Pulang

96 24 0
                                    

Sudah hampir setengah jam Achi dan Kahfi duduk berhadap-hadapan tanpa suara. Sesekali Achi mengangkat kepalanya dan menatap Kahfi, memastikan bahwa lelaki yang duduk di depannya ini benar-benar orang yang ditunggunya selama beberapa waktu terakhir.

"Kamu..."/"Mas..."

Sebuah senyuman tersungging di bibir Kahfi, "kamu duluan..."

"Mas... Aku... Minta maaf."

Kahfi tercenung. Beberapa bulan tidak bertemu, dan kalimat pertama yang gadis itu ucapkan adalah... Maaf? Dia tidak salah dengar kan? Bukankah seharusnya dia yang mengucapkan itu?

"Hei, kenapa minta maaf?"

"Aku tau kamu menjauh karena kata-kataku malam itu, maaf aku nggak seharusnya menolak kamu Mas."

Jawaban Achi membuat Kahfi tiba-tiba merasa jadi manusia paling egois dan bodoh sedunia. Bagaimana tidak, di saat dia sibuk memikirkan alasan Achi menolaknya tanpa mendengar penjelasannya dan pergi berbulan-bulan tanpa kabar, lalu sekarang... Gadis itu malah meminta maaf padanya?

"Mas?" Panggilan Achi seketika membuyarkan lamunan Kahfi.

"Chi..."

"Hm?"

"Saya pikir kamu mau minta putus dari saya."

Achi mengerutkan keningnya, "ha? Putus kenapa?"

Kahfi menarik nafasnya dalam-dalam, "pertama-tama, seharusnya bukan kamu yang minta maaf Chi. Saya yang salah karena egois dan sibuk dengan isi kepala saya sendiri sampai mengabaikan kamu selama ini."

Kedua, soal kamu menolak saya.. it's not your fault sweet heart, kamu berhak karena kamu memiliki alasan tersendiri. Sekali lagi, saya yang salah karena seharusnya saya lebih berjuang untuk tau alasan itu, bukan pergi begitu saja."

I'm such a jerk, and you should not say sorry for that."

Achi terdiam mendengarkan satu persatu kalimat yang keluar dari mulut sang pria.

"Saya sudah siap kalau seandainya kamu mau mengakhiri hubungan kita setelah ini." Kahfi menjeda kalimatnya,"walaupun akan sangat menyakitkan dan berat buat saya, tapi asalkan kamu bahagia... Saya... saya nggak apa-apa."

Setelah menyelesaikan kalimat panjangnya Kahfi menunduk, mati-matian menahan air matanya. Padahal dia sudah mempersiapkan kata-kata itu sejak beberapa hari yang lalu tapi kenapa rasanya tetap saja menyesakkan dada.

"Mas..." Kahfi mengangkat kepalanya saat  merasakan Achi menggenggam erat kedua tangannya.

"Kamu yakin aku bahagia kalau kita selesai? Apa kamu bisa jamin kalau aku akan dapat pengganti yang lebih baik dari kamu nantinya?"

Achi menggeleng, "nggak Mas, aku nggak akan bahagia. Aku gak akan bahagia kalau bukan kamu orangnya."

"Kamu bukan bajingan dan kamu juga nggak salah karena menjauh dan berpikir setelah penolakan dari orang yang kamu cintai itu wajar... Dan seperti yang aku bilang, ini juga salahku karena nggak jujur sedari awal sama kamu.

Jadi ini bukan salah kamu atau salahku. Salah itu hal yang wajar karena kita masih sama-sama belajar memahami tentang satu sama lain kan?"

Lagi, Kahfi kembali terperangah mendengar kalimat panjang yang baru saja Achi ucapkan. Ada rasa lega dan haru  yang datang bersamaan di hatinya. Bagaimana mungkin gadis yang masih sering ia anggap anak-anak itu bisa berpikiran jauh lebih dewasa daripada dirinya.

"Jadi... Kamu mau memaafkan saya?"

Achi mengangguk, "sure, always..."

Ah andai ini bukan tempat umum, pasti Kahfi sudah memeluk erat tubuh gadisnya itu sekarang.

"Terima kasih Chi, terima kasih sudah menerima saya kembali."

Achi tersenyum lembut, "Welcome home Mas, terima kasih juga karena kamu sudah kembali."










••••••••••••

Cie baikan juga akhirnya 😁😁😁

On the way ending, yuk?

Me&You ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang