"Assalamualaikum, Bun... Mas pulang!"
Kahfi membuka pintu rumahnya dengan riang. Tangannya masih belum melepas tangan Achi yang kini mengekor di belakangnya.
Begitu pintunya terbuka, tiga pasang mata yang sedang menghadap ke arah televisi langsung menoleh. Salah satu di antaranya —yang bisa langsung Achi tebak adalah ibunya Kahfi, langsung tersenyum lebar dan menghampiri.
"Waalaikumsalam... Lho, katanya mau jalan-jalan? Kok malah di bawa ke rumah si cantiknya Mas?"
Achi yang masih menyembunyikan tubuhnya di belakang Kahfi melipat bibirnya, menahan senyum malu-malu karena baru saja di sebut cantik oleh sang —uhuk, calon mertua.
"Bosan Bun, lagi nggak ada ide mau kemana katanya." Ujar Kahfi sambil mencium punggung tangan sang ibu.
"Chi, kenalan dulu sama Bunda saya."
Achi maju untuk mencium punggung tangan wanita yang sedang menatapnya dengan tatapan lembut itu, "Achi, tante."
"Loh kok Tante? Bunda dong.."
"Eh?"
"Kan nanti Achi jadi anaknya Bunda juga, makanya panggilnya dari sekarang. Belajar." Ujar wanita yang sedang menggenggam tangannya itu sambil tersenyum sumringah.
Achi menatap Kahfi bingung, mau meminta penjelasan tapi yang di mintai justru menutup mulutnya dengan kepalan tangan sambil tertawa kecil.
"Bunda doang nih yang di kenalin? Ke Ayah nggak?"
Belum habis kagetnya Achi, tiba-tiba seorang pria dewasa yang ia pikir usianya hampir sama dengan almarhum ayahnya datang dari arah belakang dan menepuk pundak Kahfi. Pria itu juga mengedikkan kepalanya seolah memberi tanda pada Kahfi untuk mengenalkan Achi padanya. Dari wajahnya pun Achi tau kalau yang yang baru saja bergabung bersama mereka itu adalah Ayah kandung dari lelaki yang akhir-akhir ini dekat dengannya itu.
Setidaknya, kini Achi tidak penasaran lagi ingin tahu dari mana asal gen wajah 'mematikan' yang Kahfi miliki. Ya iyalah, Ayah dan bundanya saja bentukannya macam begini!
"Saya tau ayah saya sama tampannya kayak saya, tapi jangan di liatin sampai segitunya Chi. Bunda saya cemburu nanti." Bisik Kahfi tepat di samping telinga Achi sebelum akhirnya tersenyum dan memperkenalkannya kepada sang Ayah.
"Ini Achi Yah."
Gara-gara suara Kahfi yang tadi masuk ke dalam telinganya tanpa izin, Achi jadi mendadak gugup, "H— halo, Om."
Pria itu mengangguk tapi kemudian kedua keningnya berkerut, "kok Bunda di panggil Bunda, giliran Ayah kamu panggil Om?"
Di protes begitu, Achi jadi tersenyum canggung, "eh, iya. Ayah."
"Jangan di ledekin dong Yah... Ini baru datang loh, nanti kalo nggak mau kesini lagi gara-gara trauma di ledek sama Ayah kan kasihan si Mas." Bunda memukul pelan lengan Ayah yang kini terkekeh, lalu menggandeng lengan Achi dan menariknya menuju dapur.
"Udah yuk Chi, temenin Bunda ke dapur aja. Kemarin Bunda beli bahan buat kue brownies, kamu ajarin Bunda cara bikinnya ya?"
Dengan wajah bingung Achi menoleh ke arah Kahfi. Ini betulan dia mau langsung di ajak ke dapurnya?
"Bun, itu si Achi belum minum kan..." Beruntung kali ini Kahfi mengerti dan membujuk sang ibu agar melepaskan gandengannya pada Achi.
"Udah... nanti Bunda aja yang buatin di dapur sekalian. Kamu sana nonton bola aja sama Ayah." Sayangnya, bujukan itu di tolak mentah-mentah. Sang Bunda malah mengusir Kahfi yang berniat membuntutinya ke dapur.
Melihat usaha sang lelaki gagal, akhirnya Achi hanya bisa mengangguk pasrah dan mengikuti langkah calon mertuanya itu. Dari belakang, dia masih bisa melihat Kahfi tersenyum jahil sambil mengatupkan kedua tangannya dan berucap "sorry.." tanpa suara.
Yah, baiklah. Kalau begitu, mau tidak mau Achi harus bisa cepat mengakrabkan diri dengan 'keluarga barunya' ini. Iya kan?
Selamat jadi calon menantu, Astri Aisyah!
°°°°
Temen mah emang gitu kan Chi? Di ketawain dulu aja 😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Me&You ✓
Short StoryDua rasa sudah jadi satu. Dua keluarga sudah sama-sama setuju. Kira-kira, apakah masih ada halangan untuk mereka berdua ya? .................................................................