Mereka yang Bertahan

31 1 0
                                    

22:20 WIB

Sebuah daerah di Cikarang.

Penerangan di kawasan industri tersibuk dengan dipagari bambu dan pohon besar memang tidak terlalu bagus. Bahkan suasananya pun terasa gelap dan sunyi. Berbekal cahaya bulan, Ben perlahan mengeluarkan dirinya dari tempat persembunyian. Ia tampak celingukan, matanya terus waspada dalam kegelapan, sesekali melirik ke arah luar bangunan yang mirip benteng kecil dan tubuhnya gemetaran. Apa yang terjadi semalam adalah sebuah misteri.

"Ben, apa ada dari zombie kuli yang mengikuti kita?" tanya Radit sedikit berbisik. Tapi Ben hanya diam saja seolah tak menggubris pertanyaan si pemuda bertubuh kekar itu.

Sesaat sebelum kelopak matanya mengedip, sesuatu berkilat di sudut penglihatannya. Seketika dia kembali membuka matanya, pupilnya melebar. Ben melihat ke sekeliling. Tidak ada apa pun yang terlihat dalam kegelapan dan derasnya hujan. Saat dirasa aman, Ben langsung memberikan isyarat pada Radit dan Nick untuk mengikuti dari belakang. Mereka pun kembali melanjutkan perjalanannya, berharap bisa segera menemukan apa yang mereka cari.

Baru saja kali melangkah, ketiganya terbelalak melihat sosok penampakan perempuan berpakaian gombrong serba putih dengan rambut panjang dan lubang besar di punggungnya itu kini tengah berkeliaran di sekitar gerbang utama pabrik sembari meratap bersama para mayat 'kuli proyek' zombie yang semakin banyak.

"Sial, hantu satu ini belum nyerah juga." Radit sedikit mengumpat.

Radit seolah dibuat tak percaya saat menyaksikan sundel bolong itu dan berjalan tanpa tujuan dalam keadaan meratap sambil menyerang kawanannya satu sama lain, seolah mengingatkan nya akan salah satu karakter zombie wanita menyebalkan yang memiliki kuku panjang.

"Gila... Gimana kita bisa ngelewatin mereka?" Napas Nick pun tak kalah terengah-engah lepas berlari sedari tadi.

"Ya, tetap tenang dan diam - mungkin kita bisa melewati mereka tanpa ketahuan." Saran Ben.

Mereka berjalan mengendap-endap meninggalkan area produksi di mana sosok sundel bolong tersebut berada, guna menghindari jamahan tangan-tangan para zombie agar tidak mati sia-sia, sesekali mereka bersembunyidi rerumputan liar yg tumbuh di samping lapangan ketika zombie sudah terlalu banyak dan mencari jalan lain.

Kemudian bergerak memasuki 'hutan ilalang' di belakang pabrik yang gelap. Banyak pohon tua dan besar, sehingga meski siang hari, cahaya matahari tidak bisa menembus. Sebuah pistol andalannya sudah siap di tangan saat ia mendengar suara gemerisik dari semak belukar yang berada di antara tanaman gulma yang tinggi menjulang itu. Sebegitu besarnya luas Pabrik itu sampai2 di buat 4 zona untuk menggambarkan keseluruhan pabrik ini.

4 Zona itu, disebut dengan zona A, B, C, D. Radit dan Ben masuk melalui bagian gerbang Zona A, sementara mereka menemukan Nick yang terjebak di salah satu pabrik di area Zona D. Sayangnya, mereka tidak bisa keluar melalui gerbang di Zona B karena disana banyak Zombie yang berkeliaran, termasuk si "sundel," hingga mau tak mau mereka harus memutar melalui Zona C. Di paling ujung Zona C ada tembok pembatas, di salah satu bagian temboknya sudah runtuh beberapa bagian, jadi dapat di panjat oleh mereka tanpa ketahuan

"Apa kita percaya orang itu akan menyelamatkan kita?" Bisik Ben.

"Entahlah, Kau sendiri?"

"Tentu saja tidak!."

"Tapi orang itu baik."

"Cukup adil,mengingat kau adalah orang kelima yang ku perca-" Pembicaraannya terpotong oleh suara misterius. seperti ranting patah yang keras dari salah satu pohon di kejauhan dari arah belakang.

"Kalian dengar itu?" Nick nampak ketakutan, mereka sontak berlari di sepanjang hutan ilalang yang gelap tanpa penerangan. Mereka terus berlari tanpa memperdulikan apapun dihadapan mereka. Begitu keadaan mulai aman, Ben kembali mengulang pertanyaan sebelumnya.

BIOPOCALYPSE : ExtinctionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang