24.5. Medsos vs Kak Keenan

692 76 17
                                    

Komen kalian mood bgt sumpah wkwk, lanjoooott~

Awas typo✔️
————

Keenan tiba di rumah bersamaan dengan Sean yang turun tergesa dari ojolnya. Helm hijaunya diserahkan sedikit berantakan tak jauh berbeda dengan rambutnya, ia berlari tergesa menghampiri sang kakak, Keenan mengetahui apa yang akan ditanyakan sudah lebih dulu mengangguk, mengiyakan salah satu Guard di belakang tubuh Sean yang meminta izin untuk mengurus abang ojol itu karena sepertinya Sean sudah tak mempedulikannya.

*Pdhl abang ojolnya sedang terpesona—terkesima—melihat pemandangan halaman rumah yang baru saja dimasukinya.

Keenan menghembuskan napasnya dan memberi gestur agar Sean ikut masuk dengannya dan bertanya di dalam.

Sean jelas sudah melihat masalahnya.

"Kak!" Genta menyambut dari pintu utama. Sedikit berdecak melihat tampilan kakak dan adiknya yang sama-sama berantakan tapi tetap mempeshona. Ekhem, Gen papahnya memang terlalu luar biasa.

"Masuk." Hanya itu yang Keenan katakan, Sean menggendikan bahunya menjawab pertanyaan Genta—saat sang kakak tertua melangkah masuk—yang menuntut lewat pandangan matanya.

"Sen juga baru dateng:( Diana ada jadwal praktek siang ini."

*sen= pengucapan Sean buat namanya sendiri, 'a'nya emng sering ditilep.

Genta menghela napas, "Yaudah, masuk."

.....

"Byan di dalem?" Robert dan Alice yang terlihat sedang mendalami pintu(?) berbalik cepat mendengar suara Keenan.

Alice mengangguk. "Aku di rumah sebelah tadi, nama kalian di mana-mana." Keenan hanya terdiam, saat datang tadi juga sudah ada satu mobil wartawan seolah sedang menunggu waktu untuk menyerbu kediaman mereka.

Robert terlihat ingin berbicara dengannya, saat Alice selesai Keenan mengangkat alisnya untuk membiarkan Robert berbicara.

"Saya pergi untuk membereskan pakaian nona muda tuan, beberapa yang sudah tak nona kenakan hanya saya yang tahu jadi saat pergi untuk membantu mereka menyortirnya.. saya lalai, biasanya saya menemani nona membaca di jam seperti ini."

Keenan mengangguk-angguk paham, tangannya berpindah berkacak pinggang. Itu jelas bukan salah Robert pria itu tak bisa selamanya mengawasi Byan hingga harus mengetahui berapa kali frekuensi kedipan matanya.

"Kita lalai." Alice mengangguk pelan mengiyakan.

"Sudah ambil alih ponselnya?" Robert menggeleng putus asa. Byan sudah menguncinya di luar saat ia baru menyadari apa yang sedang terjadi dan berita itu sudah tersebar luas. Pantas saja nonanya tak menyepamnya dengan foto-foto random yang ditemuinya di internet untuk ditunjukkan kepadanya, meski hanya nonanya yang tertawa karena lelucon itu jelas menggunakan rumus fisika, Robert tetap menerimanya karena itu adalah satu-satunya cara kengetahui nonanya baik-baik saja di balik ponselnya.

Keenan menggenggam tangan Alice yang terlihat gugup bersedekap dada. "Siapin minum yang hangat. Snack Byan seperti biasa. Tunggu sama Genta juga Sean di ruang tengah. Jangan khawatir, i'm gonna talk to her."

"Jangan keras-keras. That's not even her fault."

"I won't." Keenan tersenyum menenangkan. Alice mengangguk setuju dan berbalik untuk melaksanakan hal yang disuruh suaminya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 09, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Being Byan (ᵇʸᵃⁿⁱᶜᵉ ᵗʰᵉ ʳᵉᵗᵘʳⁿ)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang