Malam Temaram

28 0 0
                                    

Bogor, 1/7/2030

17:40 PM

Sepuluh tahun sejak pandemi ZOVID melanda bumi pertiwi, para penyintas telah mengembangkan kekebalan terhadap virus tersebut. Namun, zombie nampaknya masih bisa menggigit mereka dan bahkan merobek tangan hingga terinfeksi.

Garis yang mengantar matahari menuju peristirahatan. Sebuah pesawat mini melintas di atas daerah kota mati di wilayah Zona Hitam. Seorang pemuda berkacamata silindris tengah mengamati keadaan sekitar menggunakan bantuan pesawat drone melalui sebuah gawai berlayar retak yang ada digenggamnya saat ini, Meskipun nampak rusak, tetapi gawai yang dimilikinya nampak baik-baik saja.

"Gue masih bisa perbaiki nih buat dengerin MP3, lumayan." segaris senyuman tipis terlukis di wajahnya.

Memang butuh waktu cukup lama untuk merakit replika pesawat tanpa awak sederhana dari sekumpulan barang rongsokan. Untungnya, dengan keahlian yang dimiliki pemuda itu bisa mengatasinya dengan mudah. Sebab dulu ia merupakan anak jenius yang pandai dalam hal perangkat lunak.

BOOMMMM

"Apa itu...?!" Pemuda itupun terkejut dan menoleh saat mendengar suara dentuman yang cukup keras diikuti kepulan asap hitam membumbung tinggi ke langit. 

"Ah masa bodo lah paling juga ulah si kampret bikin onar lagi" Gumamnya sembari menyimpan gawai tersebut kedalam saku lalu melanjutkan pekerjaannya. Sampai sayup sayup terdengar erangan dan rintihan dari arah bawah Suara rintihan yang menyayat itu terdengar merambat melalui udara.

aaargh aargh eengghh

Si pemuda mengerutkan dahinya. Karena penasaran, dia berjalan mendekat ke tepi melihat apa yang tengah terjadi di bawah sana. 

"Astaga banyak banget!!" Kedua matanya sontak membesar perlahan begitu melihat segerombolan orang mati nampak berjalan sempoyongan ketika dipotret dari udara dengan drone. Pemuda yang merupakan mantan teknisi mesin itupun segera memberitahu seseorang dari kelompoknya tentang apa yang dilihatnya saat ini melalui radio komunikasi.

"ZZZTTh...Bang....'orang-orang busuk'...arah jam 3 " panggilnya pada seseorang  diseberang sana.

Begitu mendengar kabar dari pemuda berkacamata, pria lain segera mengeluarkan teropong untuk melihat ke arah asap tersebut dari atas jendela lantai dua gedung bertingkat yang dipagari kawat.

"Anjir udah kaya demo besar-besaran aja!" Radit terhenyak tak percaya. "Kayaknya jumlah mereka bertambah sejak kemarin!"

Seorang gadis datang tak berselang lama, dia membawa seorang warga asing yang hampir saja terkena serangan zombie.

"OH MY GOSH, THAT'S ZOMBIES!! WHAT SHOULD WE DO???" Pekik seorang warga asing dari Singapura melihat segerombolan orang berjalan di kegelapan.

Benar saja, tepat di ujung jalan ada segerombolan zombie. Seorang pria bertubuh kurus mendekat, memberi kode untuk diam.

"Shhh....shhhh..sshhh be quite, miss. You don't wanna them to find us out in here, did ya?" Bisiknya pelan.

"Kita tidak mungkin melawan mereka dengan peralatan seadanya saat ini. Lebih baik kita cari tempat bersembunyi sambil menunggu besok." usul si pria kurus bernama Cecep. Mendengar pernyataan ketiganya pun mengangguk.

Setelah kejadian menegangkan hari itu, Radit, Benyamin, dan Syafira berhasil menolong beberapa penyitas lain yang disekap oleh komplotan Lembu Ireng yang dipimpin Pratu Stefanus. Di perkirakan para penyitas yang berhasil diselamatkan Radit dan Ben berjumlah lebih dari 8 orang, termasuk diantaranya wanita dan anak-anak. Mereka memiliki keahlian di bidang mereka masing-masing seperti teknisi mesin, sekuriti, hingga petani.

BIOPOCALYPSE : ExtinctionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang