Dua rasa sudah jadi satu.
Dua keluarga sudah sama-sama setuju.
Kira-kira, apakah masih ada halangan untuk mereka berdua ya?
.................................................................
Kata orang-orang, kalau kita mau memulai sebuah hubungan rasa yang paling penting untuk diutamakan adalah nyaman. Tapi bagi Achi yang jelas-jelas tidak pernah mengalami hubungan cinta-cintaan sebelumnya, dia justru mempertanyakan apakah kenyamanan yang dia rasakan saat bersama dengan Kahfi hanya sebatas karena terbawa perasaannya sendiri atau benar-benar sebagai bentuk nyata dari perasaan lelaki yang tengah memakai sabuk pengamannya itu.
"Nah, jadi... Kita mau kemana hari ini?" Kahfi tersenyum, tangannya sudah memegang kemudi mobil sambil menoleh ke arah Achi yang duduk di kursi sebelahnya.
"Ha?"
Melihat ekspresi wajah Achi, Kahfi mendengkus geli, "saya nanya, kita mau kemana hari ini, Achi?"
"Oh, hehe. Maaf maaf nggak fokus. Emang rencananya Mas Kahfi mau ngajak aku kemana? Lagi nggak ada ide nih aku."
Biasanya, jalan-jalan ala Kahfi dan Achi itu ya sederhana saja. Makan pecel ayam di dekat rumah, jajan di pinggiran Kemayoran, atau duduk santai di depan danau Sunter sambil makan jagung bakar. Sesekali mereka juga jalan ke restoran siap saji di sekitaran Sunter menikmati burger dan kentang goreng kesukaan Kahfi. Pokoknya biasa sajalah.
Tapi justru itu yang bikin Achi semakin mengagumi Kahfi, pemuda itu tidak malu melakukan itu semua. Padahal kan kalau di lihat secara tampang ataupun gaya, Kahfi tentu lebih cocok wisata dengan helikopter pribadi atau makan di restoran fine dining, bukan yang pinggiran seperti seleranya Achi.
"Hm...." Kahfi mengetuk-ngetuk jemarinya di atas kemudi. Lelaki itu nampak seperti sedang berpikir untuk beberapa saat.
"Ikut aku aja gimana? Mau nggak?" Tawarnya.
"Kemana dulu nih?"
Bukannya menjawab pertanyaan Achi, Kahfi malah tersenyum sambil menyalakan mesin mobilnya, "ikut aja. Nanti kamu juga tau."
"Mas nggak berniat nyulik aku terus ngejual aku ke pasar gelap kan?" Achi memutar arah tubuhnya, menatap serius Kahfi yang kini justru menertawakannya.
"Ih, kok malah ketawa sih! Serius loh ini."
"Sorry, sorry. Habis kamu lucu sih." Sahut Kahfi masih dengan sisa tawanya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pengetahuan baru Achi tentang Kahfi : jangan tertipu dengan wajah kalem dan sok cool milik Kahfi. Kenapa? Sebab diam-diam dibalik wajah 'mematikannya' Kahfi itu sebenarnya random dan agak aneh.
Contohnya nih ya, suatu hari Achi pernah diajak makan kentang goreng di McD. Kalau biasanya orang akan mencocol kentang gorengnya dengan saus sambal, lain halnya dengan Kahfi. Dia justru mencocol kentang gorengnya itu dengan es krim sundae rasa vanilla. Coba bayangkan, dimana letak cocoknya kentang goreng dan es krim... Aneh kan?
"Tenang Chi, aku nggak bakalan nyulik kamu kok. Lagian bodyguard kamu banyak, ada Mas Rama sama Koh Dion, mana berani sih aku."
"Iya deh iya. Tapi bener lho, Mas Kahfi nggak ajak aku ke tempat aneh-aneh?"
"Iya Chi... Tenang aja, aku jamin kamu bakalan suka sama tempatnya."
°°°°°
Tolong ingatkan Achi untuk tidak percaya dengan kata-kata manis Kahfi lain kali.
Soalnya, alih-alih membawa Achi ke tempat wisata atau nongkrong lelaki itu justru membawa Achi ke depan sebuah rumah di kawasan Sunter yang entah milik siapa.
"Yuk turun."
Kedua mata Achi masih sibuk memandangi rumah di hadapannya. Tidak bisa dibilang besar sekali sih, tapi terlihat jelas kalau rumah itu memiliki banyak penghuni karena ada beberapa motor dan satu mobil yang terparkir di garasinya.
"Ini rumahnya siapa sih Mas?"
"Rumah orang tua saya."
"Oh... HAH?!"
Dengan tergesa-gesa Achi mengejar Kahfi yang sudah hampir membuka pintu gerbang.
Apa-apaan, masa belum ada sebulan mereka kenal Kahfi langsung membawanya ke rumah orang tuanya? Mana Achi tidak berdandan sama sekali lagi, mau di taruh dimana mukanya kalau bertemu calon mertua dalam keadaan buluk begini?!
"Mas, tunggu dong." Achi berhasil meraih lengan jaket Kahfi dan membuat laki-laki itu berhenti.
"Masa tau-tau aku dibawa kesini, aku kan nggak sempat bawain apa-apa. Mana pakaianku begini doang lagi. Balik aja yuk, malu Mas..."
Kahfi melepaskan pegangan tangan Achi pada jaketnya sambil tersenyum.
"Aku emang nggak bilang-bilang Bunda kok sebelumnya. Nggak apa-apa, lagian aku pulang bawa kamu begini juga palingan Bunda udah seneng banget."
Blush! Wajah Achi yang tadinya tegang mendadak berubah menghangat mendengar ucapan Kahfi. Untung lampu jalan di depan rumah ini agak temaram, jadi wajahnya yang memerah tidak terlalu kelihatan.
"Udah nggak tegang kan? Yuk masuk. Bunda baik kok, santai aja, ya?"
Ujung-ujungnya Achi hanya bisa mengangguk dan mengikuti langkah kaki Kahfi yang membawanya masuk ke dalam rumah. Kedua matanya membulat kaget saat tau-tau tangan besar milik Kahfi menggenggam tangannya.
Mas, kayaknya besok-besok aku harus bawa tabung oksigen portabel deh kalo jalan sama kamu. Habis kamu hobinya bikin jantung ku mau copot begini sih!