Halooo~~
Selamat membaca.
..
.
.
.
.
.
.
.
Sorry for the typos!
..
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Byan lagi-lagi demam, dan sudah masuk hari kedua juga tuan Andrew menggendongnya ke mana-mana, termasuk membawanya ikut bekerja, ke kantor.
Byan akan sangat sensitif jika sudah sakit seperti ini. Musim pancaroba jelas tak bisa dihindari, dan begitu juga sakitnya Byan yang sekarang ini.
Tuan Andrew jelas khawatir, apa lagi jika mengingat Byan yang pernah beberapa kali kejang sebelumnya saat demam, itu yang membuatnya selalu mewanti-wanti jika Byan sudah demam, maka ia akan selalu menempel dengannya.
Sesibuk apa pun dirinya.
Byan menyamankan kepalanya di dalam gendongan berbentuk ransel depan yang menempel langsung dengan dada ayahnya.
Detak jantung itu seolah menjadi pemenangnya dikala sakit yang mendera kepalanya.
Badannya sakit, semua terasa tak enak, dan hanya papah yang bisa membuatnya merasa sedikit lebih aman.
"By, minum?" Andrew menyodorkan sebuah botol minum bersedotan kesukaan Byan.
Tapi anaknya itu hanya meliriknya kurang minat dan terbatuk beberapa kali. Andrew mengusap sayang pucuk kepalanya. Mengoper botol kepada asistennya sebelum membenarkan letak plester demam di dahi Byan.
Mereka berada di dalam lift menuju ruang meeting. Beberapa pegawai juga berada di sana untuk pergi ke tempat tujuan mereka masing-masing, sesekali mereka mencuri pandang kepada sang atasan yang terlihat berkali lipat lebih gentle dengan gendongan anak menyampir di tubuhnya.
Byan sensitif jika tak bersamanya, tapi sangat tenang bila berada di sisinya, makannya ia masih bisa melakukan pekerjaannya dengan mudah dengan Byan di gendongannya.
Bocah 7 tahun itu selalu mengerti dirinya.
Andrew jadi selalu berhati-hati dalam mengambil langkahnya.
Suara dentingan terdengar, lantai yang mereka tuju sudah di depan mata.
Andrew memberi salam singkat kepada para pegawainya sebelum melangkah keluar dengan Darwin mengikutinya.