"Woy lama bener naik ke atasnya." Baru saja Kahfi muncul dari balik tangga, riuh suara teman-teman squad ambyar-nya sudah terdengar. Hari ini mereka sedang berkumpul di kedai Achi sekaligus merayakan pesta lajang salah satu dari mereka yang minggu depan akan menikah.
"Hehe. Biasa, say hello dulu sama si eneng di bawah." Kan, cuma bisa ketawa ganteng aja dia tuh menanggapi kerusuhan teman-temannya itu.
"Heleh, paling juga lama-lamanya tiga bulan abis itu bosen lu." Ini suara si bungsu, Glenn namanya.
"Wey... Jangan gitu dong! Adek gue tuh." Rama langsung menyahuti ucapan Glenn sambil melemparinya dengan kulit kuaci Rebo yang sejak tadi dia cemili.
"Tau nih, bukannya doain yang baik-baik." Kali ini gantian Jun si tinggi blasteran Korea-Surga —ralat, Korea-Indonesia maksudnya, yang mengomeli Glenn.
"Mampus Glenn, si Kahfi banyak backing-an nya kali ini." Fathan, si kembar siam Kahfi sejak SMA itu tertawa puas melihat wajah Glenn yang misuh-misuh.
"Lagian biarin sih, jarang-jarang liat Kafi bucin. Lo kayak nggak pernah aja." Koh Dion a.k.a kakak ipar Achi yang lain ikut bicara, membuat Kahfi cuma bisa senyum-senyum senang.
Kapan lagi dia lolos dari perbully-an teman-temannya ini, ya kan?
"Tapi gue masih nggak nyangka, lo bisa kepincut sama adek iparnya bang Rama." Wisnu, sepupu Kahfi yang sekaligus teman baik Rama dan Dion semasa kuliah itu angkat bicara. Ini dia si calon pengantin pria yang tadi kita singgung di awal cerita.
"Jangankan kalian, gue sendiri juga nggak tau kenapa." Jawab Kahfi sambil tertawa kecil. Untuk sesaat kepalanya memutar lagi memori tentang pertemuannya dengan Achi.
"Asal jangan di tangisin aja Kaf. Gue yang turun tangan langsung nanti." Ucap Dion setelah menenggak cola nya. Lelaki itu tersenyum. Bukan senyum manis dan tulus loh ya, melainkan jenis senyuman yang mengerikan.
Senyum yang mengancam kalau kata Kahfi mah.
"Nggak lah Koh, insyaallah sampai maut memisahkan." Yakin Kahfi.
"Deuu bahasa Lo Kaf!" Glenn mengusap lengannya sendiri, "merinding gue."
"Bener lah si Kahfi, emang elo cangkul sana sini tapi gak ada yang di resmiin." Balas Fathan yang langsung di sambut tawa oleh semuanya.
"Sialan... Kena lagi aja gue."
"Permisi..."
Mendengar suara lain dari arah tangga, ketujuh lelaki yang sedang saling adu omongan itu menoleh bersamaan.
Baru juga di jadikan bahan omongan, Achi tau-tau muncul sambil menenteng beberapa paper bag yang entah berisi apa.
"Lah, makanannya dateng?" Rupanya yang memesan makanan itu adalah Rama. Tapi alih-alih Rama, justru Kahfi yang dengan sigap berdiri dan menghampiri Achi.
"Duh Tan, lo kayaknya beneran udah gak di anggap apa-apa deh sama si Kahfi." Celetukan yang berasal dari mulut Glenn kontan saja membuat Achi tersipu malu.
"Gitu ya kamu Kaf, udah ada yang lain aku di lupain." Sambar Fathan.
"Udah jangan dengerin." Kahfi tersenyum menatap Achi yang jadi salah tingkah karena ulah teman-temannya, "sini saya aja yang bawa." Dia mengambil alih paper bag itu dari tangan Achi.
"Masih ada yang lain?"
Achi menggeleng, "udah semua, tapi nggak tau kalo Mas Rama pesen yang lain lagi."
"Bang! Lo ada pesen yang lain gak?"
"Nggak. Itu doang." Sahut Rama.
