Teror Penghuni Rawa

24 0 0
                                    

20 menit sebelumnya

Desiran angin malam nampak mengalun cukup tenang malam ini.
Tetapi riak ombak air sungai nampak sangat besar dan mengerikan sekali. Sesekali nampak seonggok sesuatu melintas seperti bangkai manusia yang hanyut.

Seorang pria paruh baya berdiri tepat di ujung sebuah jembatan penyeberangan roboh. Sebuah kecelakaan terjadi menyebabkan ribuan kendaraan saling bertabrakan satu sama lain. Bahkan sebuah mobil jenis Daihatsu Ayla berwarna merah nampak ringsek menabrak pembatas jalan.

Sorot matanya terpejam seolah dirinya tengah memprediksi bagaimana nasibnya nanti. Ia adalah satu dari sekelompok orang yang terdampar di pulau pada malam penuh teror. Seluruh kota hancur dalam sekejap, membuat penduduk yang tersisa diam dalam ketakutan dan menyimpan ribuan pertanyaan.

Beberapa orang mengatakan ada reruntuhan kota besar di sebelah utara. Bahkan kini ribuan zombie berkeliaran di jalan-jalan bekas tempat yang dulu penuh dengan hiruk pikuk manusia ini. Untunglah, mereka berhasil melarikan diri dari tempat ternyaman mereka. Mereka mencoba bertahan hidup tanpa menyadari ancaman yang telah mengintai dari dekat Meskipun kini harus dihadapi dengan situasi yang lebih serius, "genangan air."

Tak beberapa lama si pria melirik jam ditangannya yang telah menunjukkan pukul 10 malam sebelum mencari-cari korek api untuk menyalakan lampu Sempor. Wajar saja, sejak kejadian mengerikan saat itu, listrik padam tiba-tiba. Si pria berjalan dengan sangat hati-hati menelusuri jalanan tertutup berlumpur hingga kayu yang licin. Ia bergegas ke suatu tempat yang struktur tanah lembab yang tertutup lumut. Sampai di sebuah bangunan terbengkalai, seorang wanita berteriak kesakitan memecah sunyi malam.

"Jika kamu butuh bantuanku katakan saja." Ucap pria itu pada seseorang yang tengah membantu seorang wanita yang tengah bersalin. Terlihat pria itu langsung berdiri dan menjauh dari lokasi tempat wanita bersalin. Terlihat berjalan kearah barat dan menghilang di kegelapan.

Suara alam seperti paduan suara katak ditepi rawa atau suara jangkrik liang tak saling bersahutan seperti biasanya. Bahkan binatang malam lain seperti kelelawar, tokek, dan burung hantu pun tak nampak. Begitu tenang dan sunyi disini. Namun Keheningan pun pecah ketika kilatan cahaya petir menggelar. Helaan nafas keluar dari mulut si pria ketika hujan kembali turun lebat sepanjang malam disertai petir. Seakan mengisyaratkan jika dirinya sudah tak tahan dengan semua yang menimpanya. 

"Cuaca sedang tidak bagus saat ini." Pikir si pria menatap cakrawala. Tak lama terdengar suara dari salah satu kamar yang seharusnya kosong dan dengan pencahayaan seadaanya si pria membuka pintu.

"Dia terinfeksi, kita harus segera membunuhnya. Dia bisa jadi zombie sewaktu-waktu..." Ucap seseorang menegurnya dari kegelapan.

"Aku tahu, tapi kita harus menyelamatkan anaknya. Itu keinginan terakhirnya."

Sebuah bangunan bekas posyandu berdiri kokoh namun hampir menyatu dengan akar pohon di tengah genangan air. Seakan merubah tempat itu menjadi hutan rawa akibat luapan air yang terus menerus.

Sudah lima bulan sejak banjir rob air laut pasang melandai daerah pesisir. Belum lagi imbas dari diguyuran hujan deras dalam kurun waktu 10 tahun terakhir ini sehingga mengakibatkan sungai meluap dan merendam ribuan rumah dan bangunan di beberapa wilayah terendam air setinggi 20 meter. Diperkirakan kali ini banjir yang terjadi di sejumlah tempat hampir terjadi bersamaan dengan air laut pasang.

Bahkan disekeliling tempat itu hampir di tumbuhi tanaman air mulai eceng gondok, hingga lumut dengan lantai berupa lapisan gambut dan lumpur.

"Kita perlu mengamati keadaan dan mencari sumber daya atau senjata yang tidak lagi berguna bagi pemiliknya." Ucap pria tadi.

"Ide yang bagus, sementara itu kita harus segera pergi dari sini sebelum matahari terbenam, atau...

"Makhluk rawa itu akan menyerang kita lagi" sahut sosok pria lainnya.

BIOPOCALYPSE : ExtinctionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang