25

281 51 67
                                    

Sekarang, Islam dan Zahra telah terikat dengan sebuah ikatan halal. Suatu ikatan yang terjalin, tapi tak disangka oleh Zahra. Sebuah ikatan yang mengikat hubungan karena keridhaan Allah, itulah ikatan suci pernikahan.

Penikahan antara Islam dan Zahra berjalan dengan harmonis dan romantis. Sekarang, mereka berdua tinggal di sebuah rumah indah yang ternyata telah Islam siapkan jauh sebelum pernikahan terjadi. Begitu di rumah, hanya mereka berdua, sikap Islam yang biasanya dingin, kini berubah menjadi hangat. Kasih sayang dan cintanya terus diberikan kepada Zahra. Zahra terkejut dengan sikap Islam yang begitu berubah.

Jarum jam dinding menunjuk pukul 02.35. Seperti biasa, Islam terbangun untuk menunaikan salat tahajud. Kali ini, ia tak sendirian karena sudah ada istri tercintanya.

"Humaira, bangun." Islam menggoyang pundak istrinya yang masih tidur. Ia juga memanggil istrinya dengan humaira, meniru Rasulullah yang memanggil Aisyah dengan panggilan sayang tersebut.

Zahra tak sulit untuk dibangunkan. Bahkan, hanya memanggil namanya saja, ia sudah sepenuhnya sadar dari tidurnya.

Zahra sedikit mengucek matanya, lalu bangun dari tempat tidur. Ia pun bergeges mengambil wudu dan bersiap untuk salat bersama suaminya. Sedangkan, Islam mengulang kembali hafalannya sembari menunggun istri tercintanya.

Setelah siap, mereka pun langsung menjalankan salat tahajud berjama'ah. Mereka salat dengan begitu khusyu' dan terlihat bahagia. Keheningan malam pun menemani mereka. Suara Islam yang membaca ayat Al-Qur'an menggema di seisi kamar.

Dalam salat ini, Islam membaca Surah Al-Baqarah di setiap rakaatnya, hingga ia menyelesaikan 2 juz. Namun, di belakangnya, Zahra sudah tak mampu lagi untuk berdiri. Islam yang melihat Zahra masih terduduk pun ikut mengurungkan niatnya untuk melanjutkan salat. Islam malah bermanja dengan istrinya.

Islam meletakkan kepalanya di pangkuan istrinya. Terasa begitu hangat dan nyaman bagi Islam. Melihat tingkah suaminya, Zahra pun hanya tersenyum. Lantas, ia pun mengelus kepala suaminya dengan penuh cinta.

"Cantik sekali wajahmu, Humaira," puji Islam sembari mengusap pipi mulus Zahra. Ia pun mencibut istrinya tersebut.

Tanpa mengeluarkan kata-kata, Zahra memegang tangan Islam. Wajahnya memerah karena pujian tersebut. Untuk beberapa saat, mereka mempertahankan posisi tersebut. Sungguh romantis bila melihatnya secara langsung. Hati yang diam-diam mencinta, kini dipersatukan dengan yang ia cintai.

"Oh, iya, Islam." Zahra membuka pembicaraan sambil terus melihat ke mata Islam. "Kenapa kita tidak diperbolehkan pacaran?"

"Karena, itu adalah perbuatan yang mendekati Zina." Islam terus memegang pipi mulus istrinya tersebut. "Allah berfirman dalam Surah Al-Isra', dalam surah tersebut dijelaskan larangan untuk mendekati Zina. Mendekati saja dilarang, apalagi melakukannya."

Mendengar itu, wajah Zahra berubah menjadi cemas. Ia pun menghentikan elusannya di kepala Islam. "Ta-tapi, kita sedang pacaran."

"Iya, tapi kita pacaran halal. Pacaran setelah menikah," ucap Islam sambil tertawa kecil saat melihat wajah cemas istrinya. Setelahnya, wajah Zahra kembali terlihat tenang dan lega.

Karena belaian di rambut dan kehangatan pangkuan istrinya, Islam pun tertidur di pangkuan Zahra. Meski tertidur, tangan Islam masih menggenggam tangan Zahra.

Zahra pun hanya bisa tersenyum sambil terus mengelus kepala Islam. Ia pun meneteskan air mata karena bahagia. Ia merasa menjadi perempuan paling beruntung karena mendapatkan laki-laki seperti Islam, ia sangat bersyukur. Tetesan air mata Zahra pun mengenai pipi Islam yang tertidur. Namun, Islam tak terbangun. Kemudian, Zahra segera mengusap air mata di pipi Islam dengan tangan halusnya. Zahra mencoba meraih selimut yang tak jauh darinya, kemudian menyelimuti tubuh Islam.

Waktu terus berjalan. Azan subuh pun berkumandang. Udara dingin masih begitu terasa di tubuh Zahra. Namun, itu tak masalah baginya. Ia pun segera membangunkan Islam.

Suara halus dari istrinya berhasil ia dengar. Setelah membuka matanya, ia juga menyadari bahwa azan sudah berkumandang. Islam pun segera memperbarui wudunya dan berangkat ke masjid bersama Zahra.

****

Mengagumi Karena Iman & Taqwa √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang