⚠️ TW// 18+
.......
"Kak, pelan-pelan aja jalannya nak nanti jatuh hei!"
Kahfi panik saat melihat sang putri berlari cepat mendahuluinya padahal tadi dia hanya membuang sampah sebentar.
"Ayah ayun!" Pinta sang putri yang sudah duduk di atas ayunan. Kedua kaki kecilnya bergoyang-goyang bergantian, tidak sabar menunggu sang ayah beraksi.
"Tiga kali aja tapi habis itu kita pulang ya?" Kahfi mengajukan penawaran.
"Ya ayah, tiga kali kan sebentar doang... Lima dong, ya ya?" Seperti dugaan Kahfi, tawarannya justru di tawar balik oleh si kecil yang bahkan baru berusia 5 itu.
Kahfi menggeleng, "Tiga atau kita pulang? Duh ini nanti Ayah mesti di omelin deh sama yangti kalau lihat kamu kumus-kumus keringetan semua gini nak..."
"Iya iya, tiga kali aja." Meski dengan bersungut-sungut tapi akhirnya si kecil itu menyetujui permintaan sang ayah yang memang sebenarnya sudah kelewat lelah.
Ya maklum saja, kekuatan tubuh memang berbanding lurus dengan usia kan?
Ngomong-ngomong, gadis kecil yang sedari tadi belum kita sebut namanya ini adalah putreri sulung Kahfi dan Achi. Namanya Cahaya Mentari. Dan sesuai dengan harapan yang tersemat di namanya, Aya -begitu dia biasa memanggil dirinya tumbuh dengan pribadi murah senyum dan ramah (atau kelewat ramah malah?)
Aya menjadi alasan Kahfi terburu-buru menaiki taksi menuju rumah tiap kali tugas mengudaranya selesai. Aya juga menjadi alasan Kahfi selalu tidur lebih larut setiap malamnya demi bisa menatap wajah Mentarinya yang terlelap lebih lama.
"Ya Allah ini habis main apa kok basah semua begini bajunya dek??" Yangti —alias bundanya Kahfi terkejut saat melihat sang cucu kesayangan berlari ke arahnya dengan tampilan berantakan. Kuncir kudanya nyaris terlepas dan bajunya bernoda coklat entah bekas apa.
"Biasa ti, main di taman nggak mau pulang." Kahfi yang menyusul di belakangnya menyahuti.
"Haduh, kalian ini. Ya sudah kamu mandi sana, biar Aya sama bunda. Ayo cantik, kita mandi okey?" Dan yang terjadi selanjutnya adalah Kahfi di tinggalkan di ruang tamu sementara sepasang cucu dan nenek itu berjalan riang ke arah kamar.
Ngomong-ngomong, Kahfi memang sedang mengajak Aya menginap di rumah orang tuanya. Besok hari sabtu, Aya yang sudah mulai bersekolah paud libur sehingga yangti dan yangkung-nya meminta mereka berdua menginap dengan alasan kesepian.
"Lho udah rapi. Jadi pergi?" Tanya bunda.
"Jadi Bun, aku titip Aya sebentar nggak apa-apa kan?"
"Iya nggak apa-apa, santai aja. Kan udah biasa juga. Lagian anaknya juga tidur, kecapekan kayaknya. Kamu hati-hati nyetirnya ya." Setelah mencium tangan sang Bunda, Kahfi berpamitan.
.....
Terminal kedatangan domestik terlihat ramai tepat saat Kahfi menginjakkan kakinya di sana. Pandangannya beralih ke jam yang melingkar di pergelangan tangannya, jam 5... Seharusnya pesawat yang dia nantikan sudah mendarat sejak beberapa menit lalu.
Benar saja, sepuluh menit berselang kedua matanya menangkap presensi seseorang muncul dari balik kerumunan orang-orang yang berlalu lalang.
Sosok itu masih sama di usianya yang memasuki kepala 3. Cantik meski tanpa riasan wajah yang berlebihan. Bahkan gaya berpakaiannya pun masih sama seperti saat pertama Kahfi mengenalnya.
"Mas!"
Dengan senyum lebarnya Kahfi merentangkan tangan dan menenggelamkan sosok yang dia tunggu itu kedalam pelukan. Dihirupnya dalam-dalam aroma rosemary dan mawar yang menguar dari tubuh wanitanya. Aroma favoritnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me&You ✓
Short StoryDua rasa sudah jadi satu. Dua keluarga sudah sama-sama setuju. Kira-kira, apakah masih ada halangan untuk mereka berdua ya? .................................................................