Hari Itu...
Lokasi kumuh tersembunyi di tepian sungai Tanah Abang
Sesosok gadis yang rambutnya diikat satu pergi ke atap dengan teleskop yang dia temukan di salah satu apartemen. Wajahnya yang pucat nan kusam nampak jelas tersengat matahari, memakukan matanya mengamati kehancuran dunia dibalik keindahan senja dan cerahnya langit. Diam, hanya keheningan total yang bisa dia dengar.
Dibelakang tubuh gadis itu, nampak sesosok mayat pria terbaring tragis. Si Gadis menahan napas, berhati-hati mengamati onggok mayat itu. Ada bekas tembakan di sisi kepala mayat pria tadi, sepertinya bunuh diri. Di pangkuannya terdapat lembaran foto dengan objek manis bersurai hitam ditangannya.
Si gadis berlutut di hadapan sang mayat dan mengambil foto yang dipegangnya. Rupanya dibelakang foto tersebut ada notes yang dipenuhi darah.
"Aku selalu merasa sendirian. Seluruh hidupku. Selama yang bisa kuingat. Aku tidak tahu apakah aku menyukainya atau apakah aku sudah terbiasa, tetapi aku tahu ini; kesepian berdampak buruk padaku. Merasa sial, pahit, dan marah sepanjang waktu hanya... menggerogotiku..."
Di bagian akhir tertulis: "semua sudah berakhir, aku akan bunuh diri. Aku tidak ingin menjadi salah satu dari mereka."
Si gadis menatap iba "Patah hati," katanya nyaris berbisik...dia merasakan sakit teramat sangat dari rasa patah hatinya. Dia menembak kepalnya sendiri. Namun sebelum itu terjadi, pria itu sudah menganggap dirinya mati. Pria yang malang, dia mati karena patah hati."
Matanya cepat beralih dari lembaran foto yang ada di tangan ke arah pemandangan dibawah sana. Kota yang hancur, jalanan penuh darah, kepulan asap hitam sesekali membumbung tinggi diangkasa. Mungkin, tempat ini terlalu sunyi sampai suara kicauan burung terkadang terdengar sampai berhasil alihkan perhatiannya.
"Apa yang terjadi setelah kematian? Aku bukan membicarakan tentang kenampakan di akhirat, aku membicarakan mereka yang masih hidup dibumi. Jika membahas kehidupan setelah kematian, sudah banyak ayat yang menjelaskan itu. Aku penasaran setelah seseorang meninggal, apakah arwahnya benar-benar masih ada di bumi setelah 100 hari seperti kata orang?"
Bermenit-menit lamanya sang gadis berdiri disana. Angin yang berhembus dingin memberikan keteduhan pada dirinya, tetapi pikirannya seolah enggan berhenti melontarkan pertanyaan. Dia sangat menikmati itu, sebelum kembali dengan membawa laporan tentang garis depan. Namun apalah daya, rasa lapar membuat fokusnya berhamburan entah ke mana, membuat gadis itu tampak kehilangan kendali atas langkahnya.
"Aduh! Aish!" Secara refleks seruannya terdengar cukup nyaring ketika kepalanya membentur dinding. Tapi itu hanya imajinasinya saja, sebab saat ini raganya sudah tidak merasakan apapun lagi.
***
Ada sesuatu yang salah, sangat salah. Dia bisa merasakannya begitu dia melangkah ke halaman pos tentara lama. Bulu kuduknya terangkat, rasa bahayanya meningkat. Pos terdepan belum pernah terasa seperti ini sebelumnya, tidak selama dia berada di sana sebelumnya. Apakah ada sesuatu yang berpindah sejak terakhir kali dia beristirahat di sana? Mungkin, karena sudah berbulan-bulan sejak dia terakhir kali ke sana.
Sejumlah mayat hidup berjalan wara-wiri di sebuah daerah yang menyiratkan simbol perlawanan Kesultanan Banten terhadap penjajah Belanda saat itu. Beberapa dari mereka nampak bersembunyi di salah satu lantai 2 dan 3 Blok G Pasar terbengkalai serta proyek losmen bertingkat yang ditinggalkan.
Sang gadis bergerak secara tidak wajar seolah-olah berjalan tertatih-tatih menuju anak tangga bertatap kosong sembari sedikit menggeram saat beberapa orang yang selamat ditahan di toko kelontong dengan api unggun yang mereka buat oleh salah satu sekutu. Matanya menatap bolak-balik melintasi halaman, dengan panik mengamati ancaman. Ada sesuatu di sini, dia yakin itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIOPOCALYPSE : Extinction
Mystery / ThrillerSelamat datang di abad post-pandemic. Inilah dunia 20 Tahun kemudian setelah wabah. Selama dekade terakhir, bumi menjadi rumah yang tak nyaman oleh keserakahan dan kesombongan umat manusia. Laut dipenuhi sampah dan minyak, hutan menjadi kering, dan...