman-temannya, terutama Jeky.
Dan tanpa di komando Jeky segera menyusul Rafka. Tapi Jeky kehilangan jejak Rafka. Ia nggak tau kemana perginya Rafka.
Sedangkan Rafka di kamar mandi ia berusaha mati-matian menahan sakit di kepalanya.
Punggungnya ia sandarkan ke tembok, "arghhh!! Sakiit!!" Tubuh Rafka perlahan merosot ke lantai.
Tak perduli lantainya kotor, Rafka tetap menduduki lantai kamar mandi itu.
"Bunda..."
"Rafka udah nggak kuat..."
"Kepala Rafka sakit banget, Bun..."
"Arghhhh!!!"
🕊️
Alhamdulillah ✨
Terima kasih sudah membaca part ini sampai selesai 🤗
Vote dan komennya jangan lupa ya 🤗🖤
KAMU SEDANG MEMBACA
Rafka [END]
Teen Fiction[FOLLOW DULU BARU BACA] [VOTE, KOMEN, MASUKIN READING LIST!] [PART MASIH LENGKAP] Intinya gini.... Nah gitu. Intinya nggak tau mau bikin deskripsinya kaya apa. Kalo suka, ya, baca aja. Kalo nggak suka silahkan menjauh, dan tolong jangan tinggalkan h...