halow, rindu tidak?.....
Alasan mengapa tak begitu banyak foto Byan yang terpajang salah satunya adalah karena Byan yang tak begitu suka difoto.
Bahkan foto-foto di akun instagramnya pun hanya foto-foto candid kesehariannya, atau saat dirinya hadir dalam acara tertentu, hasil satu tim photographer handal yang ditugaskan papah Andrew. Byan mana mau menatap kamera, apa lagi berfoto selfie ria.
Byan tak suka diabadikan.
Kecuali pengorbanannya untuk brand pakaian kesayangannya tentu saja.
Dan itu juga yang membuat kakak-kakak bahkan papahnya sendiri merasa gemas karenanya. Byan tak suka merias dirinya, meskipun ia yang tak memakai riasan apa-apa pun sudah terlihat cantik alamiah. Tapi tetap saja, berdandan adalah hal baru yang patut untuk dicoba.
"Byan, sebenarnya besok kita ada jadwal photoshoot." Byan mengganti kanal teve dengan remot ditangannya berkali-kali. Kepalanya hanya mengangguk mengiyakan apa pun yang disampaikan kakak ipar tertuanya.
"Kita pakai beberapa baju yang sudah disiapkan, berdandan sedikit, ambil foto, selepasnya sudah, foto keluarga jadi deh untuk dipanjang di ruang depan dan konsumsi public beberapa tahun ke depan." Byan menengok ke arah Alice menatapnya sebentar sebelum kembali melengos.
"Kalian aja, Byan gak mau." mendengar kata keluarga Byan baru sadar jika 'kita' yang dimaksud adalah termasuk dirinya.
"O-ya gak bisa, kita sudah urus semua keperluan kamu buat besok, bahkan ada MUA yang bersedia ah, bukan, lebih tepatnya nawarin diri mereka sendiri khusus buat rias kamu besok." Byan menggeleng, dahinya berkerut tak suka, ia menggeser bokongnya menjauhi Alice.
"By.." Alice menyentuh tangannya,
"No." Byan menampiknya. Ekspresinya bertambah serius menatap layar 88 inch di hadapannya yang menampilkan kartun tayangan Byan tiap malamnya.
"Semua ikut besok, Kakak-kakak, Robert, papah juga! papah terbang malam ini dari jepang dan besok siang kita pergi ke studio."
"Enggak."
"kamu ikut. Kakak ke sini bukan minta pendapat, kakak memberi tahu. Jangan menonton sampai larut malam, hm?" Byan mendengus, kakak iparnya yang pertama memanglah yang paling tegas saat berhadapan dengannya.
Byan hanya mendengus saat Alice meninggalkan dengan rambut yang berantakan seusai diacak gemas.
Alice membiarkan alisnya terangkat menjawab tatapan bermacam kedua adiknya yang lain. Mereka bersembunyi di belakang pilar demi mendengarkan Alice berbicara dengan Byan.
....
"Sebentar, sebentar aja, Byan."
"Gamau.. papah! By gak mauuu.." Byan sama sekali tak mendongak saat mengatakannya. Matanya sibuk membaca baris-perbaris tulisan di ponselnya.
"Beberapa jam iniii.. aja, ya? Biar wajah kamu lebih segar kelihatannya di kamera."
"Ya gak usah masuk kamera!" ujar Byan keras kepala. Ia masih berusaha tak melihat sekitar, ponselnya terbuka memperlihatkan halaman jurnal yang baru saja di belinya dari e-book store.
Andrew memperhatikan itu. Riasan sederhana di wajahnya sudah akan rampung, dari tatapannya ia meminta Robert yang sedari tadi berdiri di sudut ruangan memperhatikan Byan yang terduduk di sofa pojok ruangan untuk membawakan ponsel gadis itu padanya.