04

422 96 20
                                    

Semenjak mendegarkan lantunan suara yang begitu indah, Zahra termenung memikirkannya. Zahra bingung, kenapa dirinya selalu memikirkan sebuah hal yang tidak penting baginya. Ia selalu mengingat suara yang sudah melekat pada dirinya. Suara itu seperti terombang-ambing di dalam pikirannya. Ia ingin mendengarnya lagi.

Karena memikirkan hal tersebut, Zahra pun termenung. Sesaat kemudian, suara ketukan pintu pun terdengar, "Zahra, mari makan."

Suara ibunya terdengar dari sebalik pintu. Namun, Zahra tidak memberikan jawaban atas penggilan ibunya. Dia masih terdiam, termenung. Akhirnya, pintu kamar terbuka.

"Zahra, kamu kenapa?" tanya ibunya setelah membuka pintu. Zahra terkejut dan apa yang dia pikirkan pun buyar. Dan digantikan dengan, 'Astaghfirullah, Apa yang kupikirkan? Dasar, Zahra.'

"Zahra? Apa yang sedang kamu pikirkan?" tanya ibu sekali lagi karena Zahra tak kunjung menjawab pertanyaannya.

"Tidak ada, Bu," jawab singkat Zahra.

"Kalau begitu mari makan. Ibu sudah masak makanan yang kamu suka," ajak ibunya sekali lagi.

"Terima kasih, Bu."

Di meja makan, Zahra tidak memakan makanannya. Dia malah kembali termenung memikirkan laki-laki itu.

"Zahra, ayo dimakan," pinta ibunya. Namun, tak ada tanggapan dari Zahra. Kemudian, ibunya mengelus kepala putri kesayangannya tersebut dengan halus dan penuh kasih sayang. "Zahra, kamu kenapa? Coba cerita sama ibu."

"Maaf, Bu. Tak tahu kenapa, akhir-akhir ini aku sering memikirkan laki-laki itu," jawab Zahra dengan muka yang murung.

"Laki-laki? Siapa, Zahra?" selidik ibunya.

Zahra pun menjelaskan siapa laki-laki itu. Dia adalah Islam, yang baru saja pindah ke perumahan di dekat rumah Aisyah. Kemudian, Zahra juga menceritakan saat mendengar Islam melantunkan ayat Al-Qur'an. Saat menceritakannya kembali, Zahra merasakan sesuatu yang tidak karuan di dalam hatinya, hingga membuatnya mengeluarkan air mata.

"Mungkin, kamu jatuh cinta padanya," celetuk ibunya, mencoba untuk menggoda putri kesayangannya.

"Bagaimana mungkin? Aku baru melihatnya beberapa kali dan aku juga belum mengenalnya. Mana mungkin aku jatuh cinta padanya?" bantah Zahra. Ibunya tertawa kecil mendengar bantahan dari putrinya tersebut.

"Udah, jangan dipikirkan lagi. Ibu cuma bercanda. Ayo makan! Sebentar lagi salat," ajak ibunya.

"Baik, Bu," jawab singkat Zahra. Mereka pun segera menghabiskan makanan yang sudah disajikan di meja makan.

Zahra adalah seorang yatim. Ia ditinggal ayahnya ketika berusia 15 tahun. Saat itu, ia masih duduk di bangku kelas 10 MAN, Madrasah Aliyah Negeri. Sekarang, Zahra hanya hidup dengan ibu dan kakak laki-lakinya. Kakaknya itulah yang sekarang menjadi kepala keluarga, serta menafkahi ibu dan adiknya.

Selang beberapa saat setelah makan, akhirnya Zahra berhasil melupakan apa yang ia pikirkan sejak tadi. Kali ini, ia ingin kembali berkunjung ke rumah Aisyah.

"Aisyah, aku ingin bermain lagi ke rumahmu," ucap Zahra kepada sahabatanya dari seberang telepon.

"Ayolah, Zahra, kemari. Kita juga udah lama ga ketemu," pinta Aisyah dengan suara yang terdengar melemas.

"Tapi aku tidak ingin melihat pria itu lagi," keluh Zahra.

"Loh, kenapa? Bukankah kamu hanya iri kepadanya karena bisa ke Cairo?" tanya Aisyah.

"Sebenarnya, setelah aku mendengar lantunan Al-Qur'an darinya, aku terus memikirkan suaranya itu. Kali ini, aku berhasil melupakannya. Aku hanya tak ingin memikirkannya lagi," jelas Zahra.

"Kamu mengatakan kalau ingin ke rumahku, tapi kamu tak ingin melihatnya. Lalu, bagaimana kamu akan kemari?" tanya Aisyah.

"Umm, bisakah kita tidak melewati rumah Islam?" Zahra mencoba mencari solusi untuk masalahnya.

"Hmm." Terdengar Aisyah sedang memikirkan sesuatu di seberang telepon, "Sepertinya bisa."

"Baiklah. Oh, iya. Nanti, aku akan mengajak Nesa bersamaku. Boleh?" tanya Zahra.

"Nesa yang dulu di kelas sebelah, kan? Boleh, biar makin rame," jawab Aisyah.

"Makasih, Aisyah. Insya Allah, besok aku dan Nesa akan berangkat ke rumahm," ucap Zahra.

"Okee," jawab Aisyah.

****

Mengagumi Karena Iman & Taqwa √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang