04 - Shena Angeline

16K 1.1K 16
                                    

H A I !👋

- H A P P Y R E A D I N G -

***

[Hasil Revisi]

Di dalam sebuah kamar yang ternyata sudah sangat berbeda, ada Ariana yang saat ini tengah menatap kosong pantulan wajahnya di cermin. Di depan cermin, itu bukan wajahnya. Dia tentu mengingat jelas tentang bagaimana wajahnya, dan di hadapanya, bukanlah wajahnya.

Tangannya yang sedikit bergetar terangkat lalu menyentuh pelan wajahnya. Ini seperti mimpi. Selamat dari tusukan di dada kirinya, dan juga harus terbangun di dalam raga yang bukanlah raganya, melainkan di raga ....

Shena Angeline.

Dua penggal nama itu tersemat manis di dinding meja belajar yang ada di kamar itu. Kamar yang dahulu Ariana tempati, kini sudah di tempati orang lain, yaitu Shena. Anak dari Papanya dan juga Dela─ Selingkuhan Papanya.

Ariana terkekeh miris, "Kenapa? Kenapa takdir begitu kurang kerjaan sama gue? Kenapa? Kenapa?!"

Tangannya terkepal erat dengan wajah memerah, dia marah, tentu saja! Marah akan takdir buruk yang selalu menimpanya. Melihat bagaimana perlakuan keluarga ini pada Shena, Ariana tak bisa mengelak kalau dia iri saat Shena selalu di manjakan oleh Papanya.

Sedangkan dia? Tidak pernah. Papanya selalu sibuk bekerja di luaran sana. Papanya tidak pernah mengambilkannya rapor walau hanya sekali. Papanya tidak pernah mengecup keningnya sebelum tidur. Dan Papanya terlalu asing untuk dirinya.

Dari ingatan yang Ariana dapat, ternyata pemilik tubuh ini memiliki sifat yang menurut Ariana sangat murahan, sama seperti Ibunya. Pemilik tubuh ini memiliki hobi yang menurut Ariana sangat merugikan. Shena, perempuan itu sangat menyukai hal-hal yang berbau bebas.

Pria yang Ariana lihat hari itu, ternyata seorang siswa most wanted di sekolahan Shena. Pria yang selalu mengejar-ngejar Shena, hingga Shena memanfaatkan pria itu sebagai alat pemuas nafsunya.

Ariana menggeleng dramatis setelah mencerna segala macam ingatan yang masuk ke kepalanya, "Lo murahan banget, She. Rela di sentuh banyak pria hidung belang, enggak takut kena penyakit lo?"

Entah berbicara pada siapa, tapi Ariana tahu kalau di sana, Shena mendengar segala ucapanya. Ntah dimana perempuan yang menurut Ariana, sama menjijikan nya dengan Kakak dan Ibu si pemilik tubuh. Uh, keluarga mereka sangat miris dalam menjalani hari-hari yang berharga ini.

Malas berpikir tentang sifat Shena, Ariana pun segera membaringkan tubuhnya di atas ranjang dengan pandangan yang menatap lurus ke atas. Shena itu cantik, bahkan sangat cantik. Hanya saja, sifat perempuan itu sangat murahan dengan kelakukannya yang sungguh menjijikan.

"Kenapa lo cuma ngasih sedikit ingatan lo sama gue? Mau main teka-teki sama gue?" Ariana tersenyum miring sebelum akhirnya memilih untuk memejamkan mata.

Di taman belakang rumah itu, ada anak kecil laki-laki yang saat ini tengah duduk termenung sambil menatap lurus kearah kolam renang. Wajahnya terlihat kacau dengan luka lebam di pipinya. Anak laki-laki itu terlihat kurus dan seperti tak pernah di rawat.

"Nial kangen Aunty," anak kecil laki-laki itu menunduk dengan air mata yang mulai menetes dengan derasnya.

Danial Fabriello, anak laki-laki tampan berusia 12 tahun yang memiliki otak cerdas, juga cara berpikirnya yang dewasa. Hanya saja, Nial minus dalam hal mengontrol emosi. Dia gampang terpancing emosi hingga kekerasan sudah menjadi hal biasa untuknya.

Sejak kecil, Nial selalu di manja oleh orang tuanya dan juga Neneknya. Hanya Kakeknya saja yang selalu bersikap keras terhadapnya. Juga Tantenya yang selalu bersikap tegas, tapi ia menyukai sikap Kakek dan Tantenya itu daripada sikap kedua orang tuanya dan juga Neneknya.

"Nial harus bertemu Aunty!" Tekadnya seraya bangkit dan berlalu pergi menuju kamar sang Tante.

Di dalam kamarnya, Ariana mendengus kesal saat pintu kamar terus saja di ketuk dari luar. Padahal matanya baru terpejam, dan sekarang harus di paksa terbuka kembali. Dengan niat setengah hati, Ariana pun bangkit dan berjalan untuk membuka pintu kamarnya.

"Siapa sih ga─ Loh? Kamu siapa?"

Ariana mengerjabkan matanya beberapa kali saat dia melihat wajah tampan anak laki-laki di hadapannya. Wajah anak laki-laki itu seperti tidak asing, wajahnya mirip dengan .... Mantan kekasihnya yang brengsek!

"Aunty, ini Nial." Ucap Nial seraya menunjuk dirinya sendiri.

Mendengar itu, Ariana terdiam sejenak saat memori dari pemilik tubuh mulai kembali memasuki memori nya. Ternyata, anak laki-laki itu anak dari Khansa dan mantan brengseknya. Kalau dari ingatan yang Ariana dapatkan, Nial itu selalu di manja hingga menjadi sosok yang sulit mengontrol emosi.

Gue punya tugas baru nih ceritanya? Batin Ariana seraya menyeringai tipis.

Mari buat si tampan berpihak pada gue, terus buat dia lupa sama keluarga kandungnya. Batinnya lagi dengan tatapan yang menyiratkan banyak arti.

Dari ingatan yang dia simpulkan, ternyata Nial itu lumayan dekat dengan Shena. Hanya saja, Shena lebih sering menghabiskan waktunya diluar rumah hingga dia jarang bertemu dengan Nial. Shena juga selalu bersikap tegas dan sedikit lembut pada Nial.

"Kenapa, sayang?" Ariana membungkuk menyamakan tingginya dengan tinggi anak laki-laki itu.

Nial terdiam saat mendengar suara lembut Ariana, sejak dahulu, Shena tidak pernah berucap lembut padanya tapi perlakuan nya memang sedikit lembut. Menatap takut Ariana, lantas Nial mencoba untuk tetap tersenyum semanis mungkin.

"Nial rindu Aunty," Ucap Nial dengan suara pelan nya yang berhasil membuat Ariana terkekeh sambil mengacak surai hitam legam Nial dengan lembut.

"Yasudah, ayo masuk!" Nial mengangguk semangat lalu segera masuk dan duduk di atas ranjang dengan Ariana yang duduk di kursi meja belajar.

Mata Ariana terpejam sejenak saat sebuah ingatan kembali memasuki memorinya. Ia tersenyum miring walau tipis saat sebuah tayangan dimana sosok wanita tergambar sedang dilarikan kerumah sakit dan tayangan itu terjadi sekitar 3 kali diputar dalam waktu yang berbeda.

Khansa, wanita itu yang ada di ingatan yang baru Ariana dapatkan. Kesimpulannya, Khansa sudah pernah 3 kali keguguran dan Nial adalah anak pertama yang bisa Khansa lahirkan, jadi itu alasan kenapa Nial sangat dimanja oleh orang tuanya.

"Karma memang ada," Ariana terkekeh pelan yang berhasil mengalihkan perhatian Nial.

"Kenapa, Aunty?" Tanya Nial yang dibalas gelengan oleh Ariana.

"Nial mau jalan-jalan?" Tanya Ariana seraya bangkit dan berpindah duduk di hadapan Nial yang masih setia menatapnya.

"Boleh?" Bukannya menjawab, Nial malah bertanya balik yang berhasil membuat Ariana terkekeh sambil menganguk.

"Boleh dong. Memang Nial mau kita jalan-jalan kemana, hm?" Tangan Ariana terangkat lalu mengusap lembut surai panjang Nial.

Ariana itu tipe gadis yang menyukai anak kecil. Karena baginya, anak kecil itu sungguh imut dan juga menggemaskan. Jadi sikap Ariana kepada Nial memang benar-benar tulus, bukan sekedar untuk mencapai tujuannya saja.

"Kebun binatang!" Pekik Nial dengan riangnya.

"Hari ini bukan weekend, boy. Bagaimana kalau kita ke mall? Atau ke taman kota?"

"Taman kota!"

"Oke, kita ketaman kota."

***

Ariana TransmigrationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang