Satu sendok terakhir zuppa soup akhirnya mendarat sempurna di mulut Achi. Dia tersenyum puas setelah berhasil menghabiskannya.
"Haah... Sekarang waktunya makanan yang manis-manis." Gumamnya riang. Dia menegakkan tubuhnya dan mengedarkan pandangan, senyuman lebarnya muncul saat melihat stand salad buah yang terletak di sisi kanan ballroom.
Antrian yang cukup panjang tidak menyurutkan niat Achi mendapatkan semangkuk campuran buah-buahan dan mayonaise yang terlihat segar itu. Beruntung, saat dia sampai di depan penjaga stand masih ada satu mangkuk tersisa, jadi setidaknya usahanya sejak tadi tidak sia-sia.
Sampai di tempat duduknya, Achi langsung menikmati kudapannya tanpa rasa risih dan malu. Ya buat apa malu, meskipun datang tanpa ganda campurannya alias sendirian, toh dia datang ke tempat ini bukan dengan tangan kosong. Dia membawa bingkisan untuk kedua mempelai. Ditambah dia merupakan undangan resmi, jadi ya... Santai sajalah.
"Permisi."
"Uhuk! Uhuk!!!" Achi menepuk dadanya sendiri dengan heboh. Nyaris saja sepotong buah apel masuk ke dalam saluran pernafasan Achi.
"Eh, maaf... Maaf." Si pemilik suara bariton yang tadi menyapanya terdengar lagi. Sepertinya kali ini dia merasa bersalah karena telah mengacaukan acara mukbang salad yang tengah di lakukan Achi.
Masih dengan sisa batuknya Achi mengangkat tangan, mengisyaratkan kalau dirinya baik-baik saja.
"Saya nggak apa-apa kok." Ujar Achi setelah batuknya mereda.
Dia menoleh dan baru menyadari kalau sekarang di sebelahnya berdiri seorang laki-laki dengan setelan kemeja batik dan celana bahan berwarna hitam yang sedang menatapnya khawatir.
Achi mengerjapkan matanya takjub.
Allahuakbar... Ini malaikat dari mana nyasar kesini?
"Halo??" Lelaki itu mengibaskan tangannya di depan wajah Achi, membuat Achi tersadar kembali.
Lelaki itu terkekeh kecil melihat ekspresi wajah Achi, "kamu memang selalu begitu ya raut mukanya?"
Bukannya menjawab, Achi malah terpesona lagi gara-gara mendengar tawa kecil yang baru saja keluar dari mulut lelaki itu.
Subhanallah... Bisa-bisanya ada orang yang ketawanya aja adem banget kayak air mineral asli pegunungan.
"Maaf, Masnya siapa ya?"
Laki-laki itu tersenyum, "pasti kamu lupa. Kita ketemu di kedainya Rama kemarin."
Achi mengerutkan keningnya, memperhatikan wajah tampan lelaki yang tersenyum di hadapannya sambil berusaha mengingat kapan dia pernah bertemu dengannya.
"Yang mana ya?" Tanya Achi lagi. Salahkan ingatannya yang buruk, dia bahkan tidak mengingat sama sekali pernah bertemu dengan lelaki di hadapannya ini sebelumnya.
"Masih lupa?"
Kepala Achi mengangguk. Lelaki itu berdehem dan menyodorkan tangannya.
"Kalau gitu kenalan disini saja. Saya Kahfi, temannya Rama."
KAMU SEDANG MEMBACA
Me&You ✓
Short StoryDua rasa sudah jadi satu. Dua keluarga sudah sama-sama setuju. Kira-kira, apakah masih ada halangan untuk mereka berdua ya? .................................................................