32 | Ariana

8.8K 719 16
                                    

H A I !👋

- H A P P Y R E A D I N G -

***

Dorr!

Dorr!

Dorr!

Tangan mungilnya ikut tersentak saat peluru melesat sempurna dari ujung pistol digenggaman tangannya, matanya menyipit, menargetkan sebuah anggur diatas kepala seorang pria berpakaian hitam, anggur yang dia jadikan target sasarannya.

"Tuan muda, minum dulu."

Tanpa memperdulikan bodyguard pribadinya yang sejak tadi menyodorkan air minum juga tissu, bocah laki-laki itu tampak semakin serius dengan pistol digenggaman tangannya dan semakin brutal menembaki buah anggur itu hingga membuat si pria berkeringat dingin.

Salah gerak, maka nyawa melayang.

Si pria yang menjadi bodyguard bocah itu tampak menghela napasnya lelah dan memilih pergi untuk meminta bantuan seseorang, karena sudah terlalu lama Tuan muda nya bermain dengan senjata api satu itu. Senjata yang tak sepantasnya dimainkan oleh bocah berusia 12 tahun kurang.

Tak lama setelah kepergian si bodyguard, seorang wanita tampak berjalan mendekati bocah laki-laki itu lalu menggeleng pelan. "Tuan muda, sudah cukup latihannya. Sekarang waktunya istirahat, minum yang banyak agar tenaga anda kembali pulih."

Tampaknya bocah itu tertarik dengan suara yang sudah dia kenali, bocah itu menoleh dan menerima air minum dari si wanita yang membuat wanita itu tersenyum tipis. "Bagaimana dengan Ayyana? Dia sudah kembali? Wanita itu?"

Bocah laki-laki itu-Alister, menyeka keringatnya dengan tissu yang dibawakan oleh wanita itu yang tak lain tak bukan adalah seseorang yang Ayahnya pekerjakan untuk menjadi pengasuh nya. "Nona muda sudah pulang ke mansion dengan selamat, kalau Nyonya..."

Wanita yang biasa dipanggil Gretta itu tampak ragu untuk menyampaikan mengenai Nyonya nya. "Wanita itu? Kenapa?" tanya Alister seraya menaikan satu alisnya.

"Nyonya, be-"

"Tak kusangka, ternyata Putraku pandai menembak."

Suara dari arah pintu masuk berhasil mengalihkan atensi Alister dan Gretta yang berhasil membuat Gretta menunduk sopan sedangkan Alister, menaikan satu alisnya. Bingung kenapa Ariana bisa tahu dimana tempat biasanya dia berlatih menembak atau sekedar mencari ketenangan.

Ariana mendekati Alister lalu mengecup kening bocah itu dengan tulus, "Maafkan Mommy mu yang pergi terlalu lama." bisiknya hingga membuat tubuh Alister mendadak kaku karena terkejut juga bingung.

Tak disangka, darah memang benar-benar lebih kental daripada air. Putranya begitu pandai menembak, menuruni keahlian nya dibidang menembak. Mirisnya, dulu Ariana selalu menembaki orang yang dia anggap 'musuh'. Begitu kriminal dan kejam sekali sosoknya.

"M-mommy?" lirihnya tapi berbeda dengan sorot matanya yang kian menajam.

Tatapan Ariana beralih menatap Gretta yang menunduk, "Kau tolong tinggalkan kami berdua."

Membungkukkan badannya sopan, Gretta mengangguk disertai senyum tipis. "Baik, permisi Nyonya dan Tuan muda."

Setelah memastikan kalau hanya ada mereka berdua diruangan itu, Ariana kembali menatap Alister lalu menangkup rahang Putranya yang cukup tegas. "Aku tau bagaimana pola pikirmu yang jauh dari anak seusiamu, sejujurnya, aku menyayangkan hal itu."

Ariana TransmigrationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang