She Said...

101 23 6
                                    

Kahfi's thought

"Chi... Udah siap belum? Mas mu udah nungguin nih dari tadi."

"Iya sebentar!!!" Sayup-sayup kudengar suara Achi yang menyahut dari dalam kamarnya.

Mama Nurlita berdecak gemas kemudian menghampiriku yang duduk di sofa ruang tamu, "begitu tuh Fi, kalau udah dandan lama banget."

Aku hanya tersenyum, "nggak apa-apa Ma, namanya juga buat acara. Biar lama juga Kahfi tungguin." Jawabku.

"Ih kamu tuh, di belain terus aja Achi nya. Kesenangan dia nanti kalau tau Fi." Mama Nurlita menepuk pahaku kemudian bangun dari duduknya, "Mama lupa lagi bikin kue, sebentar ya, Mama tinggal dulu."

Aku mengangguk. Kubiarkan calon ibu mertuaku itu kembali ke dapur untuk menyelesaikan urusannya.

Ku angkat kepalaku untuk melihat jam dinding yang tergantung manis di tembak ruangan ini.

Jam 10:05 itu artinya masih ada waktu dua jam lagi sebelum acara akad nikah sahabatku Jun dimulai.

Yep, hari ini aku menjemput Achi sebagai +1 sekaligus pendampingku dalam rangkaian acara pernikahan Jun nanti.

Duh Bunda, akhirnya anakmu ini punya gandengan buat di ajak kondangan 😭

"Yuk Mas, aku udah nih."

Pernah lihat adegan di film-film atau komik waktu pemeran pria melihat pemeran wanita yang dia sukai muncul seolah bersinar dan dikelilingi gambar bunga-bunga di sekelilingnya?

Nah persis! Saat ini aku mengalaminya.

"Mas?"

"Cantik banget Chi."

Kedua matanya membola, dia lantas memukul pundakku, "apaan sih Mas?!"

Persis seperti dugaan, rona merah langsung terlihat di wajah gadis kesayanganku itu.

"Cie malu cie..."

"Ck, tau ah. Ayo buruan berangkat. Telat nanti kita." Achi mengibaskan tangannya, mengabaikan aku yang masih tertawa. Dia lantas berjalan menuju dapur mencari mamanya.

"Ma? Kita mau berangkat nih!"

Kulihat Mama Nurlita muncul dari arah dapur. Aku mengikuti Achi dari belakang dan mencium punggung tangannya.

"Pergi dulu Ma." Pamitku.

"Iya. Bawa mobilnya hati-hati ya Fi. Jangan ngebut."

"Dah Ma. Pergi dulu, Assalamualaikum!!"


















°
°
°
°
°
°
















Rasanya seperti deja vu, saat ini aku melihat Achi sedang asyik menikmati salad buah miliknya. Tapi bedanya, kali ini aku bisa menatapnya secara langsung tanpa perantara seperti dulu. Kali ini aku juga duduk di sebelahnya bukan sebagai Kahfi 'temannya Rama' tapi sebagai Kahfi 'kekasihnya Achi'

"Aku tau kalau aku se lovable itu, tapi malu juga tau Mas kalau di lihatin terus." Tiba-tiba Achi menoleh, dia ikutan menatapku.

Ah, rupanya dia sadar toh sejak tadi di perhatikan.

"Chi,"

"Hm?"

"Habis mereka, gantian kita yuk?"

Sedetik...

Dua detik...

Yang ku dapat di detik selanjutnya justru Achi yang cegukan sambil mengerjapkan matanya.

Duh, Chi... Lagi serius gini kok bisa-bisanya kamu ngelawak sih 😑

"Sorry -hiks, aku -hiks, cegukan." Achi menutup mulutnya. Dan tentu saja sebagai kekasih yang baik, aku sudah siap sedia dengan segelas air untuknya.

"Minum dulu nih.."

Dia mengangguk dan meminum air itu sampai habis setengahnya.

"Kamu ngelamar aku ya barusan?" Setelah memastikan cegukannya tidak kembali, Achi menatapku serius.

"Kayaknya sih iya." Jawabku santai.

"Kamu serius? Maksud aku, kita bahkan belum setahun kenal Mas."

"Ya emangnya kenapa? Berapa lama kita kenal nggak menentukan langgengnya hubungan kan?"

Achi menghela nafas, "Tapi aku takut kamu nyesel nantinya. Masih banyak hal jelek dari aku yang belum kamu tau Mas."

"Terus? Emangnya kamu udah tau banyak soal jelek-jeleknya saya?" Tanyaku balik.

Achi mengatupkan bibirnya, sepertinya bingung mau menjawab dengan apa lagi.

"Saya sudah 30 Chi, sudah nggak wayahnya lagi pacaran lama tapi ujung-ujungnya gak jelas. Kamu juga udah 25 kan? Saya rasa nggak muda-muda banget kalau saya ngajak kamu melangkah ke arah yang lebih serius."

Sebenarnya, melihat air muka Achi saat ini membuatku sedikit ragu kalau dia mau menjawab. Lagipula ini memang salahku, seharusnya aku tidak melamarnya di tempat sepeti ini kan?

"Jadi gimana Chi? Marry me?"

"Jadi gimana Chi? Marry me?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku..."

Deg.

Deg.












"Aku nggak bisa Mas."

Me&You ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang