10.

132 19 7
                                    

Suasana tegang dan cemas masih berlangsung di dalam gedung evakuasi, atau lebih tepatnya di luar pintu IGD. Taufan mondar-mandir dan peluh keringat dingin muncul di kepalanya. Ia khawatir dengan keselamatan istrinya dan juga bayinya. Gempa, Halilintar, Plasma, Thunderfreeze, Springwind, Fohner, Nova dan Blizzard berusaha menenangkan Taufan yang berjalan bolak-balik seperti seterika. Sementara Ying menggendong anaknya, Tanah yang sedang tertidur.

"Tenanglah, Taufan! Ini dimakan dulu rotinya! Kau pasti lapar!" kata Gempa sambil memberikan sepotong roti kepada Taufan.

"Aku tidak lapar, Gem! Aku takut terjadi sesuatu dengan istri dan bayiku!".

"Semuanya akan baik-baik saja, Tuan Taufan! Kan Dokter sedang menolong Nyonya Yaya? Kita percayakan saja kepada Dokter!" ujar Fohner.

Pintu IGD terbuka dan keluarlah dokter yang menangani Yaya. Sontak, mereka semua mendekati dokter yang  telah usai memeriksa keadaan Yaya.

"Dokter! Bagaimana keadaan istri dan bayi saya?! Apa mereka baik-baik saja?!".

"Tenanglah, Tuan Taufan! Kondisi bayinya baik-baik saja. Proses persalinannya berjalan dengan lancar tanpa adanya gangguan apapun. Tapi.....".

"Tapi kenapa, Dok?!" cemas Taufan yamg mulai khawatir.

"......".

"Dok! Apa yang terjadi? Kata dokter, proses persalinannya berjalan dengan baik. Lalu kenapa dokter diam?" tanya Ying.

"..... sesudah proses melahirkan berakhir, Nyonya Yaya menghembuskan nafas terakhirnya".

"Apa?! Ini bohong kan, Dok?!".

Semua yang ada di luar pintu IGD kaget dan beberapa dari mereka menutup mulut mereka karena shock mendengar kabar duka dari dokter tersebut.

"Kami meminta maaf kepada Tuan Taufan dan para kerabat yang ada disini. Kami sudah berjuang semaksimal mungkin untuk menyelamatkan Nyonya Yaya, tapi takdir berkata lain. Nyonya Yaya meninggal dunia usai melahirkan bayi anda, Tuan Taufan".

"Tidak...! Ini tidak mungkin...! Tidak tidak tidak...!! YAYAAAAA.....!!". Taufan langsung masuk ke ruangan IGD dan melihat jasad istrinya yang sudah ditutupi kain selimut rumah sakit.

Gempa, Ying, Halilintar dan yang lainnya juga ikut masuk ke dalam kamar IGD. Betapa kagetnya mereka melihat Taufan memeluk Yaya yang sudah tidak bernyawa. Disamping jasad Yaya, lahirlah bayi imut yang kedua matanya belum terbuka. Bayi itu digendong oleh suster yang telah menolong persalinan Yaya hingga ajal seorang Ibu datang usai melahirkan sang buah hati.

"Taufan....." pelan Gempa memanggil nama sahabatnya, Taufan.

"Yaya! Yaya...! Jangan tinggalkan aku dan bayi kita! Lihatlah! Bayi kita sudah lahir! Nanti apa yang aku katakan kepada anak kita kalau kamu tidak ada bersamaku? Aku mohon, Yaya! Bangunlah...! Yaya...! Aku mohon...! Huhuhuhuhuhu..... Yaya...! Huhuhuhuhuhu....." tangis Sang Suami yang melihat kepergian Istrinya untuk selamanya dan hadiah terakhir yang bisa diberikan oleh Sang Istri adalah buah hati yang tumbuh dari cinta diantara mereka berdua.

Sementara yang lainnya tidak kuasa menahan tangisan mereka, melihat Yaya yang sudah berpulang ke pangkuan Tuhan. Yaya, Istri dari Taufan meninggal dunia usai melahirkan bayi berjenis kelamin laki-laki yang digendong oleh suster.

"Hiks... Hiks... Hiks... Yaya...". Ying memeluk Gempa yang juga menangis karena sahabatnya, Yaya meninggal dunia usai melahirkan bayi laki-laki yang telah dikandungnya selama 9 bulan.

"Hoooeeee..... Hoooeeee..... Hoooeeee.....". Tanah yang sedang tertidur, tiba-tiba menangis karena mendengar suara tangisan di dalam ruangan IGD.

Ibu, sosok yang paling diinginkan oleh setiap anak piatu di seluruh dunia. Anak terlahir melalui rahim seorang Ibu yang dikandung selama 9 bulan, menjaganya seperti barang kesayangan yang ia rawat. Namun, keinginan dari para anak piatu harus sirna karena sosok Ibu yang dicintainya tidak akan bersama dengan mereka lagi. Bahkan, sosok Ibu telah meninggalkan duniawi untuk selama-lamanya disaat sudah melahirkan, yang membuat bayi piatu  tidak bisa melihat wajah asli dari Sang Ibu.

Begitulah yang dialami oleh pasangan suami istri Taufan dan Yaya. Kini, status bayi yang lahir dari pasangan Taufan dan Yaya menjadi anak piatu, anak yang terlahir tanpa sosok perempuan yang telah melahirkannya selama 9 bulan. Desiran angin dingin nan menyejukkan datang melalui jendela kamar IGD menerpa seluruh  ruangan IGD.

Gempa mendekati Taufan dan langsung memeluknya. Mereka berdua menangis dalam pelukkan, melihat Yaya yang sudah terbujur kaku di ranjang usai melahirkan bayi laki-laki yang telah dikandungnya selama 9 bulan.

Halilintar dan para sahabatnya keluar dari ruangan IGD dan menangis di bangku ruang tunggu. Ying yang menggendong Tanah juga tidak kuasa menahan tangisannya, terlebih lagi Tanah yang juga ikut merasakan hal yang sama.

Suasana dukacita di ruangan IGD pada gedung evakuasi melanda mereka yang ada di dalamnya. Kepergian Yaya telah membuat orang-orang terdekatnya, termasuk Taufan sedih berlinang air mata. Langit pun seolah-olah ikut merasakan kesedihan yang melanda Taufan, Gempa, Ying dan mereka yang berada di IGD pada gedung evakuasi.

"Huhuhuhuhuhu..... Yaya...! Huhuhuhuhuhu......".

"Hiks... Hiks... Kau harus tabah, Taufan! Jangan khawatir! Hiks... Hiks... Aku dan Ying siap membantumu dan bayi kalian! Hiks... Hiks... Kami juga merasa sedih atas kepergian Yaya! Hiks... Hiks..." sedih Gempa sambil menenangkan sahabatnya, Taufan yang tidak henti-hentinya menangis atas wafatnya Yaya.

"Hiks... Hiks... Taufan? Aku sudah menganggap anakmu seperti anakku sendiri! Hiks... Aku siap menjadi Ibu bagi anakmu! Tanah pasti senang karena memiliki Adik sepupu dari kalian!" kata Ying sambil menenangkan Tanah yang ikut menangis histeris.

"Tuan Taufan? Ini bayi Tuan! Nyonya Yaya berpesan sebelum beliau tiada. Dia berkata, jika aku tidak berada di sisi kalian, aku meminta maaf kepadamu karena aku tidak ada bersama dengan kalian. Rawatlah bayi kita demi aku! Sekarang, kamu bukan hanya sebagai Ayah bagi bayi kita. Tapi juga sebagai Ibu bagi anak kita! Kamu akan menjadi orang tua untuk anak kita. Bimbinglah anak kita seperti kamu membimbingku menuju jalan cinta kita. Begitulah pesan terakhir yang disampaikan oleh Nyonya Yaya".

Taufan melepaskan pelukkan Gempa dan menggendong bayinya yang mungil dan baru terlahir ke dunia. Ia menangis dihadapan bayinya yang tertidur nyenyak dengan senyumannya yang menyejukkan hati bagi siapa saja yang melihatnya.

"Sayang? Hiks... Hiks... Mulai hari ini, kamu adalah anak Ayah dan Ayah akan merawatmu dengan penuh kasih sayang! Hiks... Hiks... Hiks... Ayah akan memberimu nama Angin, karena Angin bersifat menyejukkan dan segar. Sama seperti Ibu kamu yang selalu tersenyum dan siapapun yang melihat senyumanmu, maka mereka akan merasa bahagia dan hati mereka sejuk melihatmu tersenyum. Angin sayang? Terima kasih ya karena kamu ada di sisi Ayah. Hiks... Hiks... Walaupun kamu lahir tanpa Ibu, tapi kamu ada Ayah! Selain itu, kamu juga ada Kakak sepupu, Ayah Gempa dan Ibu Ying! Hiks... Hiks... Hiks... Maaf ya, Angin! Hiks... Kamu pasti sedih karena kamu belum melihat wajah Ibumu yang cantik dan mempesona. Hiks... Hiks... Maafkan Ayah ya, Nak! Hiks... Hiks... Maafkan Ayah...! Hiks... Hiks...".

Akhirnya, bayi yang lahir dari pasangan Taufan dan Yaya telah mendapatkan nama dari Sang Ayah. Namanya adalah Angin, bayi laki-laki yang akan tumbuh besar dengan paras senyuman manis yang dapat membahagiakan semua orang yang melihatnya. Sama seperti Ibunya, Yaya yang juga tersenyum bahagia dan tidak ada rasa beban sama sekali.

Gempa dan Ying merasa bersyukur karena anggota kerabat mereka bertambah satu walaupun telah kehilangan satu untuk selama-lamanya. Tanah akan mendapatkan seorang Adik sepupunya yang bernama Angin. Kelak, Tanah dan Angin akan menjadi Kakak Beradik Sepupu yang selalu akur di masa depan nanti.

Kematian memanglah tidak bisa dihindari. Jika takdir menunjukkan seseorang itu harus mati, maka orang itu akan mati dalam waktu yang tidak ditentukan. Selagi masih ada sosok orang tua yang masih ada hingga saat ini, sayangilah mereka seperti kita menyayangi barang-barang kesayangan kita. Cintai orang tua dan sayangilah mereka selagi mereka masih bernafas dan hidup bersama kita. Tuhan akan sayang kepada kita apabila kita sayang kepada orang tua kita. Mereka-lah yang telah melahirkan kita ke dunia ini dan menumbuhkan benih-benih cinta serta kasih sayang yang tidak ada tandingannya dibandingkan harta yang ada di duniawi.

Bersambung

My Vengeance 2 (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang