08

324 70 20
                                    

"Ilmu itu ada dua macam, yaitu apa yang diserap danapa yang didengar. Dan yang didengar tidak akan memberi manfaat jika tidak diserap."

~ Ali bin Abi Thalib ~

Sebulan lamanya, Zahra tak mengikuti kajian rutin di masjid. Kajian tersebut diadakan setiap hari minggu setelah salat ashar. Dan biasanya dihadiri oleh ikhwan maupun akhwat.

Sekarang adalah minggu terakhir di bulan ini. Karena itulah, Zahra berniat untuk mengikuti kajian di masjid. Ia melaksanakan salat berjama'ah dan menunggu kajian dimulai dengan berdzikir.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh." Salam pembuka telah diucapkan oleh ustadz yang akan bertahusiyah. Zahra yang khusyu' berdzikir pun menyelesaikan dzikirnya. Kemudian, ia melihat ke tempat imam, di mana ustadz tersebut duduk dan siap untuk bertahusiyah.

Namun, ketika ia melihat ustadz yang hendak bertahusiyah, ia malah terbelalak. Seolah tak percaya dengan apa yang ia lihat, ia berkedip beberapa kali. Akant tepati, ustadz yang sudah duduk di sana tak berubah. Ustadz itu adalah Islam, laki-laki yang ia kagumi.

Islam berpakaian rapi dengan menggunakan baju koko putih dan sarung, serta peci putih yang membuatnya terlihat gagah dan berwibawa.

Ketika Zahra masih tertegun dan terikat oleh ketidakpercayaannya, Islam telah memulai tahusiyahnya. Dalam tahusiyah itu, Islam menjelaskan tentang cinta.

"Yang namanya jatuh cinta, pasti dialami oleh setiap manusia. Karena, manusia itu diberikan oleh Allah swt. yang namanya cinta. Cinta kepada wanita, cinta kepada harta, cinta kepada jabatan. Cinta kepada sesuatu itu, pasti. Allah Ta'ala berfirman, 'Zuyyina lin-nāsi ḥubbusy-syahawāti minan-nisā'i wal-banīna wal-qanaṭīril-muqanṭarati minaż-żahabi wal-fiḍḍati wal-khailil-musawwamati wal-an'āmi wal-ḥarṡ, żālika matā'ul-ḥayātid-dun-yā, wallāhu 'indahụ ḥusnul-ma'āb'

Yang artinya, 'Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).' (QS. Ali-Imran: 14)

Nah, saat kita dilanda jatuh cinta kepada sesuatu, apa yang harus kita lakukan?

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mencintai. Apabila hal tersebut disepelekan, maka cinta tersebut akan menjadi malapetaka bagi dirinya, Saudaraku." Tahusiyah yang disampaikan Islam begitu lantang dan jelas. Bahkan, jam'ah yang mendengarkannya pun terlihat antusias.

Termasuk Zahra. Matanya menunjukkan keseriusannya dalam mendengarkan tahusiyah tersebut. Namun, dalam hatinya, dirinya merasa malu. Ia tak memiliki apa pun yang istimewa dalam dirinya. Ia hanya bisa terdiam dengan hati yang bergetar. 'Aku tak tahu, apakah aku pantas untuk mengagumi seseorang seperti dirinya?'

Dengan suara yang menunjukkan wibawanya, Islam terus melanjutkan tahusiyahnya, "Yang pertama, tanyakan pada hati kita, ketika kita mencintai sesuatu, apa manfaatnya bagi diri kita? Karena, akan percuma apabila kita mencintai sesuatu yang ternyata tak bermanfaat bagi kita, tidak pula akhirat kita, dan tidak pula agama kita. Seorang mukmin, harus bisa meninggalkan urusan-urusan yang sia-sia dan tak bermanfaat, termasuk dalam hal cinta. Mencintai sesuatu yang tak ada manfaatnya atau malah menjerumuskan kita dalam keburukan, hendaknya kita berusaha meninggalkannya.

Allah berfirman, 'qad aflaḥal-mu'minụn (1) allażīna hum fī ṣalātihim khāsyi'ụn (2) wallażīna hum 'anil-lagwi mu'riḍụn (3)'

Artinya, 'Sungguh beruntung orang yang beriman, (siapa dia?) Yaitu orang yang khusyuk dalam shalatnya, (siapa lagi?) Orang yang berpaling dari pada perkara yang sia-sia.' (QS. Al-Mu'minun: 1-3)

Mengagumi Karena Iman & Taqwa √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang