5. Byan yang marah adalah Byan yang tak tahu arah.

1.2K 103 32
                                    

Hawwo~
Judulnya gak nyambung ya maap.

.

.

.

.

.

Selamat membaca✨

𝘁𝗶𝗺𝗲: (sekitar) -+1 tahun sebelum diizinin masuk SMA.

Maaf typos><

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Pagi itu Byan sudah dirundung perasaan bosan, sebal, kesal, dongkol, gemas, ingin eeerrrgghh--Karena setelah berdebat dengan papah dan tak membawakan hasil, niatnya untuk mendinginkan kepala harus digagalkan karena Robert menariknya menjauh dari gerbang utama.

Byan hanya ingin melihat jalan, apa tidak boleh?

"Sedang ada pekerja konstruksi nonby, debu halus di mana-mana.." Ia jadi malas memulai paginya. Professor Simon yang biasanya di sapanya dengan senyum 5 Watt saja dilewatkannya begitu saja.

kenapa pagi-pagi sudah begitu kesal? Bukan tanpa alasan, keinginannya yang sering sekali disuarakannya tak pernah disetujui. Bersekolah. Sekolah. Belajar di sekolah. Seragam sekolah.

"Ini demi kebaikan Byan sendiri." Nyenyenyenye.

Byan kesal.

*Durhaka ni anak, astagah.

...

"Byan tak apa?"

"Sedang dalam mood yang kurang baik, ia meminta disekolahkan di sekolah umum.. dan ditolak."

"Lagi??" Simon pernah menghadapi Byan yang ingin bersekolah juga tahun-tahun kemarin. Tapi masih dalam batas yang mudah diberi pengertian. Dan bertahun-tahun berlalu, Byan semakin cerdas memilah kata-katanya.

Susah untuk mensugestinya di usia yang mulai beranjak dewasa seperti ini.

Simon mendesah pelan, melirik Byan sekilas yang sudah rapih dengan bukunya. Seburuk apapun keadaan, Byan tak pernah tidak memperhatikan pelajaran, dan benar saja, fokusnya malah bertambah sampai tak ingin kelas mereka ditutup. Padahal 2 jam lebih sudah berlalu.

"Professor udah bosen ngajar, by!?"

"Who? Who said? Time's up, Byanice. Kita ketemu lagi minggu depan. Istirahat setelah ini.. tiga bab pelajaran terlalu banyak dipelajari untuk satu kali pertemuan." Byan berdecak tak suka. Tapi tak mau menambahkan. Kakinya yang tadi tertekuk rapih karena fokus belajar kini direnggangkan di bawah meja.

Moodnya benar-benar jelek.

Simon menggeleng maklum sambil merapihkan barang bawaannya.

"See you, By. Jangan lupa istirahat. Robert, pastikan Byan cukup istirahat. Jangan lupa minum vitamin. Itu bagus, musim pancaroba rawan sakit.

wajahnya sedikit pucat pagi ini. Tak seceria biasanya." Kalimat pesan itu dibisikan dekat wajah Robert saat mereka berpapasan.

Robert mengangguk takzim. Meringis juga saat melihat nona mudanya, "ia ada jadwal temu dokter sore ini. Untuk vaksin.. Tuan-tuan pasti dalam masalah." Mulut Simon terbuka, mengangguk setelahnya.

Being Byan (ᵇʸᵃⁿⁱᶜᵉ ᵗʰᵉ ʳᵉᵗᵘʳⁿ)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang