Maaf Telah Menyebut Nama Mu Dalam Butiran Tasbih Ku
Kini Aku Menangisi Mu Hingga Air Berjatuhan Di Atas Sajadah Halus Ku._________________
Zahra pun kembali terbangun di sepertiga malam terakhir. Di luar sedang hujan begitu derasanya. Angin dingin masuk melalui celah-celah rumah dan menyengat kulitnya. Namun, Zahra tak terlalu mempedulikannya. Ia bergegas mengambil air wudu dan mendirikan salat tahajud.
Hujan deras dan dingin yang menyengat kulit tak menganggu kekhusyu'an Zahra. Justru, ia semakin khusyu' dengan salatnya. Ia pun menangis. Air matanya terjatuh di atas sajadanya. Dengan tangisannya itu, Zahra merasakan kedamaian dalam hatinya.
Zahra sudah sampai pada rakaat terakhir. Di sujud terakhirnya, ia berlama-lama untuk berdo'a. Ia meminta ampunan kepada Allah. Zahra sadar, bahwa dirinya memiliki banyak sekali dosa. Dengan begitu, tangis Zahra semakin menjadi.
Setelah selesai salat, Zahra melanjutkan tangisannya seraya meminta ampunan kepada Allah. Ia mencoba mengakui setiap dosanya. Setiap tetas air matanya jatuh ke tangan. Setelah beberapa saat, ia mengakhiri do'anya. Beban di hatinya terasa berkurang.
Ia berdiri untuk mengambil Al-Qur'annya. Air mata yang masih tersisa di pipinya telah ia usap. Ia pun kembali duduk dan membuka Al-Qur'an yang dipegangnya. Zahra membuka Surah Ar-Rahman dan membaca terjemah surah tersebut. Ia pun tersentuh hatinya. Seketika, dalam pikirannya terbesit untuk meminta mahar pernikahan dengan surah tersebut.
Setelah selesai, ia menutup Al-Qur'annya dan meletakan di meja belajar. Kini, ia berganti pada tasbihnya. Zahra menyebut nama Allah dalam setiap butiran tasbih tersebut.
Butir demi butir di tasbih tersebut terus berganti. Zahra tak bosannya untuk melafadzkan nama Allah yang Maha Besar. Setiap 33 kali ia mengagungkan nama Allah, Zahra berdo'a dengan menyebut nama orang yang ia cintai.
Zahra tenggelam dalam kekhusyu'annya. Ia menghayati setiap Asma Allah yang keluar dari bibir, hingga air matanya kembali mengalir. Semakin ia menangis, semakin tenang pula hatinya.
"Ya Allah, aku ingin menjadi pendamping hidupnya. Namun, aku tidak tahu harus bagaimana. Aku hanya bisa menunggunya kembali dari menuntut ilmu." Zahra menyeka air matanya terus jatuh, "Ya Allah, jika dia memang yang terbaik bagiku, maka jodohkanlah kami. Dekatkanlah hati kami, hingga kami bisa bersama suatu saat nanti."
Zahra terus menerus menyebut nama Allah dan nama laki-laki yang ia cintai dalam dzikir dan do'a yang ia lakukan. Hingga tak terasa waktu'subuh hampir tiba. Ia menyudahi do'anya, menghapus air matanya, dan berpasrah kepada-Nya.
Hujan pun telah berhenti. Langit terasa begitu tenang, seperti telah mendengar setiap do'a Zahra. Do'a yang ia panjatkan, menembus langit, dan di-aminkan oleh para malaikat.
Zahra mencoba membuka jendela untuk mendapatkan angin pagi. Dingin yang menyegarkan masih terasa. Bulan tampak malu dan menyembunyikan sebagian dirinya di belakang awan mendung yang tersisa. Gemerlap bintang pun nampak menyapa.
Tak lama berselang, azan subuh pun berkumandang. Dari telinga, masuk ke hati. Begitu memberi rasa damai. Ditambah, pemandangan yang begitu indah. Setelah azan subuh selesai dikumandangkan, Zahra bergegas untuk memperbarui wudunya dan mendirikan salat subuh.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengagumi Karena Iman & Taqwa √
Teen FictionSebelum membaca Alangkah baiknya untuk vote dan follow dulu ya... :) Jangan lupa jejak komentarnya HAPPY READING!! ________________________________ Blurb Kagum. Sebuah kekaguman yang luar biasa, sehingga kagum itu menjadi cinta. Kisah fiksi seo...