7. Anak remaja

727 108 25
                                    


Selamaaaatrtrrrrrr membacaaaa~

.

.

.

.

.

.

Keknya aku dah lama ga ngetik. Hm

.

.

.

.

.

:3

Teruntuk para siders, yang mau vote Tapi masih ragu, aku gak papaaa~ setelah dipikir, aku ke WP cuma biar apa yang aku tulis ikut jadi hiburan buat orang lain juga, syukur-syukur mau di komen, diapresiasi. Hehe.

Gak apa, baca aja, selamat menikmati yaaa~ 🥺👌

.

.

.

.

.

"Paah.. mau minta uang," Andrew mengernyit heran, memindahkan atensinya yang tadi serius dengan beberapa dokumen perusahaan di pangkuannya kini menatap Byan yang sedang mengulurkan kedua tangannya yang saling bertumpuk dengan kepala yang ditundukkan.

Byan ada kebiasaan baru akhir-akhir ini. Ia sering meminta uang dengan alasan ingin menabung untuk bisa pergi ke Amerika saat musim liburan nanti.

Padahal tak menabung juga ia masih punya banyak tabungan setelah sekali menjadi brand ambassador Nike.

"Buat apa? Perasaan papah udah kasih kemarin deh.." Byan menatap Andrew dengan bibir yang dimajukan.

"Aaa~~kan byan mau nabung paah, nabung gak bisa sekalii.." alasannya.

"Kamu udah berkali-kali looh." Byan menerawang. "Emang iyaa?? Kan nabung gabisa berkali-kali, harus banyak-banyak kaliiii.. gak keitung."
Andrew tertawa kecil melihat tangan Byan yang ikut menjelaskam.

"Jadi papah harus kasih uang nih?" Byan mengangguk semangat.

Andrew menggeleng, merogoh saku celana bahannya untuk mencari dompet kulit yang biasa ia bawa. "Ini," sebuah uang kertas berwarna merah keluar.

Byan tersenyum manis sebelum menerimanya.

"Makasih papah! Sayang papah!" Sebuah ciuman singkat di bubuhkan lalu Byan berlari kecil meninggalkan pekarangan rumah itu dengan lekukkan senangnya. Jangan lupa uang seratus ribunya.

"Hati-hati, Byanice. Berhenti berlari!" Byan mengangkat jempolnya dengan masih berlari.

"Remaja jaman sekarang." Andrew terkekeh kecil sebelum kembali fokus kepada pekerjaannya. Angin sore terasa sejuk di dalam gazebo ini.

..

Byan memekik senang dalam hati. Melihat uangnya yang cair lagi. Ia akan langsung membuat planning seperti malam-malam sebelumnya untuk keluar dan membeli banyak makanan instan di supermarket terdekat dari rumahnya dan kembali sebelum ada yang menyadari ketiadaannya. Big thanks to gerbang belakang yang memiliki pintu lewat anjing yang seukursn badannya.

Ide gila itu sudah dilakoninya akhir-akhir ini. Ia mengetahui letak supermarket saat Robert dan dirinya berjalan sore di taman beberapa minggu lalu.

Dan jadilah Byan senekat ini.

'ahh.. mie instan, byan is comiiiiing.' batinnya menjerit excited.

...


Robert sedikit merasa janggal akhir-akhir ini karena jadwal tidur Byan yang maju. Itu bagus.

Namun tetap saja terasa seperti janggal, karena hari biasanya ia harus mengejar-ngejar Byan mengelilingi kediaman ini dahulu sebelum Byan mau pergi ke kamarnya dan sekarang anak itu lebih suka tidur dengan sendirinya satu jam lebih awal dari biasanya. Robert jadi pulang lebih awal juga tentu saja.

"Nonby sudah mengantuk?" Byan mengangguk, memberikan gelas berisi susunya kepada Robert.

"Hum. Byan ngantuk, abis sikat gigi Byan bakal tidur." Robert mengangguk, ia mengerti, tandanya ia harus pergi dari sana sebelum Byan memutuskan untuk memejamkan matanya.

"Baik, selamat malam, nonby."

Byan tersenyum dan berbalik duluan ke arah kamar mandi.

'brak'

...

"Hm.. Mari kita lihat apa yang mau Byan cicipi malam ini." Dua hari yang lalu ia sudah mencicipi segala macam soda. hanya mengecapnya dilidah, tak sampai menenggaknya. Jadi perutnya aman. Hanya sedikit tak nyaman setela mengonsumsi dua cup mie instan sekaligus.

Jadi wajar.

Ia berjalan sedikit tergesa ke arah kasir, meletakkan belanjaanya perlahan agar tak menimbulkan banyak kebisingan. Ini hampir tengah malam, otomatis hanya ia satu-satunya pengunjung supermarket di tengah malam ini.

Kasir itu masih sama seperti dua hari lalu. Sepertinya ia akan bertanya lagi tentang byan.

Pertanyaan nya telah ia telan sendiri lebih dari 1×48 jam setelah bertemu Byan.

"Ya, jadi.. kamu pindahan? Atau.. tamu?? Karena tiga hari berlalu dan kamu masih disini?" Byan mengangkat kedua sudut bibirnya.

"Em.. aku jarang keluar, ya.. jarang sekali keluar.."

Kasir itu tertawa sambil memasukkan barang belanjaan Byan ke dalam satu plastik belanja.

"Apa kamu pengedar? Pengirim barang selundupan.. mungkin?" Byan mengernyit heran. Kata-kata itu terasa asing di telinganya.

"Maaf?" Kasir itu kembali tertawa.

"Oh, oke.. aku mengerti, ini mungkin rahasia terbesarmu, dan.. ya, begitu mudah ditebak." Byan menggeleng tak paham.

Ia menyodorkan uangnya.

"Rahasia terbesarku? Adalah tak bisa keluar bebas pada siang hari. Bukan karena takut diburu polisi,

Tapi karena bungsu Anaies punya banyak waktu untuk dihabiskan di dalam kurungan emas."



"B-byanice?"

"Kamu bisa simpan kembaliannya. Terimakasih, selamat malam."

...


Byan hampir terjatuh saat melewati pintu anjing itu. Punggungnya tak sengaja tergores kawat berujung tajam yang tercecer di sana.

Sedikit merutuki kebodohannya tak melihat dulu. Sepertinya pikirannya masih tertinggal di supermarket tadi.

Hm.

Byan membuka pintu belakang rumahnya perlahan, ia membawa kunci karena kunci itu selalu menggantung apik di gagang pintu dan tak pernah berpindah.

Bodoh jika tak memanfaatkannya.


Namun sesuatu ternyata telah menunggunya di dalam sana.










'CTAK' Lampu rumah itu menyala sepenuhnya.



"Jadi ini alasan kenapa kamu tidur lebih dulu tapi selalu terbangun terakhir?" Jantung Byan berasa turun ke pusar.













TBC.

Hahahahahaha.

Areen,

With luv. 11-09-2020.

Being Byan (ᵇʸᵃⁿⁱᶜᵉ ᵗʰᵉ ʳᵉᵗᵘʳⁿ)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang