Bismillahirrahmanirrahim ✨
Chapter 18
🕊️
"Pertama-tama, lo itu harus nentuin tema atau ide, tema apa yang akan lo lukis," ucap Rafka saat ia sedang memberi bimbingan melukis pada Jeky.
Jeky mengangguk, "kalo gue pengin gambar gunung gimana, Raf?"
"Ya lo tentuin lo mau gambar gunung yang kaya apa, ada sawahnya apa enggak, ada sungainya apa enggak, ada lautnya apa ada pohonnya apa enggak," jawab Rafka.
Jeky kembali mengangguk, "ooo, terus yang berikutnya apa, Raf?"
"Yang kedua lo nyiapin alat sama bahannya, cat sama kuasnya lo siapkan," jawab Rafka.
Jeky mengambil cat akrilik dan kuas yang ia beli beberapa hari lalu dari dalam tas, "udah."
"Yang ketiga lo buat rancangan atau sketsa nya di atas kanvas, kalo udah, lo warnain, terus yang terakhir tinggal lo sempurnain," ujar Rafka.
Jeky mengangguk, sekarang ia sudah lumayan paham. "Ya udah ayo mulai kita latihan ngelukisnya," ajaknya.
Rafka menggeleng, "lo dulu aja, gue lagi gak mood buat lukis."
Sebenernya bukan itu alasan Rafka.
Akhir-akhir ini pusing suka mendadak datang. Jadi Rafka lebih memilih tidak melukis untuk sementara dari pada di paksa tapi nanti hasilnya tak memuaskan.
Sembari menunggu Jeky selesai membuat sketsa, Rafka searching di google tentang penyakit kanker otak.
Apakah penyakit kanker otak stadium 2 bisa sembuh...
Loading
Yang keluar malah bukan yang Rafka maksud, tetapi iklan tentang proses penyembuhan kanker otak.
Rafka menghela nafas panjangnya, ia kembali menatap ke depan, "kalo gue nggak sembuh gimana?"
"Raf, gue boleh nambahin burung di lukisannya, nggak?" Lamunan Rafka terbuyar lantaran mendapat pertanyaan dari Jeky.
Rafka menutup ponselnya, ia kemudian menghampiri Jeky, "boleh, terserah lo, itu sketsa lo udah bagus," jawab Rafka.
Jeky yang di puji itu pun langsung merasa senang, "beneran?"
Rafka mengangguk, "iya, untuk warnainnya gue saranin mending besok aja, deh, Jek, soalnya gue mau ke masjid," ucap Rafka.
Memang saat ini Rafka sedang berada di rumah Jeky. Tadi Jeky yang memintanya untuk datang ke sini. Untuk mengajarinya melukis katanya.
"Yah, kok, cepetan, sih?" Jeky seperti tak suka saat Rafka akan berpamitan.
"Iya, udah mau asar, pasti yang lainnya udah pada ngumpul di masjid, emang lo nggak mau sholat asar di masjid?" tanya Rafka.
Jeky menggeleng, "enggaklah, iya ini gue udahan ngelukisnya," jawab Jeky kemudian membereskan alat lukisnya.
Setelah semua beres, mereka kemudian ke masjid, menggunakan motor masing-masing. Sesampainya di masjid, dugaan Rafka benar, halaman masjid sudah di penuhi oleh motor yang sangat mereka kenali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rafka [END]
Fiksi Remaja[FOLLOW DULU BARU BACA] [VOTE, KOMEN, MASUKIN READING LIST!] [PART MASIH LENGKAP] Intinya gini.... Nah gitu. Intinya nggak tau mau bikin deskripsinya kaya apa. Kalo suka, ya, baca aja. Kalo nggak suka silahkan menjauh, dan tolong jangan tinggalkan h...