13

261 49 5
                                    

Cinta Yang Di Pendam Sendiri Itu Mungkin Bisa Menyakitkan Namun Mencintai Orang Yang Salah Akan Lebih Menyakitkan.

______________

 Keesokan harinya, di kamar Zahra, dirinya kembali memikirkan tentang perasaannya. Ia ingin menceritakan kepada seseorang mengenai perasaannya tersebut. 'Tapi, ke siapa?'

Saat terus berpikir tentang hal tersebut, ketukan pintu pun terdengar. Lalu, Zahra beranjak dari tempat tidurnya dan membuka pintu. Ternyata, itu adalah ibunya. Ia mempersilakan ibunya masuk dan duduk di atas tempat tidur. 'Kebetulan sekali. Apakah aku harus bercerita kepada Ibu?'

"Kamu kenapa, Nak? Ibu perhatikan, akhir-akhir ini sikapmu sedikit berubah, lebih pendiam," tanya ibunya sambil menatap lekat ke mata Zahra.

Zahra pun mengalihkan matanya ke bawah. Untuk beberapa saat, Zahra masih berpikir untuk menceritakannya atau tidak.

"Umm ... Ibu, boleh aku bertanya?" Zahra memegang kedua tangan ibunya dengan lembut. Kemudian, ia balik melihat kedua mata ibunya. Ibunya hanya mengangguk dan tersenyum sebagai tanda bahwa Zahra diperbolehkan bertanya.

"Bagaimana cara seseorang menyampaikan perasaannya kepada orang yang ia cintai?" tanya Zahra.

"Begini, Sayang. Jika kamu mencintai seseorang, kamu tidak harus mengungkapkan atau menyampaikan perasaan tersebut. Cukup do'akan saja dirinya. Apabila kamu tak mampu membendung perasaanmu, cukup curhatkan saja kepada Allah. Bukankah seperti itu yang diajarkan agama kita?" Ibunya mengusap kepala Zahra dengan lembut dan penuh kasih sayang. Ia merasa, anaknya sudah benar-benar tumbuh dewasa dan merasa bahagia dengan itu, "Apakah kamu sedang jatuh cinta, Nak?"

"Ti–tidak, Bu," sanggah Zahra. Namun, dia berbohong. Karena kebohongannya itulah, dia sempat gelagapan saat ibunya menggodanya. "Aku bertanya bukan berarti aku sedang jatuh cinta."

Melihat sikap Zahra yang grogi saat menjawab, ibunya semakin menaruh curiga. Namun, ia tahu, kalau tak perlu menggali terlalu dalam tentang privasi anaknya. ibunya yakin kalau anaknya bisa mengatasi masalahnya. Ia hanya perlu menjawab setiap pertanyaan dari Zahra, putri kesayangannya.

"Terima kasih, Bu," ucap Zahra, "Lalu, apakah salah jika seseorang itu mengagumi orang yang ia cintai karena iman dan taqwanya? Kemudian, ia malah merasa tak pantas untuk orang itu."

"Tak ada yang salah dalam mengagumi dan mencintai. Justru, karena hal itulah seseorang bisa berubah lebih baik. Contohnya, lihat pada dirimu. Sekarang kamu jauh lebih menutup aurat dan sikapmu juga menjadi lebih baik. Siapa tau, kamu seperti ini karena mengagumi seseorang. Kemudian, yang menentukan pantas atau tidak, bukanlah kita. Apabila Allah sudah berkehendak kalau kamu akan bersama seorang laki-laki yang luar biasa baik, maka itulah yang terbaik, dan jelas itu pantas untuk kalian," jawab ibunya.

Mendengar jawaban dari ibunya, membuat hatinya merasa lebih baik. Pun ia tersipu karena dugaan ibunya benar. Zahra merubah perilakunya karena rasa kagum dan termotivasi oleh seorang laki-laki, Islam. Karenanya, Zahra ingin lebih dekat dengan Allah.

"Bu," panggil Zahra lirih dan ia menundukkan kepalanya. Ia menguatkan hatinya. "Sebenarnya, aku sedang mencintai seseorang."

"Dengan siapa?" selidik ibunya. Apa yang dirasakan ibunya benar. Zahra sedang jatuh cinta. Seorang ibu pasti tahu apa yang sedang disembunyikan anaknya, hanya dari sikapnya.

"Aku mencintai laki-laki yang dulu kukagumi. Dia yang memiliki suara merdu ketika membaca Al-Qur'an. Dulu, aku juga pernah menceritakannya kepada ibu," jelas Zahra. Pandangannya masih tertunduk.

Setelah Zahra menjelaskan hal tersebut, ibunya mengatakan kalau ia ingat tentang laki-laki itu. Namun, ibunya ragu karena Zahra belum mengetahui latar belakang dari laki-laki tersebut.

Karena akhlak dan perilaku Islam yang begitu baik, Zahra yakin dengan yang ia rasakan. Namun, karena ia mencintai dalam diam, ia hanya bisa menyebut nama Islam dalam setiap doanya. Dan Zahra sudah benar-benar memasrahkan masalah jodoh kepada Allah.

"Apakah Kalian pernah kenalan?" tanya ibunya.

Zahra dan Islam belum pernah berkenalan. Mereka hanya pernah saling berbicara dan itu baru kemarin. Saat itu, Islam tak tahu yang sedang berbicara dengannya adalah Zahra, karena Zahra sudah memakai cadar.

Saat itu, Islam sedang mencari seorang perempuan yang terjatuh di dekat masjid, perempuan itu adalah Zahra. Namun, ia tak mengaku dan mengakhiri pembicaraan mereka.

"Kenapa kamu tidak mengaku? Mungkin tasbihmu jatuh saat itu dan Islam mencarimu untuk mengembalikannya," tebak Ibunya. Zahra juga sudah menceritakan tasbihnya yang hilang. Karena itulah, ibunya sampai pada kesimpulan tersebut.

"Benarkah?" Zahra yang tadinya masih menunduk, kini menatap tepat ke mata ibunya. "Aku malu sekali, Bu. Aku tak mau dia menertawakanku, kalau tau bahwa akulah yang jatuh waktu itu."

"Ya, sudah. Tak apa. Lain kali, pasti dia akan mengembalikannya kepadamu." Ibunya mengusap kepala Zahra. "Kalau memang jalan takdir akan mengembalikan tasbihmu, pasti tasbih itu akan kembali tanpa kamu minta."

"Iya, Bu. Terima kasih banyak. Aku sayang Ibu." Kemudian, Zahra memeluk erat ibunya. Ia tersenyum dengan kebahagiaan terpancar di wajahnya.

****

Mengagumi Karena Iman & Taqwa √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang