Awal melihat laki laki itu, Zahra merasa biasa saja karena ia belum mengetahui apa spesialnya laki-laki itu. Bahkan, ia belum mengenal sosok laki-laki tersebut, begitu pun sebaliknya.
Hingga Zahra melihatnya untuk kedua kali. Saat itu, Zahra dan Aisyah sedang bercerita sambil bercanda dan tertawa di sebuah taman.
Beberapa saat kemudian, laki-laki itu tampak lewat dari kejauhan dengan pandangan menunduk. Zahra terlalu memperhatikan laki-laki itu hingga ia tidak mendegarkan apa yang sedang dikatakan Aisyah.
"Zahra! Zahra!" Tak ada respon dari Zahra. Kini Aisyah memukul pelan pundak Zahra, "Zahra!"
Zahra yang terkejut pun langsung meminta maaf kepada Aisyah, "Maaf-Maaf, tadi aku melamun."
"Melamun kenapa?" desak Aisyah.
"Enggak. Bukan apa apa, kok"
Sesaat kemudian, Aisyah pun melihat laki-laki yang lewat dari kejauhan, sehingga ia mengerti alasan mengapa zahra termenung seperti itu. Ia mengangkat tangannya dan menunjukan jarinya ke arah lai-laki itu, "Owh, kamu pasti memperhatikan dia, 'kan?"
"Enggak, kok," jawab Zahra berbohong.
"Kita udah sahabatan lama, jadi aku tahu kalau kamu sedang berbohong," sahut Aisyah.
"Iya, Syah, aku juga ga tahu mengapa setiap melihatnya, pandangan tak bisa beralih darinya," jawab Zahra kebingungan
"Mungkin kamu ingin sepertinya, yang bisa mendapatkan beasiswa untuk belajar di Cairo," kata Aisyah sambil memperhatikan raut wajah Zahra.
"Sepertinya bagitu," jawab Zahra. Kini, Zahra kembali murung. Aisyah yang melihat kesedihannya pun langsung menenangkannya. Begitu besarnya keinginan Zahra untuk bisa melanjutkan sekolahnya ke Cairo.
Cairo ialah ibu kota negara Mesir. Di sana terdepat suatu universitas terbaik dalam ajaran dunia islam dan hal itulah yang membuatnya begitu ingin menggapainya. Al-Azhar, Cairo, siapa yang tidak ingin ke sana untuk memperdalam Ilmu agama?
Untuk sesaat, Zahra masih memikirkan mengapa dirinya selalu fokus kepada laki-laki yang bernama Islam saat dia melihatnya. Mungkinkah ada sesuatu yang aneh? Itulah yang ada di pikirannya. Setelahnya, ia tak lagi mempedulikan laki-laki tersebut. Ia kembali melanjutkan obrolan dengan sahabatnya itu.
Tak terasa waktu terus berjalan, kini waktu menunjukkan pukul 17:00. Zahra harus pulang, mereka pun kembali ke rumah Aisyah.
Zahra berpamitan dengan umminya Aisyah. Zahra pun duduk bersimpuh selayaknya wanita saat berpamitan dan menyalim tangan umminya Aisyah serta menciumnya.
"Assalamu'alaikum, Zahra pamit pulang. Maaf telah merepotkan," ujarnya untuk berpamitan.
"Wa'alaikumussalam, nggak merepotkan sama sekali, kok," jawab ummi Aisyah dengan senyum yang tetap menghias wajahnya.
Setelah berpamitan, Aisyah ikut mengantarkan Zahra ke depan rumahnya.
"Assalamu'alaikum, Aisyah" ujar Zahra sambil memakai sendal.
"Wa'alaikumussalam, kapan-kapan main lagi, ya!" Aisyah melambaikan tangannya.
"Pasti! Dah." Zahra pun membalas lambaian tangan Aisyah.
Zahra hanya berjalan sendiri dan menunggu jemputan dari ojek online yang ia pesan sebelumnya. Tak lama ia menunggu, ojek online tersebut pun datang untuk menjemputnya.
Kini langit telah merah kejingga-jinggan, ayat-ayat suci Al-Quran telah berkumandangan di masjid-masjid, hingga satu persatu masjid kini mengumandangkan azan yang menunjukkan bahwa waktu salat magrib pun tiba.
Sesampainya di rumah, ia langsung melangkahkan kakinya ke dalam rumah sambil mengucapkan salam. Setelah itu, ia mandi, mengambil wudu, dan mendirikan salat.
Hari ini, dirinya merasakan sedih dan senang secara bergantian. Senang karena bisa bertemu dengan sahabatnya, Aisyah. Sedangkan, sedih karena ia merasa iri kepada laki-laki yang bisa melanjutkan pendidikan ke Universitas Al-Azhar, Cairo, Mesir.
****
![](https://img.wattpad.com/cover/286921334-288-k533518.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengagumi Karena Iman & Taqwa √
Teen FictionSebelum membaca Alangkah baiknya untuk vote dan follow dulu ya... :) Jangan lupa jejak komentarnya HAPPY READING!! ________________________________ Blurb Kagum. Sebuah kekaguman yang luar biasa, sehingga kagum itu menjadi cinta. Kisah fiksi seo...