Chapter 7

42 15 8
                                    

Bismillahirrahmanirrahim ✨

Chapter 7

🕊️

"Raf, lo udah beli kanvas?"

"Udah," jawab Rafka singkat.

Percayalah, Rafka jadi kurang suka dengan Jeky. Bukannya apa, tapi menurutnya Jeky itu hanya mengikutinya.

"Lo kanvasnya beli di mana?" Tanya Jeky lagi.

Rafka berdecak kesal, "Lazada!" Jawab Rafka ketus.

Setelah itu ia beranjak dari tempat duduknya dan bergabung dengan yang lainnya.

"Dih, ngamok," ucap Jeky. Jeky mengikuti Rafka.

"Lo udah beli cat nya? Lo pake cat apa? Beli dimana?" Tanya Jeky lagi.

Rafka menghembuskan nafasnya kasar, "akrilik, Lazada!"

Jeky mengangguk, "terus lo mau pake tema apa? 'kan katanya tema nya harus tentang alam, lo gambarnya ada gunungnya nggak? Terus ada sawahnya nggak? Ada sung--"

"Lo mikir sendiri, ah, jangan tanya gue! Gue bukan juri!" Lagi-lagi Rafka menjawabnya dengan ketus.

Syarif yang kebetulan duduk di samping Rafka itu langsung menegurnya, "lo kenapa, sih? Jawaban lo ketus mulu perasaan, lo ada masalah?"

"Gak!" Jawab Rafka, ia kemudian kembali ke tempat duduknya.

Jeky tetap mengikuti Rafka. Karena ia masih belum tau apa-apa tentang lomba lukis ini. Ia baru daftar semalem, sedangkan Rafka sudah mendaftar seminggu yang lalu.

"Besok kita latian ngelukis bareng, ya, sekalian lo ajarin gue," ucap Jeky duduk di kursi depan meja Rafka.

Rafka berdecak kesal, ia menatap Jeky dengan mata menyipit, "gue sibuk!"

"Ya udah, kapan-kapan aja kita belajarnya, gue pasti nungguin lo, kok," jawab Jeky.

"Kapan-kapannya, kapan? Kapan-kapan itu entah kapan, atau nggak sama sekali," batin Rafka.

"Ya." Jawab Rafka berharap semoga Jeky tidak bertanya lagi.

Jeky mengangguk, "lo udah beli kuas? Kuas lo yang besar apa yang kecil?"

Lagi-lagi Rafka menghembuskan nafas kasar untuk sedikit meredam emosinya, "kuas buat ngecat rumah! Udah lo nggak usah tanya-tanya lagi, kalo niat ikut lomba seharusnya lo udah tau apa aja keperluan buat nglukis!"

"Tapi 'kan ngelukis bukan cita-cita gue, tapi... Mulai sekarang gue bakal ber cita-cita jadi pelukis, ah, biar sama kaya lo," jawab Jeky.

Rafka menggeram kesal, "serah, lo!"

🏹☁️

"Ini udah nggak papa, besok nggak usah kesini lagi, ini udah sembuh," ucap mbah dukun saat memijat kaki Rafka.

Rafka coba menggerakkan kakinya, "tapi masih sakit, belum sembuh," jawabnya.

"Ini bukan sinetron yang ada di tv, Rafka, butuh proses untuk sembuh, bukan sekali di pijit langsung sembuh, kalo itu sinetron namanya," jawab Alan. Rafka mengangguk sebagai jawaban.

Rafka [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang