H A I !👋
- H A P P Y R E A D I N G -
***
Suara kicauan burung terdengar mengudara bersamaan dengan suara tangisan seorang balita mungil yang berhasil mengganggu tidur nyenyak Ariana. Wanita itu tampak menggeliat pelan lalu mengerjabkan matanya beberapa kali.
Wajah wanita itu tampak datar dengan ingatan yang kembali muncul tentang kejadian malam tadi, Ariana mendengus pelan dan segera bangkit dari tiduran nya. Sejujurnya, Ariana belum siap melakukan hal yang biasa Shena lakukan meskipun dia melakukan nya bersama Arthur, suaminya.
Mengambil piyama tidurnya di walk in closet, lantas Ariana segera berjalan keluar kamar bersamaan dengan Arthur yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan tubuh yang lebih fress. Menatap keadaan kamarnya yang berantakan, Arthur menghela napasnya pelan.
Semalam dia benar-benar lepas kendali karena yang dia lihat adalah wajah mendiang istrinya, Angelica. Lagi-lagi rasa bersalah dihatinya semakin besar saat dia merasa kalau dia kembali mengkhianati pernikahan sucinya bersama Angelica.
Padahal Shena juga istrinya, tapi tetap saja Arthur tak menganggap wanita itu lebih dari jalang kecil yang sibuk mencari perhatian nya. Mengingat sesuatu, Arthur pun segera mengambil ponselnya yang ada diatas nakas samping ranjang nya.
"Halo, Arthur. Kenapa pagi-pagi menelponku?"
Pria beranak tiga itu tampak menggaruk tengkuknya yang tak gatal, terlalu canggung untuk menanyakan sesuatu yang terbilang ambigu. Tapi dia memang harus bertanya langsung pada yang berpengalaman, Dokter Jasmine.
"Jasmine, apakah seorang Ibu hamil boleh melakukan ekhem?"
Seperti biasanya, seorang Arthur hanya akan langsung bicara pada intinya karena dia malas berbasa-basi juga terlalu malu kalau harus mencari topik lain. Jadilah dia bertanya langsung meski harus menahan malu juga menekan harga dirinya sedikit.
Dari seberang sana, Dokter Jasmine tampak tergelak lucu mendengarnya. "Sebenarnya tidak disarankan, tapi kalau sudah kau lakukan ya tak apa."
Mendengar jawaban Dokter Jasmine, tak bisa dipungkiri kalau ada perasaan lega dihatinya. "Benarkah? Apa perlu aku membawa nya kerumah sakit untuk periksa kandungan?"
"Bawa kerumah sakit kalau dia mengeluh sakit dibagian perutnya, tapi kalau dia baik-baik saja ya tak usah kerumah sakit."
Pria yang masih memakai bathrobe itu mengangguk kan kepalanya paham, "Oke."
"Terima kasih!" sindir Dokter Jasmine yang tak diperdulikan oleh Arthur.
Memutuskan sepihak panggilan, lantas Arthur segera memakai pakaian kerja nya karena hari ini dirinya ada meeting penting bersama rekan kerjanya yang berasal dari Jepang dan baru saja tiba di Indonesia beberapa hari lalu, begitu kata Sekretaris nya.
Kembali ke Ariana, wanita itu tampak berjalan menuruni tangga menghampiri Alister yang tengah sibuk menimang Elister yang sedang menangis. Tanpa banyak bicara, Ariana mengambil alih Elister dari gendongan Alister yang berhasil membuat tangis balita imut itu berhenti seketika.
"Kenapa, sayang? Kenapa El menangis, hm?" Tanya Ariana dengan nada yang begitu lembut.
Alister, bocah laki-laki itu tampak diam dengan wajah datar dan berlalu setelahnya tanpa berkata apapun. Tapi langkah bocah laki-laki itu harus terhenti saat Ariana memanggil namanya dengan cukup tegas tapi juga lembut dalam waktu bersamaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ariana Transmigration
Fantasy21+ Ariana, sosok perempuan cantik berlidah tajam dan juga cuek. Ariana membenci takdir hidupnya, sangat .... Sangat membenci takdir hidupnya! Hidupnya sudah hancur dan bertambah hancur saat dia harus bertransmigrasi ke raga sosok perempuan bernama...