09. Nostalgia

1.7K 152 9
                                    

Hi, aku update

Bantu rekomendasikan MAHASISWA KOK DUDA yuk

Mau konflik ringan atau konflik berat?

Berat aja, yuk! Bosen ringan terus :)

Berat aja, yuk! Bosen ringan terus :)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

09. Nostalgia

"Mama!" Anak laki-laki berusia tiga tahun itu memekik senang ketika apa yang ia nantikan akhirnya datang. Ia langsung loncat dari pangkuan Ghayla untuk menghampiri Beby yang sudah ia cap sebagai Mamanya.

Beby langsung berjongkok, menyambut anak itu untuk memeluknya.

"Mama!" panggilnya sekali lagi dengan girang.

"Iya, Mama di sini," balasnya seraya menggendong Rivan.

Gabrino sendiri tidak terkejut mendengar Rivan memanggil Kakaknya dengan Mama sebab Ghayla sudah menceritakan semua kejadiannya kepada dirinya.

Beby membawa bocah itu untuk bermain bersama karena sepertinya Rivan rindu bermain dengannya. Sementara Alvan sendiri, laki-laki itu mengambil duduk di samping Gabrino.

"Rino, saya mau meminta izin sama kamu," katanya tiba-tiba membuat laki-laki berusia lima belas tahun itu mengernyit bingung.

"Izin? Izin apa, Bang?" tanyanya heran.

"Untuk menikahi kakak kamu."

"Uhuk!" Ghayla langsung terbatuk dengan menyemburkan jus jeruk yang tengah ia minum. Ia tidak salah dengarkan? Indera pendengarannya tidak bermasalah 'kan?

"A-apa?" Ghayla bertanya dengan raut syok.

"Kamu ini kenapa, Dek? Celana Gabrino jadi basah gara-gara kamu," omel Alvan karena jus yang Ghayla semburkan terkena dengan celana panjang yang Gabrino kenakan.

Gabrino tersenyum singkat. "Enggak apa-apa, nanti aku bisa ganti."

Ghayla berdiri dari duduknya, gadis itu berkacak pinggang dengan menatap Alvan penuh selidik. "Jelaskan kenapa Abang mau nikah sama Kak Beby? Bukannya Ghayla nggak setuju, cuma ini mendadak banget. Kalian baru kenal juga kurang dari satu bulan dan sekarang? Dengan seenak jidatnya Abang minta izin sama Kak Gabrino buat nikahin Kak Beby."

"Anak kecil nggak perlu tahu," balas Alvan yang semakin membuat Ghayla kelas.

"Jadi, gimana? Apa boleh?" Alvan kembali mengalihkan fokusnya kepada Gabrino sepenuhnya, mengabaikan Ghayla yang kesal kepada dirinya.

Dengan canggung Gabrino menggaruk belakang kepalanya. "Ya-ya sebenarnya itu terserah Kak Beby, kalau Gabrino, sih, setuju-setuju aja. Lagi pula alasannya apa untuk Gabrino nggak setuju? Bang Al itu baik, udah mau bantu Gabrino dan Kak Beby, udah cocok banget jadi suaminya Kak Beby."

Alvan mengangguk-anggukkan kepalanya, ia sudah mendapatkan lampu hijau dari Gabrino. Sekarang ia tinggal meyakinkan Beby untuk segera menikah dengannya. Bukannya ia pengin cepat-cepat menikah atau kebelet nikah. Alvan melakukan semua ini untuk menghindari fitnah karena tidak mungkin ia selamanya membiarkan Beby tinggal satu atap dengannya untuk mengurus Rivan.

[iv] [END] ALVAN || MY GOOD HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang