Kota Hantu

37 0 0
                                    

Dear diary,

Aku sudah bertahan dipulau antah berantah ini selama 60 hari, diburu dan diserang ratusan zombie, bandit, hingga sekte sesat.

Aku juga sudah tak bisa lagi menghitung keberuntunganku dengan yang menyelamatkan nyawaku berkali-kali.

Aku harus bisa selamat dan tetap hidup sampai tim evakuasi datang, aku ingin kembali lagi ke keluargaku yang sudah menanti kedatanganku.

Aku akan bertahan hidup selama mungkin dan pergi dari pulau yang bahkan aku sendiri tak tahu ada dimana. Ditambah bencana alam yang bisa datang kapan saja.

Apakah aku akan berhasil menyelamatkan mereka yang tersesat di dalam pulau ini? Bisakah aku keluar dari pulau terlarang ini?

***

Angin barat perlahan berhembus di kota mati. Mengirim pesan mencekam di antara segerombolan mayat hidup yang terlihat kelaparan dan berjalan tak tentu arah. Meski orang-orang disini telah mecoba pulih dari waktu ke waktu, tumbuh untuk beradaptasi dengan dunia baru. Namun, reruntuhan dunia lama masih tersisa. Dan setiap orang masih bisa melihat seperti apa dunia dulu dan apa yang hilang.

Hari ke-61 bagi Erik mencari keberadaan Yudas dan Hilda yang saat ini disandera oleh kelompok Kultus Eden. Erik tak tahu apa yang terjadi di tempat ini. Namun, hal-hal mengerikan terus menerus saja terjadi hingga membuatnya cukup was-was.

Apalagi Erik terpaksa harus bertahan di pulau yang hampir setiap tempatnya dipenuhi oleh zombie-zombie aneh. Bahkan mereka terus bermutasi setiap 10 hari dengan kondisi alam sekitar hingga mereka terus bertambah kuat dan semakin kuat seiring dengan perubahan iklim. Termasuk beberapa monster yang juga sering muncul tiba-tiba dan datang menyerang kapan saja. Yang bisa Erik saat ini lakukan adalah  bertahan hidup dan menyelamatkan kedua anak Yudas sampai bala bantuan datang. 

Untungnya, luka panah yang sempat mengenai bahu Erik tempo hari telah sembuh lebih cepat berkat kemampuan mediknya yang sangat membantu untuk mengobati luka-luka selama perjalanan,  jadi dia bisa bergerak sedikit lebih leluasa.

Dimulai dengan pagi yang cerah, Erik telah bangun dari tidurnya dalam sebuah bangunan tua beratap lumut. 

"Ternyata kalau udah terlihat jelas dengan mata, tempat ini indah juga. Begitu rindang dan sepertinya sejuk." gumamnya mengamati keindahan alam yang mulai mengambil alih padatnya ibukota.

Selepas membersihkan diri di sungai terdekat walau hanya sekedar mencuci muka dan membasuh tangan, Erik melanjutkan perjalanan mengikuti arah matahari sebagai petunjuk arah keberuntungan. 

Terdengar seseorang mecoba menghubungi Erik melalui radio statis. "cssshhkk... cssshhkk...Erik, apa kau mendengarku?"

"Disini Erik...masuk" Erik menjawab seorang pria lewat radio handy-talkie

"Oh, Santa Maria.. kau dalam mode silent radio dalam beberapa hari, apa aku baik-baik saja? B..bagaimana keadaan disana?.. cssshhkk..."

"Ceritanya panjang, tapi saya baik-baik saja. saya tidak akan membiarkan hal itu terjadi lagi." Jawab Erik.

"cssshhkk...Dan keluarga Yudas?"

"Masih mencari petunjuk atau apapun itu."

"Baiklah aku senang mendengarnya. cssshhkk... Satu hal lagi, berhati-hatilah cuaca semakin buruk. Galang out."

Erik menghela nafas, nampaknya hari ini akan menjadi hari yang panjang untuk menelusuri sisa-sisa peradaban yang kini telah diambil alih oleh alam. Berjalan-jalan di sekitar danau alami yang airnya berwarna hijau, bayangan sebuah rumah tua terlihat di antara pepohonan besar, bersembunyi di balik rumput-rumput ilalang yang menjulang tinggi dengan vegetasi yang lumayan rapat.

BIOPOCALYPSE : ExtinctionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang