02 - Kekecewaan

18.3K 1.3K 110
                                    

[Hasil Revisi]

Ariana terus melangkah tanpa arah ditengah derasnya hujan setelah sebuah kenyataan berhasil menghantam tepat ke relung hatinya. Dia ingin menangis sekeras mungkin, tetapi dia tidak bisa. Air matanya telah lama kering dan hatinya sudah mulai mati sejak beberapa menit lalu.

Kalimat yang begitu menyakitkan telah terucap dari mulut Ayahnya sendiri. Dia ingin meminta Mamanya untuk berhenti mencintai pria berengsek seperti Ayahnya itu, tetapi dia juga tak bisa memberikan alasan yang sebenarnya pada sang Mama.

"Ari, maafkan Papa. Papa harus tetap menikahi Tante Dela karena Tante Dela sedang mengandung anak Papa."

Sebuah kenyataan baru, kenyataan yang berhasil membuatnya ingin mengakhiri hidup. Bukan lebay, hanya saja .... Ariana tidak sekuat itu untuk terus memikul beban yang tiada habisnya. Beban yang tak pernah berkurang sedikitpun, dan malah terus bertambah.

"MAMA MAAFIN, ARI!"

Ariana jatuh terduduk dengan kepala menunduk. Dia benar-benar lelah, lelah menjalani kehidupannya yang jauh dari kata baik-baik saja. Sejak kecil, dia selalu hidup bersama Mamanya sebelum 10 tahun terakhir, Mamanya mulai sibuk dengan alasan pekerjaan.

3 bulan lalu, di mana hari yang menjadi hari tersial bagi Ariana tentang masalah percintaannya. Dahulu, dia memiliki seorang kekasih yang sangat mencintainya dan selalu ada di sisinya saat dirinya sedang sedih ataupun bahagia.

Hingga sosok gadis bernama Khansa mulai memasuki hubungannya dengan sang kekasih. Hubungan mereka goyah karena rentannya rasa kepercayaan. Tak ada yang mau mengalah, hingga berakhir dengan si cowok yang memulai hubungan baru bersama Khansa sebelum memutuskan hubungannya dengan Ariana.

Salah satu alasannya untuk tetap bisa tersenyum mulai menjauh secara perlahan. Sekarang Ariana hanya sendirian, dan akan terus sendirian... Mungkin ....?

"Tuhan, aku lelah. Izinkan aku untuk istirahat, aku ingin istirahat hingga perasaan sesak ini memudar. Izinkan aku, aku mohon."

Ariana mengusap wajahnya kasar saat air hujan menutup penglihatannya, setelahnya, dia pun bangkit dan melangkah dengan langkah sempoyongan. Kakinya terlalu sakit karena harus berlari belasan kilometer. Bahkan dia tak tahu di mana keberadaannya sekarang.

Dengan kepala tertunduk, Ariana terus melangkah tanpa menyadari kalau dibelakangnya ada seseorang berpakaian serba hitam yang terus mengikutinya sejak tadi. Seseorang berpakaian serba hitam itu terus mendekat dan memelankan langkahnya saat sudah berada didekat Ariana.

Jleb!

"Akh!"

Pisau itu menancap tepat di dada kiri Ariana hingga membuat tubuhnya limbung seketika dan terjatuh dengan pandangan yang menatap sendu sosok yang kini berdiri dihadapannya.

"Maafin gue."

"Karena, karena Khansa .... Dia lebih penting dari lo."

Ariana tersenyum miris lalu menganggukkan kepalanya disisa kesadarannya, "Arindra. Makasih uhuk buat semuanya, gue .... Gue benci lo!"

Matanya mulai terpejam bersamaan dengan tubuhnya yang dilempar kesebuah sungai didekatnya. Arindra melempar tubuh Adiknya sendiri dengan tanpa perasaan, lalu setelahnya, dia pergi seakan tak pernah melakukan apapun.

Ariana TransmigrationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang