Baca ulang part sebelumnya yok :Dsksksksk Areen lupa book ini aseli:))
Maap:p
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Selamat membaca!
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Tuan! Maaf mengganggu, tapi apakah hari ini boleh? Hujan mengguyur dari pagi tadi, dan Byan belum mau beranjak dari ruang tengah sebelum keinginannya terpenuhi kali ini."
"Ya hahah, tentu, anak itu pasti—oh, Robert, hujannya mulai berhenti." Robert terdiam, Andrew di seberang telefon pun sama diamnya. di ruangannya ia tak bisa melihat ke luar. Ia mendadak cemas.
"Temui Byan. Sekarang!" Robert mematikan panggilannya dan berlari ke arah lift untuk mengantarkannya ke lantai dasar.
Damn, Byanice tak akan memaafkannya untuk hal ini.
....
Saat Robert sampai ke ruang tengah ia melihat seorang asisten sedang merendahkan tubuhnya untuk berbicara dengan Byan. Byan berdiri menghadap kaca yang membatasi dirinya dan halaman samping rumah.
Dan semakin mendekat, Robert semakin bisa melihat bahu itu bergetar bahkan mengeluarkan isakan kecil. Tangan Byan terangkat mengusap wajahnya.
"Nonby??" Byan berbalik dengan cepat.
Wajahnya yang keruh bertemu tatapan khawatir Robert. Byan sudah bersiap akan meledak, tapi ia mengusahakan kalimat terakhirnya keluar dulu.
Ia menunjuk taman di samping rumah.
"Hujannya berhenti, HUAAAAAA.." Dan pecahlah tangisnya.
Robert merasa sangat bersalah, ia sudah menjanjikan jika selesai dengan snacknya dan tampaknya itu sudah usai sejak tadi.
Robert bertumpu pada tempurung lututnya dan membawa Byan agar menatapnya, gadis itu begitu sedih ditinggal hujan.
"Nonby?" Byan menggeleng, menunjuk ke luar. Robert tak bisa lagi membiarkan nonanya menangis terlalu lama. Ia jadi meraih Byan ke dalam gendongannya.
"Ssshhh... I'm sorry, okay? Robert sorry.." Robert masih tergolong cukup muda, beberapa tahun lalu di usianya yang seharusnya memasuki perguruan tinggi ia sudah dipercaya untuk menjadi asisten pribadi nona kecil anak seorang yang berpengaruh di negaranya.
Robert merasa sangat bersalah, Byan tak mengatakan apa-apa tapi tangis dan wajah yang dibenamkan pada bahunya itu menandakan seberapa sedih nona mudanya.