Teknologi itu kayak pedang bermata dua.. bisa berdampak baik, atau berdampak buruk. Dan kita adalah segelintir orang yang masih bertahan dari apocalypse yang terjadi. Aku adalah seorang pengangguran biasa yang terjebak di kota metropolitan. Naas sekali nasibku karena belum dapat pekerjaan malah terjadi kiamat Zombie duluan. Namaku Supri dan ini adalah kisahku. Aku pindah dari satu rumah ke rumah lain hanya untuk nyari sumber listrik makanan dan yang utama adalah nyelamatin diri dari zombie yang mengganas. Awalnya aku tinggal di tempat yang nyaman.. sebuah rumah sederhana dengan bahan bakar yang cukup, makanan yang cukup sampai akhirnya aku berakhir kayak gini. Dan ini adalah cerita bagaimana kita akan bertahan hidup di dunia Zombie.
Sudah sekitar 4 bulan lamanya kami menetap di desa sukamakmur. Atas usulan pak Wisnu dan para penyitas kompleks, kamp pengungsi akhirnya kami pindahkan ke sebuah tempat yang terletak di daerah Lembah Halimun. Meskipun kami harus memulai lagi dari 0, yah seenggaknya perumahan gaya Eropa eksklusif yang udah kosong puluhan tahun ini bisa memberi kami tempat yang layak dan kami mereka percaya tempat ini cocok banget dijadiin tempat untuk membangun kembali peradaban. Terlebih, disini dulunya hanya dihuni oleh satu keluarga bule asal Belanda selama belasan tahun. Akses di perumahan ini juga memang sudah nampak bagus dan jauh dari fasilitas umum di Kota jadi engga usah repot-repot lagi mendaki gunung, lewati lembah.
Hari pertama udah kabut aja, ini sangat-sangat tidak baik untuk mencari kebutuhan suplai. Jadi aku putusin buat coba looting di garasi mudah-mudahan aja aku bisa menemukan senjata sih. Tapi sayang banget di sini aku gak bisa menemukan senjata. Malah aku justru menemukan helm proyek. Cara kami untuk bertahan hidup itu bisa dibilang gampang-gampang susah, gampangnya Kita cuman perlu masuk ke rumah-rumah orang untuk ngecek sisa-sisa makanan.... susahnya kadang rumahnya ada "penghuninya" yang siap menerkam kapan aja.
Malam pun tiba dan semua pasukan yang di pimpin Bastian beristirahat di dalam bekas rumah-rumah mewah dan sebagian lagi di dalam tenda. Ada yang tidur, santai, sholat, dan yang di luar semua bersiaga takut bila zombie itu tiba tiba berusaha menerobos pagar base penyitas. Engga ada satupun yang menyalakan cahaya lampu hanya api unggun yang mereka buat untuk menghangatkan badan. Semua bergantian memasak untuk makan malam.
Sedangkan aku balik ke base ngumpul dan bagiin apa aja yang kita dapet hari ini. Daripada menyeruput teh sambil menyaksikan mayat hidup perlahan-lahan mulai menjadi lebih sering melalui jendela yang dibarikade mending bikin rencana buat besok kedepannya habis itu tidur.
Akhirnya di tengah kegelapan malam, aku dan sebagian dari penyitas memutuskan untuk berkeliling desa setempat, berharap ada sesuatu yang bisa kami gunakan untuk bertahan hidup.
Di hari kedua, temanku Doyok ada ide untuk bikin kebun kecil-kecilan jadi beberapa orang dari kelompok kami mulai bercocok tanam sampai sore. Tapi kita baru sadar kalau pertumbuhan tanaman akan jadi lambat Tanpa Air jadi di malam hari kita memberanikan diri untuk nyari sumber air untuk membuat saluran irigasi habis itu tidur.
Dan yah, hari-hari kami selama di pengungsian diisi oleh berbagai kesibukan monoton, mulai dari jadi pemulung suplai, bertani, berkebun, mencari penyitas, abis itu "amimir," dan begitu seterusnya.
***
Hari ke-10, aku dan Doyok memberanikan diri untuk explore lebih jauh buat nyari Perlengkapan Bencana tambahan buat para penyitas. Jika serangan zombie melumpuhkan infrastruktur masyarakat, kamu tidak ingin terjebak tanpa kebutuhan dasar. Simpanlah perlengkapan darurat di rumah dan di tempat yang aman.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat, perlengkapan ini harus mencakup persediaan yang cukup untuk bertahan sampai kamu bisa pergi ke tempat pengungsian bebas zombie, atau tempat penampungan bencana. Perlengkapan ini mencakup 1 galon air per orang per hari, makanan kalengan dan barang-barang yang tidak mudah rusak lainnya, obat-obatan termasuk obat resep dan non-resep, alat dan perlengkapan, seperti pisau serbaguna, lakban, lilin atau senter, radio bertenaga baterai, perlengkapan sanitasi dan kebersihan, seperti sabun, handuk, pakaian dan tempat tidur, termasuk pakaian ganti untuk setiap orang dan selimut, serta perlengkapan pertolongan pertama untuk mengobati luka dan laserasi dasar
KAMU SEDANG MEMBACA
BIOPOCALYPSE : Extinction
Mystery / ThrillerSelamat datang di abad post-pandemic. Inilah dunia 20 Tahun kemudian setelah wabah. Selama dekade terakhir, bumi menjadi rumah yang tak nyaman oleh keserakahan dan kesombongan umat manusia. Laut dipenuhi sampah dan minyak, hutan menjadi kering, dan...