.
.
.
.
.
.
Sorry for the typos ‼️
(⊃。•́‿•̀。)⊃(つ .•́ _ʖ •̀.)つ༼ つ ◕◡◕ ༽つ
.
.
.
.
"Paaah.. papaah.." Genta berseru cukup keras dari ruang tengah.
Juru kunci kejadian belum turun sejak tadi.
Harus dibantu.
"Gausah deket-deket!" Byan sensi sekali, sejengkal saja Donni mendekat, mulut dan tangannya tak berhenti hentinya merapal.
"Gausah teriak-teriak begitu.. gak sopan." Byan cemberut. Tapi tak berani menimpali, hanya Genta harapannya berlindung saat ini.
Papah sepertinya belum bisa dikatakan aman untuk dimintai bantuan.
"Apa?? Ada apa??" Papah Andrew akhirnya keluar dengan sebuah tablet di tangannya.
Matanya menelisik penuh selidik setelah melihat Byan yang berada di belakang Genta dan Donni tak jauh dari sana.
"Ini kenapa?" Tangannya terulur untuk menunjuk byan yang sudah tergulung handuk barunya.
Byan memepetkan tubuhnya pada Genta, mempersempit pandang papahnya untuk melihatnya.
"Percuma Byanice, papah masih bisa liat kamu. Kamu gak sekecil itu." Byan mencebik kesal.
"Ini kenapa sih paaah? Ada apaa? Donni? Kok Donni disini?" Genta meminta penjelasan. Sepertinya hanya ia yang tak mengerti situasi disana.
"Donneu.. Donneu.." Donni menambahkan tak terima. Genta mendengus. Eyke keshel.
"Apanya yang kenapa? Jelas-jelas Byan lagi olahraga didampingi tutor."
"Engga kak.." byan berbisik, berusaha sekecil mungkin agar tak terdengar sampai telinga yang mulia tuan besar Anaies.
"Duduk, gen. Biar Byan suru berdiri sampe kering, duduk Don." Byan menganga tak percaya.
"Jadi.."
"Papah cuma kasih dia coba, gimana rasanya olahraga, tapi ini yang lebih tepat buat dia. Ingat kejadian di sekolah waktu itu? Waktu papah ada kerjaan di luar, waktu uncle Jorge telefon papah saking paniknya."
Oh, ya, Genta ingat. Yang membuat papah pulang cepat saat itu kan karena uncle Jorge memberitahunya lebih dulu. Padahal para kakak sudah sepakat untuk tak memberi tahu karena takut mengganggu pekerjaan sang kepala keluarga.
Byan merasa terabaikan. Sepertinya jawabannya kurang dibutuhkan sekarang.
"Terus sekarang apa?"
"Byan pergi begitu saja." Byan menganga tak percaya, Donni mengatakan itu di saat papahnya sedang tak bersahabat!? Gila kali ya.
Byan membalik badannya spontan. Menutup separuh wajahnya dengan handuk yang melilit tubuhnya.
Sial. Sial.
Papah Andrew adalah orang yang amat sangat bijak. jika salah,
maka ia salah.
"Kenapa? By?" Byan masih setia berbalik badan.
Tuan Andrew menghela nafasnya berat, sengaja diberatkan sebenarnya, agar Byan bisa mendengarnya. Ini serius.
"Pelajaran olahraga yang ada di sekolah itu rata-rata 2×45 menit loh, atau ada yang sampai 3×45 menit. Ini kamu baru satu jam, ah enggak, baru 45 menit sudah kabur lagi? Bukannya kamu mau olahraga, ya? Sampe papah udah bilang bener-bener, baik-baik kalau jangan, karena bisa jadi terlalu berat, kamu malah pergi, ninggalin uncle jorge dan malah dapet lebam karena terpantul bola."