"Ini doang katanya. Dah kamu turun lagi sana, bahaya, disini penyamun semua." Ucap Kahfi.
"Lah, berarti Mas Kahfi penyamun juga dong?"
"Dih, beda lah. Justru kamu penyamun nya, bukan saya."
"Ih, kok gitu?" Achi mengernyit.
"Iya, habis kamu nyuri hati saya sih."
Achi kehilangan kata-kata. Cuma bisa merasakan wajahnya menghangat gara-gara gombalan lelaki yang terkekeh di hadapannya itu.
"Woy lah, malah syuting drama Korea. Laper nih!" Suara Glenn terdengar lagi.
Kahfi mendengus sebal dan menoleh ke belakang, "iye, sabar bontot!"
"Udah sana kamu turun. Nanti kalau ini udah selesai, kita ngobrol ya?"
Achi tersenyum dan mengangguk. Dia berpamitan kepada Dion dan Rama lalu kembali turun ke bawah untuk kembali menjaga meja kasirnya.
°
°
°
°
°
Setelah Achi benar-benar turun ke bawah, Kahfi kembali berkumpul dengan teman-temannya dan meletakkan paper bag berisi makanan yang tadi di pesan oleh Rama di atas meja.
"Gile Kaf, gue belum pernah liat lo semanis tadi sama perempuan loh." Fathan menepuk pundaknya, ucapan sahabat baiknya barusan itu membuat Kahfi mengernyit.
"Masa sih?"
Pertanyaan itu langsung di sambut anggukan oleh Fathan, "Pramugari yang terbang bareng sama Lo aja bilang kalo Lo nggak pernah nyapa mereka di luar jam kerja."
"Kok Lo tau?" Kahfi menatap balik Fathan.
Lelaki bertubuh mungil itu menunjukkan cengirannya, "kan gue pernah jalan sama salah satunya."
"Yee si kambing!" Kulit kuaci yang berserakan di atas meja jadi sasaran Kahfi untuk melempari Fathan yang masih haha hehe di sebelahnya.
"Tapi bener juga sih kata Fathan." Sambar Jun yang duduk di seberang Kahfi tiba-tiba, "Lo sejak dulu kan emang dingin ama perempuan. Makanya heran gue, bisa-bisanya Lo segampang itu jatuh hati sama si Achi."
Rama yang duduk di sebelah Jun ikut mengangguk, "Gue yang kakak iparnya aja nggak nyangka. Apa lagi si Achi kan kata Mbaknya nggak pernah pacaran, kok malah mau sama dia."
"Jangan salah..." Dion yang sejak tadi sibuk dengan makanannya bersuara, membuat Kahfi dan yang lain menoleh ke arahnya.
"Si Achi waktu di deketin Kahfi masih abu-abu itu perasaannya. Sempet mau nolak, tapi di yakinin sama si Mama. Sampai istikharah segala dia."
"Kok lo tau Yon?" Dahi Rama berkerut. Bisa-bisanya dia ketinggalan berita keluarganya sendiri.
Dion menyahut santai, "Si Mama kan cerita sama Lala pas kita main ke rumah, kebetulan ada gue juga jadi gue denger."
Kahfi terdiam mendengar penuturan Dion.
"Tuh dengerin bro, jangan di sia-siakan si Achi. Dia mau sama Lo aja lo harusnya udah Alhamdulillah." Seloroh Glenn sambil mengunyah bakmi nya.
Kahfi tersenyum. Setelah semua temannya kembali sibuk dengan obrolan yang lain diam-diam dia mengeluarkan ponsel dari saku celananya dan mengetikkan sebuah pesan untuk wanita yang sedang menunggunya di lantai bawah itu.
Kahfi tidak tau saja, berkat pesan singkatnya barusan itu dia berhasil membuat wanita yang ada di bawah sana mematung dengan wajah semerah tomat.
Mas Kahfi!!!!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Me&You ✓
Short StoryDua rasa sudah jadi satu. Dua keluarga sudah sama-sama setuju. Kira-kira, apakah masih ada halangan untuk mereka berdua ya? .................................................................